Reproduksi dan Kehidupan Manusia dalam Al-Qur`an

Sudah merupakan fakta yang diakui bahwa reproduksi manusia berlangsung dalam serangkaian proses yang dimulai dengan pembuahan sel telur di dalam tuba falopi (pembuluh halus yang menghubungkan rahim dengan daerah indung telur dalam sistem reproduksi wanita (manusia) atau betina (hewan-hewan bertulang belakang bertingkat tinggi). Sel telur ini telah memisahkan dirinya dari indung telur dan di tengah perjalanan melalui siklus menstruasi.

Yang melakukan pembuahan tersebut adalah sebuah sel yang berasal dari pria, yaitu spermatozoa. Berpuluh-puluh juta spermatozoa terkandung dalam satu sentimeter kubik sperma. Meskipun demikian, yang dibutuhkan untuk menjamin terjadinya pembuahan hanyalah satu spermatozoa saja, atau dengan kata lain, sejumlah sangat kecil cairan ejakulasi. Cairan semen (mani) dan sprmatozoa diproduksi oleh buah pelir dan untuk waktu tertentu disimpan di dalam suatu sistem saluran dan tondon. Ketika terjadi kontak seksual, spermatozoa itu berpindah dari tempat penyimpanan ke saluran kencing, dan di tengah jalan, cairan tersebut diperkaya dengan cairan (sekresi) lain yang tidak mengandung unsur-unsur pembuahan

Bacaan Lainnya

Akan tetapi, cairan (sekresi) ini berpengaruh besar atas pembuahan tersebut dengan membantu agar sperma sampai di tempat sel telur wanita yang di buahi. Dengan demikian, cairan ejakulasi ini merupakan campuran. Ia mengandung sperma, air mani, dan berbagai cairan (sekresi) tambahan.

Begitu sel telur dibuahi, ia menuju rahim melalui tuba falopi, bahkan pada saat itu ia telah mulai membelah diri. Kemudian ia menanamkan dirinya dengan mengusup dalam ketebalan mukosa dan otot, begitu plasenta terbentuk.

Segera setelah embrio tampak oleh mata telanjang, ia terlihat sebagai segumpal sangat kecil daging, tanpa ada bagian yang bisa dibedakan. Di sana ia berkembang, secara bertahap mencapai bentuk manusia. Selama tahap-tahap ini, bagian tertentu seperti kepala agak lebih besar volumenya dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Bagian ini kemudian menyusut, sedangkan struktur penopang hidup dasar terbentuk; kerangka, yang dikelilingi otot-otot, sistem peredaran darah, isi rongga perut, dan sebagainya.

Orang – orang yang beriman sepenuhnya menyadari bahwa dirinya diciptakan Allah SWT, melalui proses yang sama dan tidak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Proses kejadian manusia itu bersifat universal, dan berdasarkan iman diakui kebenaran bahwa hanya Allah SWT yang mempunyai kekuasaan atas segala yang ada di muka bumi ini. Sebagai awal kejadian manusia yang diciptakan Allah SWT, maka dalam hal ini akan diketahui bahwasanya manusia berasal dari tanah, sebagaimana Allah SWT menerangkan dalam firman-Nya:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ ۚ

Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.

Untuk mengetahui lebih rinci tentang air mani tersebut manusia tidak akan mampu untuk meneliti secara jelas bagaimana Allah SWT dalam memproses makanan sehingga menjadi suatu zat yang dinamakan air mani, sekaligus berfungsi untuk membuahi sel telur yang ada pada seorang ibu sehubungan dengan hal tersebut Allah SWT menerangkan dalam firmanNya yang menyatakan bahwa:

ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ ۖ

Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

Dari pernyataan ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa air mani yang dihasilkan dari saripati tumbuh-tumbuhan yang telah dimakan manusia, mempunyai fungsi untuk membuahi bibit yang ada pada seorang perempuan, selanjutnya air mani tersebut di simpan dalam tempat yang sangat kokoh yaitu rahim perempuan.

Adapun terjadinya pembuahan pada seorang perempuan itu, bukan berarti terjadi begitu saja, akan tetapi mengalami suatu proses yang dinamakan perkawinan. Dari perkawinan itulah, benih yang ada pada seorang laki-laki di tumpahkan ke dalam rahim perempuan. Pada ayat yang lainnya Allah SWT telah memberikan suatu keterangan yang jelas, di mana saripati yang di makan oleh manusia, kemudian Allah SWT menjadikannya suatu zat air mani. Sedangkan proses selanjutnya air mani itu ditumpahkan ke dalam rahim perempuan melalui hubungan intim yaitu perkawinan.

Dari perkawinan tersebut, maka air mani (benih) yang ada pada seorang lelaki membuahi sel telur (ovum) seorang perempuan. Dari pertemuan antara air mani dan sel telur tersebut, maka seorang perempuan tidak mengalami haid lagi, karena sel telur telah dibuahi oleh benih lakilaki.

Adapun proses terjadinya pertumbuhan antara air mani dan sel telur ini, Allah SWT telah memberikan pernyataan dalam firmanNya:

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخٰلِقِيْنَۗ

Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.

Namun dalam penciptaan manusia tersebut mengalami kurun waktu yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Seperti yang telah diterangkan dalam ayat tersebut di atas, yang mana bibit (benih) laki-laki yang telah membuahi sel telur perempuan, maka Allah merubahNya antara perpaduan air mani dan sel telur tersebut menjadi segumpal darah, dari segumpal darah lalu Allah SWT merubahnya menjadi segumpal daging, dari segumpal daging tersebut menjadi tulang belulang. Setelah itu dengan dijadikannya tulang belulang, lalu Allah SWT membungkusnya dengan daging, selanjutnya dengan izin Allah dibentuknya menjadi makhluk baru.

Demikian firman–firman Allah SWT, yang telah memberikan penjelasan–penjelasan tentang bagaimana proses reproduksi manusia, berawal dari asal benih sampai kepada terwujudnya manusia yang sempurna. Setelah Nabi Adam AS, manusia diciptakan oleh Allah melalui perantara perkawinan antara seorang laki–laki dan perempuan, reproduksi manusia seperti itu berlaku bagi semua manusia.

Editor : ABS

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *