Mungkinkah Hidup Baik Tanpa Tuhan?

Seorang penulis buku terlaris New York Times, Good Without God : What a Billion Nonreligious People Do Believe, ia adalah Greg Epstein (44), saat ini presiden Harvard Chaplains Organization serta Chaplain Humanis di Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Dia seorang Rabi Humanis yang ditahbiskan. Pernah belajar Buddhisme dan Taoisme, kembali ke Amerika mengajar di group Agnostik, Ateis, Humanis & Sekularis di Santa Monica, California. Tahun 2021 terpilih sebagai presiden Organisasi Pendeta Harvard yang terdiri dari 40 pendeta Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha, dan agama lain.

Bacaan Lainnya

Epstein menyatakan bahwa agama-agama Timur tidak selalu memiliki akses yang lebih besar terhadap kebenaran daripada agama-agama Barat. Selain itu, ia menegaskan banyak orang bisa hidup baik tanpa Tuhan.

Pertanyaannya, mungkinkah bisa hidup baik tanpa Tuhan?. Lalu, apakah kebenaran itu hanya milik agama-agama Barat?

Dua pertanyaan itu menarik untuk kita angkat, meskipun ia tidak menyebutkan Islam secara eksplisit. Tetapi pernyataan itu hendak mengungkapkan bahwa Islam termasuk agama Timur yang tidak memiliki akses lebih besar pada kebenaran daripada agama-agama Barat seperti Kristen dan Yahudi.

Secara filsafat, kebenaran ada empat; tiga bersifat nisbi atau relatif, sedang yang satu mutlak atau absolut. Yang bersifat nisbi yaitu kebenaran saintifikal, visual, dan filosofikal. Yang mutlak itulah kebenaran ilahiyah. Hal itu merujuk pada QS. Al-Baqarah/2:147, “Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang yang ragu-ragu”.

Dulu, Prof. Wilfred Cantwell Smith, dari Mc.Gill University, Montreal, Canada, melakukan penelitian terhadap lima agama besar dunia yaitu Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha, dan Islam. Satu-satunya agama yang namanya berasal dari Allah Swt. adalah Islam. Yang lain, bukan dari Allah Swt. tetapi ada yang nama pengikut nabi, nama bangsa, nama tempat disebarkan, dan nama penyebarnya.

Islamlah satu-satunya agama yang datang dari Allah Swt., sebagaimana QS. Ali Imran/3:19, “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam…”. Bukan hanya itu, Islam adalah agama yang sempurna dan diridhai oleh Allah Swt. (QS. Al-Maidah/5:3). Allah Swt. juga menegaskan bahwa siapa saja yang mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (QS. Ali Imran/3:85).

Penyebutan agama-agama Timur atau Barat juga tidak tepat. Karena ke Barat maupun ke Timur kita menghadap di sana ada Allah Swt. (QS. Al-Baqarah/2:115). Hal itu ditegaskan lagi oleh Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah/2:177, bahwa kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, melaksanakan salat, menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji, dan orang-orang yang sabar dalam kesusahan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.

Bila kita perhatikan konten ayat itu, justru ajaran Islamlah yang humanis. Tetapi, tidak sekedar humanis melainkan tetap tidak meninggalkan aspek rabbani atau ketuhanan nya. Ayat itu sekali lagi menegaskan karakter Islam yang sejati yaitu teo-anthroposentrisme. Keseimbangan antara karakter kemanusiaan (humanisme) dan ketuhanan (rabbani).

Selain itu, dalam tradisi Islam, kita tidak bisa menilai sesuatu hanya sebatas penilaian sesaat secara akal atau logika semata. Bersamaan itu, kita harus juga melihat acuannya dalam kitab suci yang berlaku universal dimanapun, itulah Al-Qur’an.

Karenanya, terhadap pernyataan kedua bahwa orang bisa hidup baik tanpa Tuhan dengan sendirinya terbantahkan. Buku yang banyak digandrungi generasi muda itu, perlu counter  balik. Tidak secara impulsif diterima begitu saja. Peran orang tua, cendekiawan dan semua anggota masyarakat sangat dibutuhkan untuk membendung meluasnya paham atheistic dan agnostic itu.

Selamat terus istikamah dalam iman dan Islam. Allah Swt. menolong dan menyelamatkan kita, keluarga, masyarakat, dan bangsa ini.

Editor: MAY

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *