Hermeneutika pada awal perkembangannya lebih sebagai gerakan eksegesisdikalangan gereja, kemudian berkembang menjadi “filsafat penafsiran” yang dikembangkan oleh Schleiermacher. Kemudian Wilhelm Dilthey mengembangkan hermeneutika sebagai landasan bagi ilmu kemanusiaan. Lalu, Hans-Georg Gadamer mengembangkan hermeneutika menjadi metode filsafat, terutama di dalam bukunya yang terkenal Truth and Method. Selanjutnya, hermeneutika lebih jauh dikembangkan oleh para filosof seperti Paul Ricoeur, Jurgen Habermas, dan Jacques Derrida.[1]
Richard E. Palmer membagi perkembangan hermeneutika menjadi enam kategori, yakni: [2]
1) Hermeneutika sebagai teori penafsiran kitab suci
2) Hermeneutika sebagai metode filologi
3) Hermeneutika sebagai pemahaman linguistik
4) Hermeneutika sebagai fondasi dari ilmu kemanusiaan
5) Hermeneutika sebagai fenomenologi dasein
6) Hermeneutika sebagai sistem interpretasi
Membahas hermeneutik tidaklah cukup hanya sampai pada tradisi Jerman, maka perlu memasuki pintu tradisi lain yang masih berada dalam tradisi besar filsafat Eropa kontinental, yaitu hermeneutik Prancis. Ada sosok besar yang berjasa dalam membangun jembatan di antara berbagai tokoh Jerman dan tradisi filsafat Prancis sendiri dengan hasil yang otentik, sehingga hermeneutik Prancis tidak bisa begitu saja dianggap sebagai turunan tradisi Jerman. Sosok yang dimaksud adalah Paul Ricoeur.[3]
Paul Ricoeur dikenal sebagai seorang filsuf Prancis yang terkemuka di era kontemporer. Ia dilahirkan di Valence, Prancis Selatan pada tanggal 27 Februari 1913. Ia berasal dari keluarga Kristen Protestan yang saleh, sehingga ia dianggap sebagai salah satu seorang intelektual Protestan yang terkemuka di Prancis. Ia wafat pada tanggal 20 Mei 2005 dan dimakamkan di Chatenay Malabry, Prancis.[4]
Paul Ricoeur mengatakan bahwa hermeneutika merupakan teori mengenai aturan-aturan penafsiran terhadap teks tertentu, tanda atau simbol yang dianggap sebagai teks. Menurutnya, tugas utama hermeneutik ialah di satu pihak mencari dinamika internal yang mengatur struktural kerja di dalam sebuah teks, di lain pihak mencari daya yang dimiliki kerja teks itu untuk memproyeksikan diri ke luar dan memungkinkan teks itu muncul ke permukaan.[5]
“Interpretasi” dalam perspektif Paul Ricoeur adalah karya pemikiran yang terdiri atas penguraian makna tersembunyi dari makna yang terlihat, pada tingkat makna yang tersirat di dalam makna literer. Simbol dan interpretasi menjadi konsep yang saling berkaitan. Interpretasi muncul di mana makna jamak berada dan di dalam interpretasilah pluralitas makna termanifestasikan.[6]
Dalam upaya interpretasi teks diperlukan proses hermeneutik yang berbeda. Menurut Paul Ricoeur, prosedur hermeneutikanya secara garis-besar dapat diringkas sebagai berikut: Pertama, teks harus dibaca dengan kesungguhan, menggunakan symphatic imagination (imajinasi yang penuh rasa simpati). Kedua, pentakwil menentukan tanda-tanda yang terdapat di dalamnya sebelum dapat menyingkap makna terdalam dalam teks, kemudian pentakwil memberikan beberapa pengandaian atau hipotesis. Ketiga, pentakwil mesti melihat bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan makna dan gagasan dalam teks itu merupakan pengalaman tentang kenyataan non-bahasa. [7]
Daftar Pustaka
Bleicher, Josef. Hermeneutika Kontemporer, terj. Ahmad Norma Permata. Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2003.
Hadi WM, Abdul. Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas. Yogyakarta: Mahatari, 2004.
Sumaryono, E. Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1999.
Wachid, Abdul. “Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur dalam Memahami Teks-teks Seni.” Dalam Jurnal Imaji. Vol. 4 No. 2 Tahun 2006. Wahid, Masykur. Teori Interpretasi Paul Ricoeur. Yogyakarta: LKiS, 2015.
[1] Abdul Wachid, “Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur dalam Memahami Teks-teks Seni,” dalam Jurnal Imaji, Vol. 04 No. 2 Tahun 2006, hal. 201.
[2] Abdul Wachid, “Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur dalam Memahami Teks-teks Seni…”, hal. 201.
[3] F. Budi Hardiman, Seni Memahami: Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida, Yogyakarta: Kanisius, 2015, hal. 236.
[4] Masykur Wahid, Teori Interpretasi Paul Ricoeur, Yogyakarta: LKiS, 2015, hal. 47- 48.
[5] E. Sumaryono, Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1999 hal. 105.
[6] Josef Bleicher, Hermeneutika Kontemporer, terj. Ahmad Norma Permata, Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2003, hal. 376.
[7]Abdul Hadi W.M., Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas, Yogyakarta: Mahatari, 2004, hal. 376.