Aktualisasi Konsep Ekologi Dan Implementasinya Masa Kini

Eksploitas sains dan teknologi menjadi dimensi penyebab adanya krisis ekologi. Permasalahan itu terletak pada relasi manusia dan alam. Di sini manusia menduduki posisi paling tinggi daripada alam. Sehingga, manusia dengan kompleksitas episteme itu cenderung bersifat bebas nilai terhadap alam. Manusia dan alam lantaran merupakan dua entitas yang berbeda akan eksistensinya (Amirullah, 2015: 3).

Manusia memang untung setelah memanfaatkan konstruksi alam. Tetapi, alam dengan seluruh kebermanfaatan itu tidak bisa dirawat kualitasnya oleh manusia sendiri. Eksploitas sains dan teknologi yang sudah masuk ke dalam paradigma manusia, lalu alam banyak mengalami kerusakan secara desktuktif. Maka, sains dan teknologi tidak semata-mata bertujuan mempermudah akses manusia dalam beraktivitas.

Bacaan Lainnya

Rumusan masalah tulisan ini bagaimana aktualisasi konsep ekologi dengan didukung adanya perkembangan sains dan teknologi. Jadi, pembahasan dalam tulisan ini lebih tepatnya mengungkap secara sistematis terhadap tiga analisa penting. Pertama, tafsir konsep ekologi. Kedua, dinamika problematika sains dan teknologi. Ketiga, implementasi konsep ekologi masa kini.

Tafsir Konsep Ekologi

Paradigma ekologis dalam Al-Qur’an selalu berbicara seputar kerusakan alam dan tugas manusia sebagai wakil Allah Swt. Manusia memiliki peran sentral dalam menjaga keseimbangan alam. Al-Qur’an memberikan teguran jika manusia harus bersikap tidak berlebihan dan wajib bertanggungjawab atas konsekuensi personalnya. Hal itu bertujuan untuk menjaga keberlanjutan ekosistem bumi yang dinamis (Mukhlis, 2022: 90).

Al-Qur’an Surah al-A’raf [7]: 56 mengandung tafsir konsep ekologi yang berkaitan dengan kerusakan alam. Ayat ini memiliki maksud bahwa penciptaan alam mempunyai kondisi yang sangat memenuhi kebutuhan makhluk-Nya (Shihab, 2005: 5/123). Jika kerusakan alam menjadi problematis, maka konsep ekologi di sini berarti level manusia dan alam bersifat equal dalam pengertian sosial biologis.

Sementara, Al-Qur’an Surah Luqman [31]: 20 mengandung tafsir konsep ekologi yang berkaitan dengan tugas manusia sebagai wakil Allah Swt. Ayat ini memiliki maksud bahwa Allah Swt. menciptakan episteme antara manusia dan alam yang menjadi saling menguntungkan dengan tujuan kebermanfaatan. Jadi, konsep ekologi di sini berarti level manusia dan alam bersifat equal dalam pengertian sosial politis.

Al-Qur’an Surah al-A’raf [7]: 56 dan Al-Qur’an Surah Luqman [31]: 20 memandang konsep ekologi sebagai tingkatan keseimbangan komponen yang terlibat bersifat equal. Al-Qur’an Surah al-A’raf [7]: 56 menempatkan posisi manusia dan alam secara sosial biologis. Sedangkan, Al-Qur’an Surah Luqman [31]: 20 menempatkan posisi manusia dan alam secara sosial politis.

Semua itu merujuk kepada definisi mendasar dari ekologi yang diurai dengan rumusan tiga kata kunci. Pertama, hubungan timbal balik. Kedua, hubungan antarsesama organisme. Ketiga, hubungan organisme dengan lingkungannya (Suhendra, 2013: 64). Maka, tafsir konsep ekologi singkatnya terikat pada isu kerusakan alam yang bermakna pada penekanan kolektifitas internal dan tugas manusia sebagai wakil Allah Swt.

Dinamika Problematika Sains dan Teknologi

Sains dan teknologi disebut dimensi kesatuan yang cenderung terus memengaruhi kehidupan manusia. Gejala itu mudah ditemukan, sehingga masyarakat semakin sadar dan menghargai berbagai informasi untuk mengejar ketertinggalan. Hingga akhirnya justru akan mengalami tension (ketegangan) yang menuntut semua pihak terpaksa melakukan adaption (adaptasi) dengan cepat (Suswandari, 2010: 112).

Di sini dinamika problematika sains dan teknologi memiliki dua wajah yang berkaitan. Menurut Fritjof Capra yang dikutip M. Abzar D. dalam karya jurnalnya, “Krisis-krisis global di muka bumi dapat dilacak pada cara pandang dunia manusia modern” (Abzar, 2021: 134). Maka cukup jelas menunjukkan adanya suatu keterkaitan yang problematis secara konkret dari dinamika perkembangan sains dan teknologi.

Pertama, wajah intrinsik problematika sains dan teknologi. Di sini berarti adanya sains dan teknologi yang mengandalkan rasionalitas-empiristik memuat satu gerakan. Hal itu adalah logika yang dipercanggih sains dan teknologi melalui nalar silogistik. Sehingga, manusia mulai menuhankan sains dan teknologi dengan dalih mampu mempermudah akses manusia dalam beraktivitas (Hamdan, 2020: 317).

Kedua, wajah ekstrinsik problematika sains dan teknologi. Di sini berarti adanya sains dan teknologi melahirkan ideologi baru yang dapat mengarahkan kepada keterpurukan masa depan manusia. Manusia yang sebelumnya berisi kekosongan paradigmatis lantaran menjadikan semua dasar pertimbangan kehidupan berpatokan kepada sikap pragmatik yang cenderung bersifat ego-sentristik (Hamdan, 2020: 317).

Dinamika problematika sains dan teknologi secara singkat dipahami dalam pengertian mengenai doktrin fundamental masa kini yang mampu memaksa manusia adaptif terhadap culture shock (kejutan budaya). Pengertian itu menjabarkan wajah intrinsik dan ekstrinsik problematis dengan misi menjadikan manusia semakin tunduk secara konkret kepada arah dimensial positivistik.

Implementasi Konsep Ekologi Masa Kini

Al-Qur’an Surah al-Furqan [25]: 2 memiliki kandungan tentang segala penciptaan Allah Swt. merupakan konstruksi ukuran yang paling ideal dan memiliki fungsi tersendiri (Muttaqin, 2020: 241). Tafsir terhadap Al-Qur’an Surah al-Furqan [25]: 2 adalah keberadaan Allah Swt. bersifat absolut dalam melakukan segala penciptaan dengan hikmah-Nya sesuai dengan kehendak kolektifitas internal masing-masing fungsi sebuah produk (Zuhayli (al), 2013: 10/36).

Tafsir konsep ekologi berarti sifat relasional manusia terhadap alam dalam pengertian sosial biologis dan sosial politis. Hal itu sudah menjadi tolak ukur paling fungsional, melihat alam sendiri merupakan ciptaan Allah Swt. untuk kebutuhan manusia yang harus diberi perawatan terbaik sebagai konsekuensi timbal balik. Tafsir konsep ekologi lalu dapat dikatakan sebagai kehendak kolektifitas internal Allah Swt.

Sains dan teknologi di sini dimensi paling dominan adalah memahami wordview (pandangan dunia) secara rasionalitas-empiristik. Di sini tentu saja juga konstruksi Allah Swt. atas kehendak-Nya sesuai fungsi masing-masing produk. Pada kaitan implementasi konsep ekologi masa kini lantaran berarti hubungan manusia terhadap alam sangat mudah diakses melalui dimensi metodologis sains dan teknologi.

Penerapan konsep ekologi yang didukung dengan adanya perkembangan sains dan teknologi bertumpu pada satu gerakan. Hal itu adalah beyond ecology yang menjadi suatu kemampuan untuk melihat lingkungan binaan dengan objek ekosistem dari hanya sekedar relasi timbal balik. Sains dan teknologi itu lantaran memberi ruang paling fleksibel karena adanya perubahan sebuah ekosistem yang sedang berlangsung.

Linearitas Al-Qur’an Surah al-Furqan [25]: 2 terhadap implementasi konsep ekologi masa kini menunjukkan jawaban atas problematika krisis relasi manusia kepada alam. Lebih tepatnya, penerapan konsep ekologi dalam konteks kekiniaan lebih menekankan adanya kehendak Allah Swt. yang menempati posisi fungsional pada peran konstruktif manusia dalam menjaga keseimbangan alam.

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, konsep ekologi secara aktual ditinjau menggunakan analisis tafsir adalah keterhubungan manusia terhadap alam dalam pengertian sosial biologis dan sosial politis. Sedangkan, implementasi konsep ekologi masa kini yang didukung adanya perkembangan sains dan teknologi lebih bersifat beyond ecology sebagai refleksi dari bentuk fungsional kehendak Allah Swt.

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. “Krisis Ekologi: Problematika Sains Modern.” Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi, Vol. 18, No. 1 (2015), 1-21.

D, M. Abzar, dkk. “Problem Sains Sains Modern di Barat: Pentingnya Pemikir Islam Konstruktif-Positif.” Sulesana, Vol. 15, No. 1 (2021), 131-142.

Hamdan, Muhammad, dkk. “Problematika Perkembangan Sains dan Dampaknya terhadap Pendidikan Islam.” Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains, Vol. 2 (2020), 313-319.

Mukhlis, Febri Hijroh. “Paradigma Ekologis dalam Tafsir Al-Qur’an: Kajian Tematik-Kontekstual.” Qof: Jurnal Stuqdi Al-Qur’an dan Tafsir, Vol. 6, No. 1 (2022), 89-108.

Muttaqin, Ahmad. “Al-Qur’an dan Wawasan Ekologi.” Al-Dzikra: Jurnal Studi Al-Qur’an dan al-Hadits, Vol. 14, No. 2 (2020), 333-358.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Jilid 5. Tangerang: Lentera Hati, 2005.

Suhendra, Ahmad. “Menelisik Ekologis dalam Al-Qur’an.” ESENSIA: Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin, Vol. 14, No. 1 (2013), 61-82.

Suswandari. “Sains, Teknologi dan Pendidikan.” Jurnal Teknodik, Vol. 14, No. 1 (2010), 111-117.

Zuhayli (al), Wahbah. Tafsir al-Munir: Aqidah, Shari’ah, dan Manhaj. Jilid 10. terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani Press, 2013.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *