Fenomena Anxiety dan Refleksi Terhadap Q.S. al-Hijr: 97-99

Menurut para ilmuan, abad ke 20 M dinamai dengan abad kecemasan (the Age of Anxiety) (Hakim, 2021). Pesatnya perkembangan dunia menuju modernisasi telah memunculkan berbagai permasalahan baru dalam kehidupan manusia, terutama yang berkaitan dengan masalah psikologis atau masalah kejiwaan. Tekanan psikologis, stres, kontradiksi diri, keraguan, dan lain-lain merupakan beberapa permasalahan yang banyak dihadapi orang saat ini. Oleh karena itu, kehidupan manusia saat ini dipandang sangat kompleks dalam menghadapi berbagai persoalan. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi tanpa adanya keseimbangan dimensi spiritual yang seharusnya menjadi benteng pertahanan manusia.

Freud menyatakan bahwa anxiety adalah fungsi ego yang memberi peringatan kepada individu terhadap adanya kemungkinan bahaya yang akan datang dan memungkinkan mereka mempersiapkan respons adaptif yang tepat. Kecemasan bertindak sebagai mekanisme perlindungan ego. Karena anxiety adalah sinyal bagi kita bahwa akan ada bahaya, dan jika kita tidak mengambil langkah yang tepat, bahaya tersebut akan mengenai diri sendiri hingga berbenturan dengan ego (Laura A.Raja, 2010).

Bacaan Lainnya

Menurut laporan Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional (I-NAMHS) Indonesia, gangguan kecemasan memiliki angka tertinggi 3,7% di antara gangguan mental, diikuti oleh gangguan depresi mayor dengan presentase 1%, gangguan perilaku 0,9%, ADHD dan PTSD  0,5%. Hal ini menunjukkan bahwa  remaja Indonesia yang berusia 10 hingga 17 tahun satu dari ketiganya sedang mengalami masalah kesehatan mental. Sementara itu, satu dari 20 remaja Indonesia didiagnosa mengalami gangguan mentan (mental health) dalam satu tahun terakhir. Menurut situs Universitas Gadjah Mada (UGM), presentase masing-masing itu sama dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja. Kelompok remaja ini merupakan mereka yang terdiagnosis  gangguan jiwa menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Jiwa Edisi Kelima (DSM-5), panduan diagnostik gangguan jiwa di Indonesia (Erlina F Santika, 2023).

Emerging adulthood atau perkembangan pribadi dimulai dan mencapai puncaknya pada usia 18 hingga 20 tahun, yaitu usia transisi dimana individu mulai menetapkan aturan dan harapan mengenai karier, pendidikan, dan kisah percintaan, hingga mencapai usia 20 hingga 25 tahun. Hal ini sering disebut sebagai quarter life crisis (Arnett, 2000 & Murphy 2011). Pada masa ini seseorang biasanya mengalami konflik antara kenyataan dan harapan, banyak tuntutan sosial yang dibebankan padanya sehingga memberikan tekanan dan membuatnya cemas.

Tuntutan dan tekanan sosial mengenai karir, pendidikan, pernikahan, dan kehidupan yang sukses dengan standar yang diberikan masyarakat membuat kecemasan pada diri seseorang menjadi lebih tinggi. Ketika standar itu muncul maka yang akan ada di pikiran individu adalah apakah ketika tidak mencapainya akan dianggap gagal dan kegagalan adalah sesuatu yang ditakutkan oleh setiap individu. Dan tuntutan itu menyebabkan seseorang jadi kurang bersyukur atas apa yang dicapainya karena setalah pencapaian satu maka ia ditargetkan untuk mencapai hal lainnya.

Fenomena yang terjadi ketika seseorang telah memasuki usia 20-an adalah munculnya pertanyan-pertanyan yang menjadi tangga sosial, seperti kapan lulus kuliah? kapan menikah? kapan memiliki momongan/anak? dan pertanyaan kapan-kapan lainnya, sehingga seseroang akan menjadi cemas akan hal yang belum dicapainya dan merasa pencapaian tersebut adalah hal yang wajib. Pada usia ini manusia juga mengalami fase putus asa, karena selalu merasa dibanding-bandingkan dengan orang lain, sehingga pencapaian orang lain adalah suatu hal yang juga harus dicapai oleh dirinya, sikap membanding-bandingankan tersebut membuat kufur akan nikmat Allah.

