Al-Qur’an Merekatkan Persatuan Bangsa

http://alfatih-media.com/

Negara Indonesia adalah negara multikultural, Indonesia sangat berpotensi mengalami konflik horizontal. Konflik tersebut biasanya dipicu oleh isu SARA dan sejenisnya. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara menjadi terlupakan. Masyarakat terpecah belah dan terkotak-kotak sesuai kelompok yang menaunginya, sesama anak bangsa saling tuduh menuduh dan memusuhi, merasa paling benar sendiri dan asyik saling caci. Jika hal ini terus berlanjut bukan tidak mungkin negara berpotensi hancur, sebagaimana negara-negara di Timur Tengah dan Eropa. Bahkan peristiwa terkini di Afganistan menimbulkan korban jiwa, akibat ego sektoral dan golongan yang mulai memanas. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghindarinya. Salah satu di antaranya adalah menggali filosofi qurani yang tercantum dalamnya.           

Maka dalam berbangsa dan bernegara, warga bangsa harus memiliki tekad yang kuat, untuk merekatkan persatuan bangsa. Kebersamaan dan persatuan bangsa adalah modal utama suatu bangsa. Kemudian kita juga harus bisa saling menghormati bahwa di negara kita ini, berbagai perbedaan terlihat nyata. Dalam arti kita sebagai bangsa memiliki keanekaragaman yang sangat komplek. 

Bacaan Lainnya

Dalam Al-Qur’an, Allah Swt. telah menjelaskan bahwa Allah Swt, telah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. (Q.S. Al-Hujurat/49: 13)

Bahwa dengan keanekaragaman itu, merupakan sebuah anugrah yang diberikan Allah Swt. Dengan keanekaragaman itu apakah kita mampu memberikan sesuatu yang terbaik untuk bangsa ini? Dan Apa yang bisa kita sumbangkan untuk bangsa ini? Maka perbedaan yang terjadi sesungguhnya adalah ajang untuk berbuat yang terbaik dan berlomba-lomba dalam kebaikan.  Saling mengenal untuk saling mengisi, supaya sama-sama bisa beramal. Sikapi perbedaan satu sama lain, tidak dalam konteks menafikan tetapi saling memperkaya dan menghormati dalam menjaga persatuan dan kesatuan. 

Apalagi bangsa Indonesia memiliki modal sejarah, modal rohaniah, modal intelektual yang cukup dan dianugerahi oleh Allah Swt, untuk menjaga dan mengelola bumi pertiwi. Indonesia juga, memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan dalam titik sejarah yang paling kritis termasuk saat pandemi Covid-19. Bangsa ini masih diwariskan khazanah tentang makna pengorbanan dan saling tolong menolong.

Kalau kita berbicara tentang sejarah bangsa ini. Rumusan lima dasar negara (Pancasila) tersebut dikembangkan oleh “Panitia 9” yang lazim disebut demikian karena beranggotakan sembilan orang tokoh nasional, yakni para wakil dari golongan Islam dan Nasionalis. Salah satu di antaranya adalah dari kalangan Kristen dan menolak naskah mukadimah yang dikenal dengan “Piagam Jakarta” yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa Dengan Kewajiban Menjalankan Syariatnya Islam Bagi Pemeluknya, yang kemudian disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Semua berkorban untuk Republik Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Alhasil Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila sebagai dasar negara yang sah dan diterima. 

Namun dalam proses perjalanan panjang bangsa ini, kita menyaksikan bahwa ada sesuatu yang hilang di tubuh bangsa ini, yang seakan menimbulkan keretakan di antara anak bangsa. Pada dasarnya keretakan itu tidak akan terjadi apabila kita sama-sama mau bersikap dewasa dengan cara berani mengakui kesalahan dan kekurangan. Kemudian membangun kebersaman tanpa saling menyalahkan. Apabila kita tidak bisa saling merekatkan maka gejala retak di tubuh bangsa ini akan muncul. Bahkan suatu saat akan terjadi musibah besar akan melanda.  

Paling tidak ada tiga hal utama yang menyebabkan suatu bangsa mengalami keretakan dalam perjalannya, yaitu: 

Hal yang pertama, sifat ceroboh dan sembrono dari warga bangsa atau elit bangsa yang seakan acuh dan tidak peduli akan persatuan, namun hanya peduli kepada kelompok dan komunitasnya saja. Sifat ceroboh dan sembrono inilah yang seakan menjadi budaya (culture) kemudian didukung oleh publik. Apabila sudah didukung publik retaklah bangsa ini.  

Hal yang kedua, sistem yang luruh atau lemah. Sejalan dengan ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib kw (W. 40H.) 

الحق بلا نظام يغلبه الباطل بالنظام

Kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.

Bahwa keretakan tersebut tidak berjalannya sistem hukum dengan baik, tetapi sistem politik yang tidak sehat, yang kemudian tidak bisa tegak di atas mana yang benar dan mana yang salah, semuanya menjadi abu-abu, lalu terjadi suasana yang uncertainty (ketidakpastian). Dan kalau tidak ada kepastian hukum yang jelas maka rusaklah suatu bangsa tersebut. 

Hal yang ketiga, hilangnya nilai (velue). Nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai kita dalam berbangsa dan bernegara. Apabila nilai tidak dihayati dan sekedar jadi hafalan. Bahkan pesan-pesan nilai yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila dan semangat pendiri bangsa yang sudah tumbuh subur akan mulai hilang. Yang ada adalah sekedar lewat dan sekedar menjadi hafalan, tidak bisa menjadi nilai yang baik buat kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Akan tetapi Al-Qur’an hadir dengan filosofinya mengajarkan bahwa untuk merekatkan bangsa harus memiliki jiwa optimis, jiwa bersama, bersatu dan berkasih sayang (tolong menolong). Optimis merupakan keyakinan diri untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan sikap optimis, seseorang akan bersemangat dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Allah Swt., berfirman:

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ 

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Âli ‘Imrân/3: 139)

Optimis yang adalah filosofi qurani, merupakan cermin yang harus dimiliki oleh warga bangsa. Karena dengan optimis, akan selalu berusaha semaksimal mungkin menjaga persatuan bangsa. Sebagaimana yang dikatakan Bung Karno bangsa Indonesia akan tetap tegak, apabila bangsa Indonesia memiliki semangat gotong royong. Kemudian Bung Hatta berkata jika kolektivitas itu menjadi napas dan gerakan hidup kita, maka negara akan tetap dalam persatuan dan kesatuan. 

Pertanyaannya, maukah kita untuk menyerap nilai-nilai tersebut dan mempraktekan dalam kata bukan dalam retorika, dan sejauh ini sudahkah kita mempraktikkan nilai-nilai tersebut? Jawabnya, Itu kembali kepada hati (qolbu) kita. Sebab siapa pun, pasti tidak akan bisa membohongi atau mendustai hatinya. Maka semua komponen yang ada di republik ini. Harus memiliki semangat yang sama yaitu merekatkan persatuan bangsa.

Walaupun ada keretakan, namun keretakanya masih bisa diatasi dan di dialogkan. Kita ibratkan seperti rumpun bambu yang bergerak dan kadang saling bergesek-gesekan. Namun tetap kuat dan tegak berdiri. Maka Al-Qur’an mengajak kita, untuk terus melakukan dialog yang akan mengahsilkan kebenaran bukan pembenaran. Hal semacam itu bisa terwujud apabila ada sikap oftimis dan ketulusan di dalam hati masing-masing dari bangsa ini. Yang ketika pendapat kita tidak diterima kita merasa legowo dan berlapang dada dengan apa yang disepakati. Namun, selama kita masih berpura-pura, memaksakan kehendak, ugal-ugalan. Di tengah keperihatinan rakyat saat ini apalagi saat pendemi ini. Maka merekatkan bangsa akan sangat sulit dihadirkan di bumi pertiwi. Karena, kendali utama dalam berbangsa dan bernegara adalah terletak pada persatuan dan kesatuan. Wallahu a’lam.

Editor: AMN

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *