Grounded theory merupakan metode penelitian kualitatif yang memiliki tujuan mengembangkan teori baru secara induktif berdasarkan data empiris yang terkumpul (Warul Walidin et al., Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory, 151). Metode ini melibatkan penggunaan serangkaian langkah sistematik yang dirancang untuk mengurai kompleksitas fenomena dan mengidentifikasi pola serta hubungan yang muncul dari data tersebut.
Dalam konteks interpretasi Al-Qur’an, metode grounded theory memiliki potensi yang sangat berharga sebagai instrumen untuk menghadirkan manfaat yang signifikan dalam upaya memahami, menganalisis, serta mengembangkan teori baru terkait pesan-pesan yang terdapat dalam Al-Quran. Metode ini mampu merespons kompleksitas pesan-pesan Al-Qur’an dengan cara yang mendalam dan inklusif.
Grounded Theory dikembangkan oleh dua sosiolog Amerika, Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss, pada awal tahun 1960-an (Ahmad Adil, et al., Metodologi Penelitian Kesehatan, 185). Metode grounded theory berfokus pada pemahaman mendalam terhadap fenomena sosial yang kompleks dan mengajukan pertanyaan terbuka untuk memungkinkan pengembangan teori yang muncul dari data, bukan dari hipotesis awal.
Metode ini melibatkan proses analisis data yang mendalam, iteratif, dan induktif. Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, atau sumber lainnya dikodekan, dikategorikan, dan dianalisis untuk mengidentifikasi pola, tema, dan konsep yang muncul. Konsep-konsep ini kemudian dikembangkan menjadi teori yang lebih abstrak melalui proses komparatif dan penelusuran yang terus-menerus.
Metode grounded theory memiliki tiga prinsip utama yang menjadi landasan pendekatannya:
Pertama, konstruktivisme sosial, yaitu keyakinan bahwa realitas sosial dibangun melalui interaksi dan pemahaman manusia terhadap dunia di sekitar mereka (Cosmas Gatot Haryono, Ragam Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi, 224). Dalam konteks tafsir Al-Qur’an, ini berarti bahwa interpretasi dan pemahaman terhadap pesan-pesan Al-Qur’an dibangun oleh komunitas dan individu berdasarkan konteks budaya, sejarah, dan pengalaman pribadi mereka.
Kedua, pendekatan induktif. Metode ini menggunakan pendekatan induktif, yang berarti teori atau konsep-konsep baru dikembangkan dari bawah ke atas, berdasarkan data yang dikumpulkan dari lapangan. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan deduktif di mana teori diuji terlebih dahulu dan kemudian data dikumpulkan untuk mengonfirmasinya.
Dalam konteks tafsir Al-Qur’an, pendekatan induktif memungkinkan peneliti untuk menggali beragam pandangan dan interpretasi yang mungkin tidak tercakup dalam kerangka interpretatif sebelumnya. Karena itu, pendekatan induktif dalam tafsir Al-Qur’an memberikan ruang bagi eksplorasi yang lebih luas dan mendalam terhadap teks Al-Qur’an. Ini adalah salah satu upaya untuk memastikan bahwa makna dan pesan Al-Qur’an dapat terus relevan dalam perubahan zaman dan dalam berbagai konteks sosial dan budaya.
Ketiga, analisis berdasarkan kategori dan konsep. Data yang diperoleh dianalisis dengan mengidentifikasi kategori dan konsep yang muncul secara alami dari data itu sendiri. Kategori-kategori ini dapat berkisar dari tema-tema umum hingga konsep-konsep yang lebih spesifik. Dalam konteks tafsir Al-Qur’an, kategori-kategori ini dapat melibatkan konsep seperti etika, hukum, spiritualitas, dan sebagainya.
Dalam mengaplikasikan metode grounded theory pada tafsir Al-Qur’an, peneliti dapat memulai dengan mengumpulkan data seperti teks Al-Qur’an, tafsir klasik dan kontemporer, serta wawancara dengan para ahli. Data tersebut kemudian dianalisis secara sistematis, dengan mengidentifikasi pola, tema, dan konsep yang muncul dari data tersebut.
Konsep-konsep ini dapat dikembangkan menjadi teori yang lebih abstrak. Artinya ketika peneliti mengidentifikasi konsep-konsep tertentu dari data, mereka dapat merenungkan makna dan keterkaitan konsep-konsep tersebut. Dalam konteks ini, peneliti harus menjelajahi cara konsep-konsep tersebut berinteraksi satu sama lain dan bagaimana hal tersebut dapat membentuk pola atau temuan yang lebih besar.
Dengan kata lain, proses mengangkat konsep-konsep menjadi teori yang lebih abstrak membantu dalam mengekstrak makna yang lebih mendalam dan prinsip-prinsip umum dari ajaran Al-Quran. Dengan cara ini, peneliti dapat mendekati teks Al-Quran dengan cara yang lebih mendalam, melampaui makna literal dan menggali implikasi dan pesan yang lebih kompleks.
