Wilhelm Christian Ludwig Dilthey (1833-1911) adalah seorang tokoh besar dalam perkembangan hermeneutik modern. Ia mengusung ide bahwa sejarah adalah pisau penting dalam kajian hermeneutika. Tulisan ini bertujuan menganalisa perkembangan pemikiran Dilthey akan sejarah, arti penting sejarah menurut Dilthey. Tulisan ini menggunakan metode kajian pustaka.
Dilthey adalah warga negara Jerman. Ia adalah seorang akademisi dari Universitas Berlin. Dilthey lahir dalam keluarga Protestan yang taat. Ia diharapkan dapat melanjutkan karir orang tuanya sebagai pemuka agama. Meskipun demikian, saat dewasa ia memutuskan untuk memfokusi minatnya terhadap sejarah dan filsafat. Keputusan ini tidak terlepas dari kekaguman beliau terhadap Jacob Grimm dan Leopold Von Ranke, dua orang sejarawan yang juga berasal dari Jerman yang mana pada masanya adalah tokoh penting dalam perkembangan sejarah di Eropa.[1]
Bagi Dilthey, mendalami sejarah bukan hanya soal pendalaman minat tapi ia menggunakannya juga sebagai alat perlawanan. Semasa ia hidup, Jerman mulai mengadopsi ide tentang industrialisasi dari Inggris. Dilthey menggunakan sejarah untuk melawan ide materialisme yang menjadi konsekuensi dari era tersebut. Dilthey meyakini bahwa industrialisasi dapat mencerabut jati diri suatu bangsa dari sejarahnya.[2]
Pemikiran Dilthey terhadap sejarah diawali atas ide bahwa manusia tidak akan mampu mengurai makna tanpa memahami sejarah terlebih dahulu. Bagi Dilthey, manusia memiliki kemampuan untuk memberikan arti dan makna atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Pemahaman terhadap diri dan sejarah ini pun senantiasa berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan pola pikirnya.[3]
Pengungkapan pentingnya sejarah ditulis Dilthey dimulai dari penulisan buku tentang hakikat dari manusia. Buku ini ditulis pada tahun 1883 dengan judul Einleitung in die Geiteswissenshaften (Introduction to the Human Studies). Secara singkat buku ini menguraikan bahwa manusia tidak dapat memahami hakikat dirinya dengan hanya dengan perenungan sendiri. Dengan memahami sejarah, manusia dapat membongkar hakikat manusia, termasuk mengurai jawaban mengapa ia diciptakan, mengapa ia ada, atau mengurai apa yang terjadi pada manusia yang lalu dan aspek sejarah lainnya. Dari situ akan tersingkap makna. Hakikat makna yang lebih dalam bukan sekedar permukaan. Sejarah dan studi tentang manusia akan mencapai tujuannya ketika manusia dapat memahami dirinya sendiri.[4]
Menyoal waktu, kita ketahui sejarah itu begitu luas dan panjang bahkan tidak ada habisnya. Berlalunya waktu, maka berarti ada sejarah baru. Jika begitu banyak bagian dari sejarah, lalu sejarah yang mana dimaksud Dilthey? Menjawab ini, Dilthey justru telah memberikan peringatan. Menurutnya tidak ada makna yang final karena sejarah belum berhenti. Pencarian makna tidak menyoal jangka waktu, pencarian makna adalah sebuah proses. Meskipun demikian sejarah pada titik tertentu juga dapat menjadi objektif dan stabil. Dengan sifat ini, maka makna yang lahir dari penelitian sejarah kemudian dapat dipahami oleh manusia.[5]
Dari uraian di atas tidak berlebihan jika mengatakan bahwa bagi Ditlhey, sejarahlah yang merangkai makna. Seseorang akan kehilangan esensi makna teks tersebut jika hanya terpaku pada susunan kata dalam teks. Orang tersebut harus mengalihkan perhatiannya. Ia harus memindahkan perhatiannya pada konteks yang lebih luas. Ia perlu memahami diri penulis teks dan zaman dimana penulis berasal. Ia harus memahami sejarah dibalik teks. Maka meneliti sejarah adalah cara manusia menemukan makna.
DAFTAR PUSTAKA
Hardiman, F. Budi. Seni Memahami: Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derida. Yogyakarta: Kanisius, 2015.
Sholikah. “Pemikiran Hermeneutika Wilhelm Dilthey (1833-1911)”. Dalam Al Hikmah: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 7 No. 2 Tahun 2017. Ditlhey, Wilhelm. Descriptive Psychology and Historical Understanding, diterjemahkan oleh Richard M Zaner Kenneth Le Heiges. Netherlands: The Hague, 1977.
[1] F. Budi Hardiman, Seni Memahami: Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derida, Yogyakarta: Kanisius, 2015, hal. 64-67.
[2] F. Budi Hardiman, Seni Memahami…, hal. 65-66.
[3] Sholikah, “Pemikiran Hermeneutika Wilhelm Dilthey (1833-1911)”, dalam Al Hikmah: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 7 No. 2 Tahun 2017, hal. 109-120.
[4] Wilhelm Ditlhey, Descriptive Psychology and Historical Understanding, diterjemahkan oleh Richard M Zaner Kenneth Le Heiges, Netherlands: The Hague, 1977, hal. 4-11.
[5] F. Budi Hardiman, Seni Memahami, hal.82.