PENDAHULUAN
Bintang, seorang ibu muda, mengunggah postingan perihal apa yang rasakannya di masa awal ia menjadi seorang ibu di akun TikToknya. Dalam postingan videonya, ia mengaku merasakan fenomena Baby Blues di hari keduanya menjadi Ibu (@bntganhr_ : 2023).[i]
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa segala bentuk ucapan selamat atau hadiah yang ia terima pascapersalinan kebanyakan hanya untuk si bayi, bukan untuk personal dirinya. Pun ungkapan seperti “Anaknya mirip banget dengan bapaknya” dan yang senada dengan itu membuat Bintang merasa bahwa rahimnya hanya sekedar tumpangan bagi seorang anak. Di akhir, ia juga mengaku bahwa ia mengalami perubahan karakter dirinya akibat baby blues.
Baby blues sendiri hanya salah satu tahapan dari tahapan-tahapan psikologis yang dialami oleh seorang ibu. Jika tidak mendapatkan penanganan dan pendampingan yang baik, penderita baby blues akan masuk pada tahapan postpartum depression (PPD) (McKelvey dkk, 2018: 29).[ii] WHO (2022) mecatat, 30% wanita penyandang PPD berakhir meninggal (WHO, 2022: 1).[iii]
Berita gangguan mental yang dialami seorang ibu pasca persalinan banyak beredar. “Viral Ibu Nyaris Lempar Anak di Rel Kereta Diduga Baby Blues, Ini Penjelasan KCI” (DetikHealth, 2023)[iv], “Video Viral Ibu Tenggelamkan Anak ke Ember di Jaksel: Diduga “Baby Blues” dan Depresi Rawat 3 Balita Sekaligus” (Kompas, 2023)[v] dan lainnya membuktikan bahwa Baby Blues merupakan masalah yang serius.
Di Indonesia, 50-70% ibu melahirkan mengalami Baby Blues (Mones, 2023: 2).[vi] Secara global, 30-70% mengalami Baby Blues pada tahun 2017 (Upadhyay, 2017: 706-717).[vii] Penelitian menunjukkan bahwa, kematangan pendidikan seorang ibu memperkecil angka terjadinya Baby Blues (Harianti, 2024: 10941).[viii] Dari persentasi di atas, menjadi penting untuk membahas Baby Blues dengan merefleksikan kisah Maryam.
PEMBAHASAN
BABY BLUES
Baby Blues adalah istilah untuk kondisi mental yang berlangsung sejak masa kehamilan hingga pekan pertama pascapersalinan. Baby Blues mulai memperlihatkan reaksi emosional dimulai pada hari ke 2 atau 3 pascapersalinan hingga akhir pekan pertama (Jean Rankin, 2017: 594).[ix]
Gejala dari baby blues beragam, di antarnya: Sedih, depresi, mudah tersinggung atau marah, sulit menjalin hubungan dengan bayi, cemas atau panik, kurang makan dan tidur atau berlebihan, pikiran yang mengganggu dan berlangsung lama, merasa hilang kendali atau gila, merasa tidak seharusnya menjadi orang tua, adanya pikiran melukai bayi atau bahkan diri sendiri (Postpartum Support International, 2023).[x]
Refleksi Persalinan dan Pascapersalinan MARYAM Putri Imran
Dalam surah Maryam, Maryam Putri Imran terekam pernah mengucapkan perkataan berikut:
فَاَجَاۤءَهَا الْمَخَاضُ اِلٰى جِذْعِ النَّخْلَةِۚ قَالَتْ يٰلَيْتَنِيْ مِتُّ قَبْلَ هٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَّنْسِيًّا
“Rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma. Dia (Maryam) berkata, “Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya).” (Q.S. Maryam [19]: 23)
Ratapan Maryam kemudian direspon di ayat selanjutnya:
فَنَادٰىهَا مِنْ تَحْتِهَآ اَلَّا تَحْزَنِيْ قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا
“Dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih. Sungguh, Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (Q.S. Maryam [19]: 24)
Terdapat dua pendapat mengenai siapa ‘dia’ yang memanggil Maryam. Pendapat pertama mengatakan Malaikat Jibril, kedua Isa yang berbicara dalam kandungan (Al-Razi, 1445: 527).[xi] Mari kita posisikan ‘dia’ sebagai pendamping Maryam selama masa persalinan hingga pascapersalinan.
Terlepas dari siapa yang merespon Maryam di masa itu, hal yang lebih menarik bagi penulis dalam bahasan ini ialah respon itu sendiri. Respon pertama adalah ucapan “janganlah kamu bersedih” yang disandingkan dengan “sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu”. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang Maryam alami adalah hal yang luar biasa (‘Asyur, 1969, 87)[xii]
Baik Maryam atau wanita lain, telah maklum bahwa menjadi ibu adalah sebuah kemuliaan. Pun bayi yang baru lahir, semuanya berstatus bersih. Kekhawatiran-kekhawatiran yang terpikirkan oleh seorang ibu yang mengalami baby blues seperti “aku tidak layak menjadi orang tua anak suci ini” dan kekhawatiran serupa lainnya hendaklah disingkirkan dengan bantuan pihak pendamping.