Sementara langkah-langkah yang dapat diambil dalam mengaplikasikan metode ini dalam tafsir Al-Quran adalah sebagai berikut:
Pertama, Pemilihan Data: Langkah pertama adalah mengumpulkan data yang relevan, termasuk teks Al-Qur’an, tafsir klasik dan kontemporer, wawancara, observasi atau dokumentasi lapangan lainnya yang berhubungan dengan tafsir Al-Qur’an.
Kedua, Pendekatan Terbuka (Open-ended Approach): Pendekatan ini memerlukan keterbukaan terhadap data tanpa memiliki prekonsepsi atau teori awal. Peneliti mengamati data dengan cermat untuk mengidentifikasi pola, konsep, dan tema yang muncul.
Ketiga,Pengkodean Data (Data Coding Process): Data yang dikumpulkan dianalisis dengan cara mengkodekan informasi yang relevan. Pengkodean awal dapat dilakukan dengan memberikan label atau kategori pada data yang memiliki kesamaan atau relevansi. Tujuan utamanya adalah untuk merinci dan mengelompokkan informasi yang terkandung dalam data menjadi unit-unit yang lebih kecil dan bermakna.
Keempat, Penciptaan Kategori (Category Development): Berdasarkan pengkodean awal, kategori-kategori yang lebih luas dan beririsan dapat diidentifikasi. Kategori-kategori ini membantu dalam mengorganisasi data dan mengidentifikasi pola yang lebih dalam.
Kelima,Pengembangan Teori (Theory Development): Dalam tahap ini, peneliti mulai menghubungkan kategori-kategori dan mengembangkan konsep yang lebih abstrak. Konsep-konsep ini muncul dari data itu sendiri dan membantu dalam membentuk teori baru atau sudut pandang yang lebih mendalam terhadap pesan-pesan Al-Qur’an.
Keenam, Verifikasi dan Penjelasan: Hasil analisis tersebut perlu diverifikasi dan diperkuat dengan menghubungkannya kembali dengan data yang dikumpulkan. Proses ini juga melibatkan penyusunan narasi yang menjelaskan temuan-temuan serta bagaimana konsep-konsep tersebut terkait dengan konteks Al-Qur’an dan interpretasinya.
Ketujuh,Refleksi dan Kesimpulan: Artikel, penelitian, atau laporan yang dihasilkan dari analisis menggunakan metode grounded theory dapat menggambarkan temuan-temuan serta menyajikan interpretasi baru tentang pesan-pesan Al-Quran berdasarkan konsep-konsep yang muncul dari data.
Melalui uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penggunaan metode grounded theory dalam tafsir Al-Qu’ran memberikan peluang untuk mengatasi kerangka interpretatif yang terkadang bersifat kaku atau terbatas. Metode ini memberikan ruang bagi interpretasi yang lebih inklusif, menyesuaikan dengan konteks sosial, budaya, dan pemahaman modern.
Metode ini juga memungkinkan penerimaan berbagai perspektif dan interpretasi yang muncul dari berbagai kalangan. Karena itu, metode grounded theory ini dapat menjadi alat yang kuat dalam mendekati pesan-pesan Al-Qur’an dengan keterbukaan dan pemahaman yang lebih mendalam.
Penerapan metode grounded theory dalam tafsir Al-Qur’an memiliki potensi untuk membawa beberapa kontribusi berharga, antara lain: pertama, metode grounded theory memungkinkan para peneliti dan cendekiawan untuk menggali makna yang lebih mendalam dari pesan-pesan Al-Qur’an. Kedua, relevansi kontekstual. Melalui metode ini, interpretasi Al-Qur’an dapat lebih relevan dengan konteks sosial, budaya, dan historis saat ini.
Ketiga, metode grounded theory dapat memungkinkan untuk memahami pesan-pesan Al-Quran dari berbagai dimensi, termasuk dimensi spiritual, etika, sosial, dan hukum. Ini mencerminkan kedalaman dan keluasan pesan Al-Quran yang bersifat multi-aspek. Keempat, pengembangan teori baru. Metode ini mendorong pengembangan teori baru yang muncul dari data itu sendiri. Ini berarti pemahaman tentang Al-Quran bisa terus berkembang seiring penemuan konsep-konsep baru yang mengemuka dari analisis.
Dengan demikian, metode grounded theory membawa perspektif yang unik terhadap interpretasi Al-Quran, yang membedakannya dari metode-metode lainnya. Beberapa keunikan tersebut antara lain: induktif dan berpusat pada data, inklusif, flexibilitas dalam pemahaman, relevansi kontemporer, dan memperkuat analisis konteks.
Referensi
Adil, Ahmad, et al., Metodologi Penelitian Kesehatan, Sumatera Barat: Get Press Indonesia, 2023.
Haryono, Cosmas Gatot. Ragam Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi, Jawa Barat: CV Jejak, 2000.
Walidin, Warul, et al., Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory, Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press, 2015.