Di era informasi ini, tidak sedikit orang membanggakan banyaknya informasi yang diperoleh. Era ini memang kaya dengan informasi. Sejujurnya Al-Qur’an justru lebih kaya lagi dengan informasi yang sangat variatif. Selain informasi historik, kontemporer, maupun futuristik, Al-Qur’an juga menyuguhkan informasi yang tidak disajikan oleh era informasi kini, yaitu informasi eskatologis.
Informasi yang bercorak kefilsafatan itu berusaha menjangkau kehidupan jangka panjang (keakhiratan) dengan cara hidup meninggalkan paling sedikit mengendalikan kepentingan jangka pendek (keduniawian). Secara etimologis, eskatologi berasal dari kata eschalos artinya yang terakhir, atau yang selanjutnya, bisa juga yang paling jauh. Secara terminologis, eskatologi adalah keyakinan yang berkaitan dengan kejadian- kejadian akhir hidup manusia, seperti kematian, hari kiamat, berakhirnya dunia, saat akhir sejarah, dan lain-lain.
Di dalam QS. ar-Rahman/55: 31-36 secara perlahan dan pasti Allah SWT mengajak kita untuk mulai berpikir secara eskatologis itu. QS. ar-Rahman/55: 37-45 sudah lebih fokus lagi nuansa eskatologisnya. Pada QS. ar-Rahman/55: 43-44, “Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa (al-mujrimuun). Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih”.
Wahbah az-Zuhayli mengatakan bahwa dalam ayat itu, ada kata yang disembunyikan, yakni ketika itu dikatakan kepada orang-orang kafir sebagai kecaman dan cercaan (tawbiikhan wa ta’niiban). Demikian ditulis oleh Wahbah az-Zuhayli dalam At-Tafsiir al-Muniir fii al-‘Aqiidah wa asy-Syarii’ah wa al-Manhaj, Juz 27-28, halaman 219-220.
Seolah-olah, Allah SWT berfirman, “Ini neraka Jahannam yang sekarang kalian saksikan dan lihat sendiri, yang dulu kalian dustakan. Mengingkari dan tidak mempercayai keberadaannya. Lihatlah neraka Jahannam itu sekarang ada di depan mata kalian dan bisa kalian lihat langsung dengan mata kalian dan merasakan dahsyatnya.”
Di dalam neraka, mereka disiksa dengan dua bentuk siksaan, yaitu dibakar dengan api neraka dan diberi minum dengan air yang mendidih yang sangat panas seperti timah meleleh yang dicairkan yang dapat menghancurkan seluruh isi perut.
Informasi itu dikonfirmasi oleh QS. al-Mukmin/40: 71-72, “Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api”. Suatu ilustrasi eskatologis yang sungguh amat mengerikan dan membuat setiap orang yang membaca dan mendengarnya mau menghentikan kejahatan yang selama ini dilakukan.
Informasi itu masih diperkuat lagi dengan QS.al-Hajj/22: 19-21, “Maka bagi orang kafir akan dibuatkan pakaian-pakaian dari api (neraka) untuk mereka. Ke atas kepala mereka akan disiramkan air yang mendidih. Dengan (air mendidih) itu akan dihancurluluhkan apa yang ada dalam perut dan kulit mereka. Dan (adzab) untuk mereka cambuk-cambuk dari besi”.
Amat bijaksana, jika kemudian Allah swt mengajukan pertanyaan retorik pada QS. ar-Rahman/55: 45, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Setelah ada penjelasan, peringatan, dan pemberitahuan eskatologis ini, nikmat mana lagi dari Allah SWT yang hendak kita dustakan dan ingkari.
Tidak cukupkah, informasi futuristik eskatologik itu menghentikan keinginan dan selera kita dari berbuat jahat? Sungguh amat terasa kasih sayang Allah SWT pada hamba-Nya. Sungguh pantas jika surat ini disebut dengan surat ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih). Sungguh elegan bila kita membacanya berulang-ulang karena bisa menumbuhkan dan menguatkan kesadaran berketuhanan. Pada gilirannya membuat kita mau memperbanyak kebajikan berdasarkan ketuhanan tauhid.
Sungguh sulit dipahami, orang bisa berbuat baik tanpa Tuhan, seperti ditulis Greg Epstein, Harvard, Good Without God. Selamat terus membaca, memahami, dan menerapkan nilai-nilai luhur dalam surat ar-Rahman. Allah SWT mengasihi kita semua.[]
Editor: AMN