Namun, sekalipun memiliki pendamping yang hebat, Maryam tetap diperintah untuk melakukan suatu kegiatan yang diperlukan. Hal ini diterangkan di ayat ke 25 dalam surah Maryam.
وَهُزِّيْٓ اِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا ۖ
“Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak kepadamu.” (Q.S. Maryam [19]: 25)
Maryam diperintah untuk menggoyangkan sebuah pohon. Penulis melihat perintah ini juga dimaksudkan untuk menyibukkan diri dan mengalihkan pikiran negatifnya. Pengalihan pikiran negatif ini penting agar penderitanya tidak terjerumus ke dalam pikirannya yang dapat berujung pada melukai atau bahkan membunuh anak dan/atau dirinya sendiri.
فَكُلِيْ وَاشْرَبِيْ وَقَرِّيْ عَيْنًا ۚفَاِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ اَحَدًاۙ فَقُوْلِيْٓ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّا ۚ
“Makan, minum, dan bersukacitalah engkau. Jika engkau melihat seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.’” (Q.S. Maryam [19]: 26)
Selanjutnya, pendamping Maryam menyuruhnya untuk makan dan minum. Maryam diingatkan untuk makan dan minum tentu tidak dalam porsi yang berlebihan apalagi kekurangan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pola makan yang tidak teratur menjadi salah satu gejala yang harus diperhatikan.
Kekurangan nutrisi maupun malnutrisi banyak menimpa ibu pascapersalinannya. Sekitar 170 juta perempuan tergolong underweight. Di sisi lain, hampir 610 juta tergolong overweight. Tidak hanya berdampak pada ibu, nutrisi juga berpengaruh pada bayi. 20.5 juta bayi lahir dengan berat badan yang di bawah standar setiap tahunnya (UNICEF, 2022: 10).[xiii]
Selain makan dan minum, Maryam juga diingatkan untuk “qarri-ainan”. Setidaknya, frasa ini memiliki 2 makna. Pertama, Qurratu-Ain biasa digunakan untuk menunjukkan makna penyejuk mata. Dikatakan demikian karena, air mata yang keluar karena rasa Bahagia terasa dingin. Sedangkan, dengan air mata kesedihan yang terasa hangat (Al-Su’ud, 1971: 263).[xiv]
Dengan makna di atas, dapat diartikan dengan “berbahagialah atas kelahiran bayimu”, “bayimu adalah penyejuk hatimu, kebahgiaanmu, anughrah untukmu”. Dengan mindset demikian, pikiran negatif terhadap bayi dan diri sendiri dapat ditanggulani dan teralihkan.
Makna lain dari perintah “sejukkanlah matamu” yakni dengan “tidur” (Al-Biqa’i, 2006: 190).[xv] Juga telah disinggung sebelumnya bahwa, Baby Blues memberikan dampak tidur yang tidak cukup dan tidak teratur. Karena itu, dengan mengistirahatkan mata dengan tidur menjadi penting bagi seorang ibu yang baru saja melahirkan anaknya.
Terakhir, Maryam diperintah untuk puasa bicara. Untuk memahami benang merahnya dengan pembahasan Baby Blues, perlu kiranya kita lihat konteks yang terjadi. Kala itu, Maryam mengasingkan diri. Selama masa persalinan, Maryam hanya berbicara dengan Allah melalui Jibril dan Jibril/Isa. Ia baru berinteraksi dengan manusia lain setelah melahirkan Isa.
Ibu yang baru melahirkan mengalami kenaikan hormon yang membuat emosinya lebih sensitif. Perkataan yang mungkin bertujuan positif justru terdengar negatif oleh ibu dengan baby blues. Baik-buruk suatu komentar pun menjadi bias. Maka, perintah puasa biacara bertujuan untuk menahan diri dari merespon perkataan orang lain yang bias bagi penderita baby blues.
Di sisi lain, orang-orang yang berinteraksi dengan ibu baby blues pun perlu diedukasi untuk tidak memperparah keadaan. Jika melihat ayat 27 dan 28, ucapan yang dilontarkan oleh masyarakat banyak berupa celaan dan hinaan.
فَاَتَتْ بِهٖ قَوْمَهَا تَحْمِلُهٗ ۗقَالُوْا يٰمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْـًٔا فَرِيًّا يٰٓاُخْتَ هٰرُوْنَ مَا كَانَ اَبُوْكِ امْرَاَ سَوْءٍ وَّمَا كَانَتْ اُمُّكِ بَغِيًّا ۖ
“Dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam, sungguh, engkau benar-benar telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. Wahai saudara perempuan Harun (Maryam), ayahmu bukan seorang yang berperangai buruk dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.” (Q.S. Maryam [19]: 27-28)
Komentar “kamu datang dengan sesuatu yang aneh” oleh Al-Razi berarti “sesuatu yang tidak biasa” tanpa adanya unsur celaan (Al-Razi, 1445: 527).[xvi] Lalu, ayat 28, komentar “bapakmu bukanlah orang yang buruk, dan ibumu juga bukan seorang pelacur”. Dapat kita lihat bagaimana masyarakat tersebut dengan penuh kehati-hatian berbicara kepada Maryam Putri Imran.
فَاَشَارَتْ اِلَيْهِۗ قَالُوْا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِى الْمَهْدِ صَبِيًّا
“Dia (Maryam) menunjuk kepada (bayi)-nya (agar mereka bertanya kepadanya). Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”
Pun demikian, dengan segala upaya orang luar terhadap diri Maryam dalam berinteraksi, Maryam menyerahkan urusan tersebut kepada Isa sebagaimana pad ayat 29. Lalu membiarkannya yang menjawab komentar-komentar sebagai bentuk pendampingan dan pertolongan kepada ibunya. Ini patut dicontoh oleh pendamping-pendamping seorang ibu, baik ayah, orang tua, mertua, teman, anak, atau siapa pun yang berhati mulia.
[i] TikTok, https://www.tiktok.com/@bntganhr_/photo/7317220542132669702?is_from_webapp=1&sender_device=pc&web_id=7334712309799519746, diunggah pada tanggal 27 Desember 2023, diakses pada tanggal 9 Maret 2024
[ii] Michele M. McKelvey, Postpartum depression: Beyond the “baby blues”, NursingmadeIncrediblyEasy, Mei/Juni 2018, hal. 29
[iii] WHO, WHO recommendations on maternal and newborn care for a positive postnatal experience,
[iv] Detikhealth, https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6913193/viral-ibu-nyaris-lempar-anak-di-rel-kereta-diduga-baby-blues-ini-penjelasan-kci, diakses pada tanggal 11 Maret 2024
[v] Kompas.com dengan judul “Video Viral Ibu Tenggelamkan Anak ke Ember di Jaksel: Diduga “Baby Blues” dan Depresi Rawat 3 Balita Sekaligus”, Klik untuk baca: https://megapolitan.kompas.com/read/2023/10/17/11450091/video-viral-ibu-tenggelamkan-anak-ke-ember-di-jaksel–diduga-baby-blues?page=all, diakses pada tangga 11 Maret 2024
[vi] Servasia Yosefina Mones, dkk, The Influence of Individual Characteristics, Internal and External
Factors of Postpartum Mothers with Baby Blues Syndrome in Rural and Urban Areas in Kupang City, EAS Journal of Nursing and Midwifery, Vol. 5, Issue-1, 2023, hal. 2
[vii] Upadhyay, R. P., Chowdhury, R., Salehi, A., Sarkar, K., Singh, S. K., Sinha, B., Pawar, A., Rajalakshmi, A. K., & Kumar, A. (2017). Postpartum depression in india: A systematic review and meta-analysis. Bulletin of the World Health Organization, 95(10), 706–717.
[viii] Tri Dini Harianti, dkk, Angka Kejadian dan Karakteristik Baby Blues, Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 8, No. 1, 2024. hal. 10941
[ix] Jean Rankin, Fourth Edition Physiology in Childbearing with Anatomy and Related Biosciences, ELSEVIER, New York: 2017
[x] Postpartum Support International, Learn More, https://www.postpartum.net/learn-more/, dikases pada tanggal 11 Maret 2024
[xi] Mahmud Al-Alusi, “Ruh al-Ma’ani Tafsir al-Qur’an al-Azhim wa al-Sab’i Matsani”, Dar al-Kutub, Libanon: 1994, bab 8, hal. 400-401
[xii] Ibnu ‘Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 16, Al-Dar al-Tunisiyah li al-Nasyr, Tunisia: 1969. Hal. 87
[xiii] UNICEF, Maternal Nutrition: Prevention of malnutrition in women before and during pregnancy and while breastfeeding, UNICEF PROGRAMMING GUIDANCE, January 2022, hal. 10
[xiv] Abu al-Su’ud, Tafsir Abi al-Su’ud, Jilid 8, Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabiy, Beirut: 1971, hal. 263
[xv] Al-Biqa’i, Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa as-Suwar, bab 12, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut: 2006, hal. 190
[xvi] Fakhruddin al-Razi, Mafatih al-Ghaib, Jilid 21, Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabiy, Beirut: 1445, hal. 527