Adversity quotient mungkin menjadi salah satu faktor yang menekan rasa takut di masa depan karena orang dengan adversity quotient memiliki kendali dan mampu mengendalikan perilakunya ketika menghadapi situasi sulit. Adversity quotient merupakan kemampuan seseorang dalam berjuang dan mengatasi permasalahan dan hambatan. Mengubah kesulitan menjadi peluang untuk sukses.Rasulullah SAW pernah merasa cemas yang termaktub dalam firman Allah SWT dalam Q.S. al-Hijr: 97-99:

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ

Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan

Di dalam Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab, disebut bahwa dada Rasul menjadi sempit karena olok-olok atau ucapan buruk yang dilontarkan kepadanya. Allah pun mengetahui bahwa Rasul adalah seseorang yang baik budi pekertinya, pemaaf dan penuh toleransi, sehingga apa yang diucapkan ialah berupa kebohongan, dan olok-olokan itu ialah ditunjukan kepada Allah jadi jangan hiraukan ucapan-ucapan itu tetapi bertasbihlah kepada Allah dari segala kekurangan sebagaimana yang telah dilakukan selama ini. (Quraish Shihab, 2021)

Jika ayat ini kita kaitkan dengan fenomena yang terjadi sekarang, maka ucapan-ucapan atau standar yang diberikan oleh masyarakat adalah sama seperti olokan kaum musyrikin yang menolak dakwah Rasul, jadi kita sebagaimana manusia seharusnya tidak mengikuti ekspetasi manusia lain, karena kita penuh keterbatasan tetapi Allah SWT tidak terbatas. di ayat selanjutnya Allah berfirman:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِين

Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat),

Reflekasi makna sujud yaitu sebuah penghambaan secara total, menyadari bahwa manusia adalah makhluk rendah dan ada yang Maha Tinggi. Hakikatnya sujud ialah waktu terbaik bagi hamba untuk merasakan kedekatan dengan Tuhan-Nya. Nilai sujud dalam spiritual dipandang sebagai ketundukan, keagungan, ketaatan, hanya kepada Allah. Kata sujud dalam ayat diatas diartikan juga sebagai sholat, sebagaimana dalam Tafsir Al-Misbah kata ٱلسَّٰجِدِينَ dimaknai dengan orang orang yang tekun lagi khusyuk dalam shalat. hal tersebut menunjukan bahwa sholat adalah ibadah yang paling penting dari ibadah-ibadah yang lain. dan di ayat berikutnya Allah berfirman:

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

Kata (ٱلْيَقِينُ) dipahami oleh sebagian ulama sebagai kemenangan, namun bagi banyak orang diartikan sebagai kematian. Jika kata ini dipahami dalam arti kemenangan, nampaknya perintah shalat dan ibadah berakhir dengan datangnya kemenangan. Lain halnya jika memahaminya dalam arti kematian. Kematian disamakan dengan iman karena kematian adalah suatu kepastian yang tidak dapat diragukan oleh siapa pun. Setiap kali dia muncul, dia muncul, meski banyak yang acuh tak acuh terhadap kedatangannya. (Quraisy Shihab, 2021)

Fenomena yang terjadi, kita merasa khawatir akan masa depan dan sibuk mengejar dunia sehingga kita merasa cemas dengan apa yang belum terjadi. Kita lupa bahwa kita adalah makhluk dan setiap makhluk memiliki pencipta, dan pencipta telah menuliskan skenario terbaik untuk setiap hamba-Nya, dan tugas seorang hamba adalah berusaha dan memasrahkan dirinya kepada penciptanya, bukan untuk memenuhi ekspetasi hamba lainnya.

Yang ingin saya sampaikan adalah kecemasan (anxiety) merupakan emosi yang normal ketika seseorang menghadapi suatu situasi yang belum pernah dihadapi atau hal baru yang akan di hadapi yang menimbulkan rasa takut atau khawatir. Namun jika rasa cemas yang Anda alami mulai terjadi tanpa sebab dan sulit dikendalikan, sebaiknya kita mulai berhati-hatilah karena kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh anxiety disorder. Gangguan ini menjadi perhatian karena anxiety disorder dianggap sebagai gangguan mental yang banyak terjadi pada orang dewasa (Beiter et al., 2015).

Referensi

Al-Baqi, M. F. ’Abd. (2007). Al-Mu’jam Al-Mufaras li al Fadz Al-Qur’an Al-Karim.

Arnett, Jeffrey Jensen. (2000). Emerging adulthood: A theory of development from the late teens through the twenties. American Psychologist, Vol. 55, pp. 469–480. https://doi.org/10.1037/0003-066X.55.5.469

Erlina f santika, Jenis Gangguan Mental yang Dialami Remaja Indonesia Usia 10-17 Tahun (2022) https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/04/14/jutaan-remaja-indonesia-disebut-terdiagnosis-gangguan-kesehatan-mental-ini-jenisnya

Darmanto Jatman, 2000. Psikologi Jawa Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya cet ke2,

Hakim, A. R. 2021. Insecure dalam Ilmu Psikologi ditinjau dari Perspektif Al-Qur’an. http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/55974

Laura A. King, 2010. Psikologi Umum. Jakarta : Salemba Humanika,

Murphy, M. 2011 Emerging adulthood in Ireland: Is the quarter-life crisis a common experience? Dublin Institute of Technology. https://arrow.tudublin.ie/aaschssldis/35/

Sutardjo A. Wiramihardja, 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama,

Robet J Edelmen, Anxiety Theory, Reseacrh and Intervention in Clinical and Health Psychology (ChichesterEngland John Wiley & Sons Ltd, 1992)

Shihab, M. Quraish. 2009. Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur‟ān. Jakarta: Lentera Hati.

Zakiah Daradjat, 1993. Kebahagiaan. Bandung: CV. Ruhama.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *