Hermeneutika Schleiermacher Sebagai Metode Tafsir Al-Qur’an

pexels.com

Pendahuluan

Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher adalah seorang sarjana yang sangat terkenal dalam bidang filsafat dan ia juga merupakan seorang teolog Protestan kenamaan Jerman. Schleirmacher banyak berkontribusi dalam hal beragama pada umat Kristiani. Banyak karyanya yang merumuskan konsep-konsep baru tentang keberagamaan dan tentang konsep Tuhan.[1]

Schleiermacher membuat terobosan baru dalam pembacaan dan memahami kitab suci. Pada zamannya, Bible kerap kali hanya dijadikan objek filologi yang seringkali hanya mengarah pada interpretasi linguistic teks, dimana menurut anggapannya, hal itu saja belumlah cukup mumpuni untuk mengungkap pemaknaan dalam mencapai pemahaman yang benar dan sesuai sebagaimana diinginkan oleh penulis teks tersebut.[2]

Menyadari hal itu, Schleiermacher mencoba memberi gebrakan baru tentang konsep interpretasi, atau seni memahami (Hermeneutika) baru menggunakan dua analisis yang menurutnya akan sangat membantu pembaca (reader) dalam memahami teks yang sedang dibaca, yaitu analisis kebahasaan dan analisis psikologis. Melalui pengaplikasian analisis kebahasaan, akan mengantarkan pembaca untuk bisa memahami konsep-konsep yang sedang dan ingin diungkapkan oleh penulis teks. Sedangkan dengan analisis psikologis, pembaca diproyeksikan untuk dapat menangkap pemahaman yang sama seperti yang diinginkan oleh penulis teks itu sendiri.

Schleiermacher dan Hermeneutikanya

Schleiermacher memiliki nama lengkap Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher. Dia lahir pada 21 November 1768 di Breslau, Jerman (sekarang masuk wilayah teritori Wroclaw, Provinsi Dolnoslaskie, Republik Polandia) dan meninggal pada tanggal 6 Februari 1834. Pada masanya, Schleirmacher dikenal sebagai seorang teolog yang produktif melahirkan karya-karya tentang ajaran kekristenan. Sebagai penganut agama yang taat, ia juga acap kali memberikan khotbah keagamaan di berbagai tempat. Selain itu, ia juga masyhur sebagai tokoh dalam teologi modern, atau bapak Protestanisme liberal.[3] Namun, selain sebagai seorang teolog, Schleiermacher juga dikenal sebagai seorang filosof dan bapak hermeneutika modern. Pada masa kehidupannya, pengaruh filsafat Immanuel Kant sangat dirasakan dalam beberapa cabang keilmuan yang berkembang kala itu, terutama yang berkaitan dengan hermeneutika. Hal ini terlihat pada dua pola arus utama yang menentukan konsep hermeneutika modern, yaitu peran yang diberikannya dalam ranah ilmu alam dari sisi epistimologisnya dan beberapa kajiannya tentang cara mencari tahu dimana subyek dan obyek berfungsi dalam sebuah perkembangan pengetahuan.[4]

Konsep hermeneutika Schleiermacher secara genealogis bisa dikatakan dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan sahabat karibnya Friedrich Von Schlegel yang membuat pemikirannya bergeser dari paradigma linguistik gramatika ke arah interpretasi psikologis. Di sisi lain, ia juga dipengaruhi oleh pemikiran ahli filologi Friedrich Ast dan Friedrich August Wolf yang lebih memfokuskan hermeneutika pada aspek bahasanya, alias linguistic.[5]

Menurut Schleiermacher, ada dua tugas penting hermeneutika jika seorang pembaca teks benar-benar ingin memahami apa yang sedang dibacanya, yaitu interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologis. Ilmu tata bahasa atau gramatikal merupakan syarat berpikir setiap orang ketika berinteraksi dengan teks yang dibacanya, sedangkan aspek psikologinya memungkinkan seseorang memahami kepribadian penulis sehingga, proses memahaminya benar-benar utuh demi meminimalisir misunderstanding (salah paham).[6]

Hermeneutika Gramatikal

Secara etimologis, Hermeneutika gramatikal adalah sebuah seni memahami. Sedangkan hermeneutika gramatikal secara terminologis adalah proses penafsiran (to interprete) yang tolok ukur utamanya didasarkan pada analisa bahasa yang digunakan oleh teks itu sendiri ketika ia ditulis. Dengan begitu, seorang penafsir teks berkewajiban menguasai aspek-aspek ketatabahasaan secara utuh dan menyeluruh ketika mulai berdialektika dengan teks tersebut. Dan semakin dia menguasai bahasa, maka semakin baik pula lah penafsirannya.[7] Begitu pun sebaliknya, mengabaikan kaidah-kaidah tata bahasa hanya akan mengantarkan si penafsir ke pemahaman-pemahaman yang salah.

Hermeneutika Psikologis

Selain hermeneutika gramatikal, aspek penting lain yang ditekankan Schleiermacher dalam hermeneutikanya adalah aspek psikis pengarang teks, dalam hal ini  disebut sebagai hermeneutika  psikologis. Schleiermacher sangat menyadari bahwa sebuah teks adalah pengejawantahan dari dialektika pengarang dan tulisan atau bahasa yang ia gunakan dan kuasai ketika menulis. Teks tidak mungkin hadir begitu saja tanpa keberadaan pengarangnya dan pikirannya, begitu juga dengan si pengarang, apa yang ada dalam pikirannya tak akan termanifestasi dan diketahui orang lain tanpa ia keluarkan menggunakan bahasa verbal maupun non-verbal.

Relevansi dan Analisis dengan Kajian Al-Qur’an

Kajian Al-Qur’an, dapat diambil contoh pada kata ikhlas. Hari ini, kata ikhlas seringkali diartikan dengan berbuat atau beramal baik dengan hanya mengharap ridha Allah semata.  Padahal, pada masa penurunannya, kata ikhlas belum diartikan seperti itu. Melainkan kata tersebut memiliki arti yang mirip dengan kata tauhid yang dikenal sementara banyak orang hari ini, yaitu mengesakan Allah sebagai satu-satunya tuhan. Argumennya, bisa dilihat dalam Al-Qur’an bahwa surat yang diberi nama Al-ikhlas adalah surat yang isinya berbicara tentang konsep Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kesimpulan

Hermeneutika gramatikal dan psikologis merupakan salah satu metode pemahaman teks yang ditawarkan oleh Schleiermacher. Sebuah teks hendaknya dipahami seperti pemahaman yang dimiliki oleh sang author. Untuk itu, sang pembaca harus mengerti dengan jelas bahasa yang digunakan oleh sang author ketika menulis teks, kondisi kebahasaan pada masa ia hidup serta tatanan bahasa yang berlaku pada waktu dan tempat sang author menulis teks tersebut. Untuk studi Al-Qur’an sendiri, mungkin prinsip dasar ini juga relevan dengan pendekatan sabab al-nuzul ini diyakini sebagai peranti penting dalam memahami ayat Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Hardiman, F. Budi. Seni Memahami:  Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida. Yogyakarta: PT Kanisius, 2015.

Howard, Roy J. Hermeneutika Pengantar Teori Pemahaman Kontemporer Wacana Analitis Psikososial dan Ontologis, diterjemahkan oleh Kusmana dan M.S. Nasrullah, Bandung: Penerbit Nuansa, 2000.

Poespoprodjo,W. Hermeneutika. Bandung: Pustaka Setia, 2004.

Sumaryono, E. Hermeneutik, Yogyakarta: Kanisisus, 1993.

Syamsuddin, Sahiron. Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2017


[1] F. Budi Hardiman, Seni Memahami:  Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida, Yogyakarta: PT Kanisius, 2015, hal. 30.

[2] Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2017hal. 66.

[3] F. Budi Hardiman, Seni Memahami:  Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida, Yogyakarta: PT Kanisius, 2015, hal. 29.

[4] Roy J. Howard, Hermeneutika, Pengantar Teori Pemahaman Kontemporer Wacana Analitis Psikososial dan Ontologis, Bandung: Penerbit Nuansa, 2000, hal. 28.

[5] W. Poespoprodjo, Hermeneutika, Bandung: Pustaka Setia, 2004, hal. 18-22.

[6] E. Sumaryono, Hermeneutik, Yogyakarta: Kanisisus, 1993, hal. 38-39

[7] Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2017hal. 66.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *