Surat Teragung

Dari 114 surat dalam Al-Qur’an, ada satu yang teragung (a’zham as-suwar), itulah surat Al-Fatihah. Penetapan surat ini sebagai paling agung didasari atas sabda Rasulullah Saw. dalam hadits sahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id bin Mu’alla.

Bacaan Lainnya

Dalam hadits Tirmidzi dari Ubay bin Ka’ab – juga terdapat dalam Musnad Imam Ahmad – surat Al-Fatihah adalah surat yang langka (scarce). Artinya, dari semua kitab suci samawi hanya ada satu surat yang tiada duanya, itulah surat Al-Fatihah.

Surat ini, oleh Rasulullah Saw. disebut sebagai induk Al-Qur’an atau Ummul Qur’an. Karena dari 114 surat, 30 juz, 6666 ayat, yang berisi 1.000 perintah, 1.000 larangan, 1.000 janji, 1.000 ancaman, 1.000 kisah dan berita, 1.000 pelajaran dan perumpamaan, 500 halal dan haram, 100 doa, dan 66 ayat nasikh dan mansukh, intinya ada pada surat Al-Fatihah.

Surat ini, oleh Rasulullah, Saw. disebut juga sebagai as-sab’u al-matsani atau tujuh ayat yang diulang- ulang. Karena, satu-satunya surat yang paling banyak dibaca kaum muslimin dalam 24 jam, itulah surat Al-Fatihah yang mengandung tujuh ayat, baik dalam salat fardhu maupun sunnah.

Dilihat dari lafaz dan kontennya, surat ini disebutkan dalam hadits qudsi, dibagi dua. Sebagian untuk-Ku dan sebagian lagi untuk hamba-Ku. Hamba-Ku berhak mendapatkan apa pun yang ia minta (Lihat : Prof. Dr. Wahbah az-Zuhayli, At-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa asy-Syari’ah, Juz I-II, Dar al-Fikr al-Mu’ashir, Beirut-Libanon, Dar al-Fikr, Damaskus-Syria, 1991M-1411M, hal. 54-55).

Dilihat dari kontennya, surat pertama dalam Al-Qur’an itu mengandung empat prinsip ilmu pengetahuan. Pertama, ilmu ushul atau ilmu pokok-pokok agama. Mengandung tiga aspek yaitu rububiyah-ketuhanan (QS. Al-Fatihah/1:2), nubuwwah-kenabian (QS. Al-Fatihah/1:7), ruhiyah-akhirat (QS. Al-Fatihah/1:4).

Ketika orang membaca Al-Fatihah, dia disadarkan bahwa di balik alam nyata ini ada Penguasa-nya (rabb). Sikap ideal dan elegan adalah mengakui dan mengimani-Nya seraya melakukan penundukan diri pada-Nya dengan kesediaan beribadah.

Surat ini juga menyadarkan kita semua pentingnya peran dan kedudukan para nabi dan rasul yang telah diutus Allah Swt. pada manusia. Jasa mereka amat besar dalam menghantarkan kita bisa mengenal Allah Swt. dengan segala manifestasi-Nya.

Pembacaan surat ini juga membangun kesadaran bahwa hidup di dunia ini tidaklah kekal. Ada hidup yang kekal yang didahului dengan datangnya hari kiamat. Di sanalah kita akan dibalas sesuai dengan amal dan prestasi kita di dunia. Ayat ke-4 surat Al-Fatihah ini membangun ekspektasi dan memotivasi kita untuk mau mengisi hidup dengan kebajikan dan amal saleh.

Kedua, ilmu al-furu’ atau ilmu cabang agama, atau lebih tegasnya, tentang syari’ah. Indikasi itu nampak pada QS. Al-Fatihah/1:5 atau iyyaka na’budu, hanya kepada Engkaulah kami menyembah. Aspek syariah dalam hal ini ialah mengenai ibadah. Syaikh Nawawi dalam tafsirnya, Marah Labid, mengklasifikasikannya ke dalam dua jenis ibadah, yaitu ibadah badaniyah seperti salat, puasa dan ibadah maliyah atau harta seperti zakat, sadaqah, waqaf, dan lainnya.

Menurut saya, ada lagi satu jenis ibadah yaitu ibadah nafsiyah (jiwa) seperti ikhlas, sabar, syukur, tawaduk, dan lainnya. Semua ragam ibadah itu, didedikasikan sepenuhnya untuk Allah Swt.

Ada ajaran ketulusan dalam hidup, itu sejalan dengan testimoni kita tatkala di awal shalat membaca doa iftitah bahwa shalat, ibadah, hidup dan mati kita sepenuhnya diabdikan untuk Allah rabb al-‘alamin.

Ketiga, ilmu akhlak. Prinsip itu nampak pada lafaz wa iyyaka nasta’in, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Ada akhlak mulia yang diajarkan dalam ayat ini yaitu istiqamah, hidup dengan konsistensi tinggi.

Rasulullah Saw. ketika ditanya sahabat Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdullah ra tentang satu ungkapan yang mencerminkan esensi ajaran Islam. Rasulullah Saw. menjawab, “Katakanlah aku beriman pada Allah, kemudian istiqamah” (HR. Muslim) (Lihat: Imam Nawawi, Riyadh ash-Shalihin).

Hidup dengan beriman dan istiqamah itu sejalan dengan kandungan QS. Hud/11:112 dan QS. Fushilat/41:30-32. Bahkan hidup istiqamah itu adalah cara menuju husnul khatimah. Semua orang mendambakan hidup happy ending ini.

Keempat, ilmu sejarah. Sejarah adalah fakta historik tercatat yang mengandung kepastian. Hal itu terlihat pada kandungan QS. Al-Fatihah/1:7 yaitu jalan hidup orang-orang yang telah Allah berikan nikmat atas mereka (para nabi, rasul, syuhada, salihin), bukan jalan orang yang Allah murkai dan sesat.

Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam tafsirnya, Tafsir al-Jalalayn, menyebutkan bahwa mengkaji sejarah dalam Al-Qur’an akan mempunyai manfaat; sebagai ‘ibrah atau pelajaran, ‘izhah atau nasehat, dan indzar atau peringatan agar kita tidak melakukan hal itu.

Syaikh Nawawi, dalam kitabnya, Nasha’ih al-‘Ibad, pada bagian akhir mengutip hadits Rasulullah Saw. ada sepuluh surat yang dapat menolak sepuluh hal yang tidak menyenangkan. Salah satunya, membaca surat Al-Fatihah dapat mencegah murka Allah,Swt. (Lihat: Nasha’ih al-‘Ibad, tt, halaman akhir).

Melihat besarnya manfaat, tujuan serta kebaikan yang akan diperoleh dari membaca surat Al-Fatihah direkomendasikan pada kita semua untuk terus membaca, memahami isi, menghadirkan makna dan kandungan dalam hati serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari surat Al-Fatihah.

Selamat dan sukses untuk Anda dan kita semua. Semoga Allah Swt. memuliakan, memberkahi, dan meridhai kita semua.

Editor: MAY

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *