Salat sebagai rukun Islam kedua memilih peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang muslim. Tentunya ketika salat dikerjakan dengan penuh penghayatan dan dilandasi pengetahuan yang memadai dari mulai tujuan, syarat sah, rukun, dan sunah-sunahnya.
Dari mulai hal mendasar tentang salat, salat memilih dimensi sosial yang hendak disasar dalam Islam. Ini adalah dimensi horisontal. Salat yang dikerjakan dengan benar diharapkan akan membentuk manusia menjadi manusia yang saleh baik secara pribadi maupun sosial.
Allah SWT berfirman,
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ ٤٥ ( العنكبوت/29: 45)
Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-‘Ankabut/29:45)
Ketika salat dikerjakan dengan khusyuk dari mulai takbiratul ihram sampai salam, maka akan sangat berpengaruh kepada kejiwaan pelakunya. Hal ini karena semua bacaan salat berupa lafal-lafal dzikir dan doa yang akan mengingatkan pelakunya kepada Allah. Tentunya ketika dibaca dengan penuh pemahaman dan penghayatan akan menjadikan jiwa pelakunya tenang dan tenteram.
Allah SWT berfirman,
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ ٢٨ ( الرّعد/13: 28)
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram. (Ar-Ra’d/13:28)
Ketika jiwa orang yang salat tenang, maka akan berpengaruh langsung kepada perilakunya. Perilakunya akan mudah terkontrol dan terkendali. Tidak mudah untuk berbuat segala bentuk perbuatan keji dan mungkar. Ketika tergelincir dan jatuh dalam kemaksiatan hatinya akan merasa gelisah dan tidak tenang. Akan berusaha menghindari perbuatan-perbuatan yang akan menzalimi orang lain.
Efek-efek tersebut bisa muncul dikarenakan salat akan membentuk kesadaran dalam diri setiap pelakunya bahwa dirinya selalu diawasi Allah SWT. Allah SWT mengetahui apapun yang dikerjakan dan diucapkannya, sekalipun ia dalam keadaan sendiri. Bahkan sekalipun hanya baru sekadar niatan buruk yang sedang direncanakan dalam pikirannya. Allah SWT akan mengaudit setiap manusia atas segala yang dilakukannya baik saat sendiri maupun dalam keramaian.
Allah SWT berfirman,
وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٢٨٤ ( البقرة/2: 284)
Jika kamu menyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah memperhitungkannya bagimu. Dia mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki dan mengazab siapa pun yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Baqarah/2:284)
Orang yang mengerjakan salat dengan benar diharapkan menjadi pribadi yang saleh secara sosial. Kehidupan sosialnya menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Salat yang khusyuk akan membentuk pribadi-pribadi yang berakhlak mulia.
Salat dalam dimensi vertikalnya adalah menjadikan pribadi yang selalu ingat dan sadar dengan pengawasan Allah SWT.
Allah SWT berfirman,
اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ ١٤ ( طٰهٰ/20: 14)
Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku. (Taha/20:14)
Mengingat Allah SWT tidak harus lisannya selalu basah dengan kalimat-kalimat dzikir. Meskipun lisan yang selalu basah dengan kalimat dzikir tentu memiliki keutamaan dan pahala yang melimpah. Tetapi jangan sampai perhatian kepada formalitas dzikir melalaikan dari esensi dan substansi dzikir itu sendiri.
Sehingga penting untuk memahami makna bacaan dzikir dan doa yang sering kita lantunkan dalam setiap keadaan. Karena di balik pemahaman terhadap kalimat-kalimat dzikir dan doa tersebut ada hikmah dan pelajaran yang akan sangat berguna untuk menjadikan kita pribadi-pribadi yang benar-benar selalu ingat Allah.
Esensi dan substansi dari mengingat Allah SWT adalah ketika dalam kehidupan sehari-hari selalu memperhatikan dan taat kepada hukum dan aturan Allah. Di tempat kerja akan bekerja dengan profesional dan menjaga integritas sebagai pagawai. Dengan itu akan mencegahnya melakukan korupsi, manipulasi, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Di pasar, pedagang akan berdagang dengan jujur dan menjauhi curang dalam menakar dan menimbang dagangan. Pembeli juga akan melakukan transaksi dengan jujur.
Di manapun ia berada selalu ingat bahwa ia dalam pengawasan Allah SWT. Ia merasa selalu ada CCTV yang mengawasinya. Ia tidak bisa berbuat sekehendak hatinya, bebas tanpa terikat dengan aturan apapun. Karena ia selalu merasa terikat dengan aturan Allah SWT. Karena itu Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kamu kapan dan di manapun.’ (HR. Tirmidzi).[]
Editor: DM