Ayat Teragung

Dari enam ribu ayat lebih dalam al-Qur’an, ada satu ayat yang disebut Rasulullah saw sebagai teragung (a’zham al-aayaat). Itulah ayat 255 surat Al-Baqarah/2. Karena di dalamnya disebut kata kursiy, sebagian orang menyebut ayat ini dengan Ayat Kursi. Para mufassir memaknai kursiy dalam ayat ini secara variatif.  Ada yang memahami kursiy sebagai ilmu Allah yang meliputi langit dan bumi. Ada juga yang mengartikan nya dengan kekuasaan-Nya. Ada juga yang lainnya. 

Dikatakan sebagai ayat paling agung karena memang berisi tentang keagungan, kemuliaan, dan kebesaran Allah SWT. Ayat ini mengintroduksi siapa sesungguhnya Allah Rabb al-‘Izzah itu. Prof. Dr. Sayyid Sabiq dalam Al-Aqaa’id Al-Islaamiyyah ayat 58-59 menyebutkan sedikitnya ada delapan hal dalam ayat itu yang diungkap Allah SWT tentang zat, sifat, dan perbuatan-Nya (af’aal). 

Bacaan Lainnya

Dia-lah Allah SWT yang tidak ada satupun yang layak disembah selain Dia. Allah SWT Mahasuci dari perserupaan. Tidak ada yang serupa dengan-Nya. Semua yang ada di alam semesta ini, adalah milik-Nya. Tidak ada seorangpun yang dapat memberi pertolongan atau syafa’at selain dengan izin dan kehendak-Nya. 

Ilmu pengetahuan-Nya meliputi segala yang ada, baik nampak maupun tersembunyi. Yang sudah lampau, sekarang, maupun yang akan datang. Tidak seorangpun dapat mencapai ilmu yang dimiliki-Nya, melainkan menurut kadar yang telah dikehendaki oleh-Nya. Kursi-Nya meluas meliputi seluruh langit dan bumi. 

Bukan hanya itu, Allah SWT tidak pernah keberatan atau kesukaran dalam memelihara, mengatur, menertibkan dan mengamankan keadaan di langit dan bumi. 

Al-Imam Muhammad Rasyid Ridha dalam tafsirnya, Tafsiir Al-Qur’aan Al-Hakiim terkenal dengan Tafsiir Al-Manaar, Jilid III, Beirut-Libanon: Dar al-Fikr,  halaman 24-25, menyebutkan bahwa dalam ayat ini Allah swt memposisikan Diri-Nya sebagai Wujuud Al-Waajib yang menjadi sumber dari setiap Wujuud Mumkin. Artinya, posisi Allah SWT di alam semesta ini amatlah sentral. Dia-lah yang teragung dari semua yang ada. Karenanya, bisa dipahami mengapa ayat yang mengintroduksi zat, sifat, dan af’al-Nya itu menjadi juga teragung. 

Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya, Tafsiir al-Muniir (Marah Labiid), Juz I, halaman 73-74, mengutip hadits. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, “Tidak sekali-kali ayat ini dibacakan di dalam sebuah rumah selain rumah itu ditinggalkan oleh setan selama tiga puluh hari. Rumah itu tidak akan dapat dimasuki oleh penyihir laki-laki dan penyihir perempuan selama empat puluh malam”. 

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda di atas mimbar, “Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setelah selesai salat fardhu. Tiada ada yang menghalanginya untuk masuk ke surga, kecuali kematian”. 

Prof. Dr. Aboubakr Jabir Al-Jazairi dalam Minhaj al-Muslim, menyebutkan bahwa hadits Ali bin Abi Thalib itu riwayat Nasai dan Thabrani. Selain itu, salah satu dzikr yang dilakukan usai salat fardhu adalah membaca Ayat Kursi (Minhaj al-Muslim, Dar al-Fikr, 1976 M-1396 H, halaman 199). 

Berangkat dari informasi para ulama itu, maka membaca Ayat Kursi, memahami maknanya, menghadirkan esensi nya dalam hati, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari adalah sesuatu yang mulia dan terhormat. Selain itu, membaca dzikir termasuk Ayat Kursi setelah usai salat fardhu bukanlah perilaku bid’ah. Justru mengamalkan sunnah Rasulullah Saw. Karena, manfaatnya begitu besar bagi kehidupan kita, maka jangan sungkan membaca Ayat Kursi. Melazimkannya akan memberi dampak yang besar bagi kehidupan kita.

Selamat mengamalkan ayat ini, Allah swt senantiasa bersama hamba-Nya. Semoga Allah swt memuliakan dan memberkahi Anda dan kita semua.[]

Editor: AMN

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *