Dalam QS. Ali-Imran/3:191 berbunyi:
ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Ternyata memang sangat luar biasa dan tidak pernah dipungkiri, setiap insan senantiasa memanjatkan rasa syukurnya kepada Allah SWT, dengan rasa syukur yang dipanjatkannya mengisyaratkan bahwa semua yang Allah tampakkan di muka bumi ini memiliki banyak manfaat.
Seorang cendikiawan muslim yaitu Agus Mustofa yang mengarang buku serial diskusi tasawuf modern dalam mengkaji otak dalam perspektif tasawuf dengan metode deskriptif analisis, menerangkan bahwa otak merupakan organ tubuh manusia yang berbentuk materi yang memiliki fungsi membentuk kesadaran, pikiran, dan lain-lain yang membantu memunculkan makna hidup dan spiritualitas. Berkat kerja organ otak; akal, hati dan jiwa dapat berfungsi membentuk sisi kemanusian manusia.
Dalam teorinya, Freud mengatakan bahwa manusia pada dasarnya dikendalikan oleh naluri-nalurinya yang bertujuan untuk mencari kepuasan. Apabila naluri-nalurinya ini tidak dikendalikan maka dampaknya akan bersifat anti-sosial dan menimbulkan barbarism dan anarki. Namun manusia tidak bisa sepenuhnya menindas keinginan dan hasratnya terhadap kesenangannya.
Secara anatomi, otak itu satu-satunya organ tubuh manusia yang letaknya paling atas diantara organ-organ tubuh yang lain. Dari posisinya itulah, otak memiliki status yang sangat istimewa diiringi dengan perannya yang sangat penting. Kalau kita umpamakan sebuah permisalan dalam sebuah pasukan perang di medan pertempuran, bahwa otak itu adalah komandannya. Otak sebagai penggerak dan pemberi perintah terhadap organ tubuh lainnya. Otak merupakan organ yang superkompleks. Sampai-sampai para ilmuan pun belum mendapatkan jawaban yang memuaskan mengenai kemisteriusan otak. Sudah tentu, otak merupakan pusat kesadaran.
Dalam Al-Quran dalam surat Al-Alaq ayat 16, Otak/Ubun-ubun diikuti oleh orang yang mendustakan lagi durhaka.
نَاصِيَةٖ كَٰذِبَةٍ خَاطِئَةٖ
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
Dalam tafsir Al-Misbah kata نَاصِيَةٖ biasa diterjemahkan ubun-ubun. Awalnya bermakna rambut yang terdapat pada dahi, tetapi dalam pemakaian lebih jauh diartikan sebagai tempat tumbuhnya rambut. Kata نَاصِيَةٖ digunakan dalam konteks pembicaraan orang-orang yang berdosa kelak di hari kemudian yang menurut surat Ar-Rahman/55:41 berbunyi ‘Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka’.
Dalam tafsir as-Sa’di, Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan
ubun-ubun orang yang berdosa dan kakinya direnggut lalu dilempar ke dalam neraka dan mereka diseret di sana. Allah Subhaanahu wa Ta’aala jika bertanya kepada mereka, maka maksudnya pertanyaan untuk menghinakan dan agar mereka mengakuinya karena Dia lebih mengetahui dari mereka, akan tetapi Dia ingin menunjukkan kepada makhluk hujjah-Nya yang kuat dan hikmah-Nya yang dalam.
Disinilah otak mempunyai peranan yang sangat urgen, ketika digunakan untuk hal positif, maka dia akan diikuti oleh orang yang bersyukur. Namun sebaliknya apabila diikuti oleh hal negatif maka orang yang mendustakan lagi durhaka akan bersamanya. Maka hawa nafsu pun juga bisa mendominasi pada otak setiap insan.
Makna “Hawa nafsu” yang terdiri dari dua kata: hawa (الهوى) dan nafsu (النفس). Dalam bahasa Indonesia, ‘nafsu’ bermakna keinginan, kecenderungan atau dorongan hati yang kuat. Jika ditambah dengan kata hawa (=hawa nafsu), biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik. Adakalanya bermakna selera, jika dihubungkan dengan makanan. Nafsu syahwat pula berarti keberahian atau keinginan bersetubuh. Ketiga perkataan ini (hawa, nafsu dan syahwat) berasal dari bahasa Arab: Hawa (الهوى): sangat cinta; kehendak, Nafsu (النفس): roh; nyawa; jiwa; tubuh; diri seseorang; kehendak; niat; selera; usaha, dan Syahwat (الشهوة): keinginan untuk mendapatkan yang lazat; berahi.
Dari hasil penelitian Agus Mustofa, ia mengungkapkan bahwa otak manusia bukan hanya sekedar materi yang pasif atau bagian organ tubuh belaka. Ia membentuk kesadaran dan persepsi yang lebih jauh membentuk dunia yang kita pikirkan dan lihat saat ini. Kemudian beliau melanjutkan bahwa aktivitas otak seiring dengan aktivitas jiwa. Aktivitas jiwa bakal memancarkan energi makna. Energi makna itu lantas memicu munculnya energi elektromagnetik tersebut memunculkan jenis-jenis neurotransmitter dan hormon tertentu yang terkait dengan kualitas aktivitas jiwa itu.
Selanjutnya menurut beliau, dengan otak manusia, jiwa yang begitu pelik dapat dijelaskan dengan pendekatan ilmiah. Otak memancarkan gelombang energi yang tersimpan di dalam maknanya. Makna itu sendiri bukanlah energi, meskipun ia mengandung energi. Makna juga bukan materi. Makna adalah makna alias ‘Informasi’.
Selama ini, kita memahami eksistensi alam semesta hanya tersusun dari 4 variabel, yaitu Ruang, Waktu, Materi dan Energi. Sebenarnya, ‘Informasi’ adalah variabel ke 5 yang turut menyusun alam semesta, yaitu variable ke 5 yaitu otak. Otak adalah inner-cosmos yang diciptakan Tuhan dalam diri setiap manusia, yang dapat menangkap dan memberikan makna terhadap getaran-getaran yang ada di dunia ini sehingga bisa dipahami.
Editor
ABS