Antara Konsepsi (Akal), Persepsi (Indera), dan Pengalaman (Intuisi)

grandtravels.net

Pengetahuan bisa berbentuk konsepsi, yaitu pengetahuan yang berasal dari olah akal. Bisa pula berbentuk persepsi, yaitu berasal dari olah indera. Pengetahuan yang berasal dari intuisi bukan konsepsi dan bukan persepsi, tetapi bisa disebut pengalaman, yaitu pengalaman singkat. Kata singkat perlu disebutkan untuk membedakannya dengan konsepsi. Konsepsi yang berasal dari olah akal tidak mungkin singkat dan tidak mungkin langsung. Harus ada jangka waktu tertentu dan juga metode tertentu untuk menghasilkan konsepsi. Dalam hal ini, pengalaman lebih mirip dengan persepsi karena singkatnya dan karena kelangsungannya, saat itu juga.

Meski ada kemiripan dengan persepsi, pengalaman berbeda dalam hal ketidakbutuhan kepada sensasi indera. Persepsi memang bersifat langsung, sama dengan pengalaman, tetapi persepsi membutuhkan sensasi indera, sedangkan pengalaman tidak. Lagi pula persepsi bersifat separuh-separuh, tidak utuh, karena kebutuhannya kepada sensasi indera yang juga separuh-separuh itu. Adapun pengalaman lewat intuisi bersifat utuh dan menyeluruh serta langsung.

Akal dan indera menjangkau dunia fenomena atau yang tampak, sedangkan hati menjangkau realitas. Akal bergerak mengitari objek-objek lalu memahami fenomena lewat kategori-kategori. Kategori-kategori tersebut adalah buatan akal sendiri yang lalu dilekatkan kepada benda-benda. Karena itu, benda-benda tersebut dipahami lewat kategori-kategori yang terlebih dahulu dilekatkan oleh akal kepadanya. Akibatnya, benda-benda tersebut hadir bukan dengan dirinya sendiri, tetapi hadir lewat kategori-kategori.

Intuisi tidak memakai kategorisasi untuk memahami sehingga pemahaman hadir apa adanya. Akibatnya, pengalaman yang merupakan hasil dari intuisi—pada dasarnya—tidak dapat dikomunikasikan. Dalam hal ini, berbeda dengan konsepsi. Karena berasal dari kategorisasi, maka konsepsi bisa dikomunikasikan dengan orang lain lewat kategorisasi yang sesungguhnya bisa dipahami secara umum.

Pengalaman selalu bersifat personal sehingga sulit dikomunikasikan atau dinarasikan kepada orang lain. Pada dasarnya, pengalaman melampaui kata-kata, konsepsi, persepsi, dan kategori-kategori. Karena itulah, ada kesulitan untuk mengungkapkannya. Itu bukan berarti pengalaman lewat intuisi selalu subjektif karena subjektif atau objektifnya sebuah pengetahuan tidak diukur dari bisa tidaknya dijelaskan kepada orang lain. Atau, ukuran subjektif-objektif tidak relevan dalam hal ini apalagi hanya untuk mengatakan bahwa pengalaman lewat intuisi tidak benar adanya. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang ada peristiwa yang tidak mudah diungkapkan dengan kata-kata oleh mereka yang mengalaminya. Apakah itu berarti peristiwa tersebut tidak nyata?

Selain karena melampaui kata-kata dan bahasa, pengalaman lewat intuisi tidak bisa dijelaskan karena sifatnya yang menyeluruh-utuh-tak terbagi. Akibatnya, yang mengalami pengalaman lewat intuisi tenggelam di dalam kesatuan hingga tidak ada jarak antara diri dengan bukan-diri. Bagaimana mungkin orang yang sedang tenggelam dan hanyut mampu menjelaskan ketenggelaman dan kehanyutannya. Kalaupun orang tersebut suatu saat keluar dari kubangan itu, kendala bahasa menjadi rintangan selanjutnya untuk menjelaskan pengalamannya.

Di dalam kubangan, tidak ada kemungkinan pengambilan jarak antara subjek dan objek sedangkan itu menjadi syarat jika sebuah penjelasan hendak disampaikan. Saat menjelaskan sebuah objek tidak hanya dibutuhkan jarak dengan objek tetapi juga penguasaan terhadap objek. Seorang yang tenggelam di dalam pengalaman bukan dia yang menguasai objek, tetapi dialah yang dikuasai oleh objek. Selain itu, penjelaskan membutuhkan penguraian atas objek; sedangkan pengalaman adalah keutuhan dan tidak terurai atau terpecah. Lalu bagaimana dia mampu menjelaskan objek?

Ketenggelaman di dalam pengalaman lewat intuisi mengandaikan ketenggelaman di dalam Ketuhanan. Ketuhanan itu sendiri adalah Diri yang unik dan juga transenden. Keunikan dan transendensi-Nya membuat-Nya berada di luar jangkauan konsepsi dan persepsi manusiawi. Keunikan berarti tidak adanya kesamaan; sedangkan penjelasan memerlukan persamaan-persamaan dan perumpamaan-perumpamaan agar bisa dijelaskan. Dalam hal itulah istilah tanzîh (unik) dan tasybîh (serupa) bisa dipahami. Pada level tanzîh pengalaman lewat intuisi tidak mungkin dijelaskan, namun pada level tasybîh, ada kemungkinan penjelasan, tetapi tetap saja bukan yang itu hakikat sesungguhnya.

Saat akal dan indera terikat oleh ruang dan waktu, intuisi yang menghasilkan pengalaman tidak demikian. Baginya, tidak ada waktu serial dahulu, kini, dan nanti. Semua adalah kesatuan tak terpisahkan. Itulah yang disebut dengan momen keabadian. Karena itu, pengalaman lewat intuisi bukan hanya tentang keseluruhan dan keutuhan, tetapi juga tentang keabadian.[]

Bahan Bacaan

Enver, Ishrat Hasan, Metafisika Iqbal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Editor: AMN

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *