Rudolf Karl Bultmann adalah seorang teolog Protestan berkebangsaan Jerman yang selama tiga dasawarsa menjabat profesor studi Perjanjian Baru di Universitas Marburg-Jerman. Ia lahir di Wiefelstede, Oldenburg-Jerman, pada tanggal 20 Agustus 1884 sebagai anak pertama dari keluarga dengan latar belakang religius yang kuat, dari pasangan pendeta Evangelist-Lutheran. Ayahnya bernama Arthur Bultmann dan ibunya Helena. Setelah menyelesaikan pendidikan di Gymnasium Oldenberg (1895-1903), Bultmann belajar teologi pada universitas di Tϋbingen, Berlin, dan kemudian menyelesaikan studi doktoralnya di Marburg. Ia menikah dengan Helene Feldmann dan dikaruniai tiga orang putri. Bultmann meninggal dunia pada tahun 1976. Mulai tahun 1921, ia menjadi guru besar di Marburg dengan spesialisasi bidang Perjanjian Baru dan sejarah Kristen kuno. Sekitar tahun 1924-1925, ia bertemu dengan Paul Tillich dan Martin Heidegger yang sedang menulis buku monumentalnya Sein und Zeit. Pertemuan dengan Tillich dan Heidegger inilah yang kelak memberi pengaruh kuat terhadap alur pemikiran dan teologinya.
Bultmann menulis beberapa karya teologi yang terkenal, seperti Theology of the New Testament (1951), yang berisi tentang pernyataan lengkap tafsiran alkitabiah Bultmann. Di tulisan selanjutnya, Bultmann meneruskan kritik analisanya tentang sumber-sumber Perjanjian Baru. The History of the Synoptic Tradition (1968) yang merupakan ujian yang berpengaruh terhadap susunan Injil Matius, Markus, dan Lukas. The Gospel of John: A Commentary (1971) dianggap sebagai tafsiran baru yang penting atas kesulitan keempat Injil. Salah satu karya terakhir Bultmann, Jesus and The Word (1975), adalah sebuah penyelidikan akan pengajaran Yesus yang memberikan kepada pembaca sekilas teori teologi tentang sejarah dan penafsiran Alkitab.
Bultmann terkenal dengan teori entmythologisierung. Menurutnya, manusia modern menemukan kesulitan untuk mengerti pemberitaan Perjanjian Baru. Perjanjian Baru mempunyai pandangan dunia yang sama sekali berbeda dengan pandangan modern tentang dunia. Manusia modern tidak dapat menerima realitas yang dibagi atas tiga bagian; alam atas (surga), alam tengah (bumi tempat manusia), dan alam bawah (neraka). Manusia modern tidak percaya kepada roh-roh dan kuasa-kuasa yang adikodrati lagi. Bultmann adalah seorang teolog yang sangat serius memikirkan bagaimana Injil yang dari zaman prailmiah dapat diberitakan kepada manusia modern. Ia merasa terpanggil untuk menemukan suatu cara baru agar Injil boleh menyapa dan membuat manusia modern mengambil keputusan pribadi terhadap berita Injil.
Kata entmythologisierung sendiri berasal dari bahasa Jerman, yang berarti bahwa mitologi (kumpulan mitos-mitos) perlu dihilangkan. Mitos adalah suatu cerita kuno, yang di dalamnya pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban tentang hal-hal yang pokok tentang hidup dan mati, tentang Allah dan manusia dan lain-lain dipikirkan dan diteruskan dalam bentuk cerita. Perjanjian Baru pada pokoknya terdiri dari cerita-cerita semacam itu. Pusat dari konsep demitologisasi adalah pendirian Bultmann yang menemukan dua hal di dalam Perjanjian Baru, yaitu; 1) Injil Kristen, dan 2) pandangan orang pada abad pertama yang bercirikan mitos. Hakekat Injil, oleh Bultmann disebut dengan kerugma, (berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “isi yang dikhotbahkan”), merupakan inti yang tidak dapat dipersempit lagi. Orang zaman modern ini harus dihadapkan dengan inti tersebut dan harus mempercayainya. Namun orang modern tidak dapat menerima kerangka yang bersifat mitos yang membungkus hakekat Injil. Oleh karena itu teologi harus berusaha untuk melepaskan berita kerugma dari kerangka yang bersifat mitos. Menurutnya kerangka yang bersifatmitos tidak selalu berkaitan dengan kekristenan.
Menurut Bultmann, demitologisasi adalah metode penafsiran yang mencoba menyingkapkan rahasia di belakang konsep-konsep mitos yang dipakai dalam Perjanjian Baru. 3 Bultmann mengatakan bahwa Alkitab penuh dengan mitos karena itulah diperlukan suatu metode penafsiran untuk menyingkapkan rahasia di belakang konsep mitos itu. Mitos yang dimaksud adalah pemakaian bahasa, simbol dan gambaran yang ada di dunia ini untuk menjelaskan tentang keberadaan dan perbuatan-perbuatan Allah. 4 Untuk mengkomunikasikan Injil secara efektif kepada manusia modern, kita harus mengupas mitos dari Perjanjian Baru dan mencoba untuk menyingkap tujuan mula-mula di balik mitos tersebut. Proses penyingkapan ini disebut demitologisasi.
Proses ini, menurut Bultman, bukan berarti menyangkal mitologinya. Demitologisasi ini berarti penafsiran secara eksistensial, yaitu menurut pengertian manusia terhadap keberadaannya sendiri, dan dengan istilah-istilah yang dapat dipahami oleh orang modern sendiri. Bultman melakukan proses ini dengan menggunakan konsep-konsep eksistensialis Jerman, Martin Heidegger. Contohnya, yang disebut mitos mengenai kelahiran Kristus dari anak dara dikatakan sebagai suatu usaha untuk menjelaskan arti Yesus bagi orang beriman. Mereka mengatakan bahwa Kristus datang kepada manusia sebagai tindakan Allah. Salib Kristus tidak mempunyai arti yang menunjukkan Yesus menanggung dosa bagi orang lain. Hal itu hanya mempunyai pengertian sebagai suatu simbol dari manusia yang mengambil suatu hidup yang baru, yaitu menyerahkan semua rasa aman duniawi untuk mendapatkan suatu hidup baru yang bergantung pada yang transenden.