Menyingkap Makna Huruf Muqaththa’ah dalam Al-Qur’an (Telaah Penafsiran QS. Yasin/83:1)

Potongan-potongan huruf hijaiyyah yang terdapat pada awal surah dalam al-Qur’an disebut huruf muqaththa’ah. Posisi huruf tersebut menjadi pembuka dan mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surah, yang disebut juga fawāti as-Suwar.  Secara linguistik, posisi huruf tersebut cenderung menyendiri dan tidak membentuk suatu kata atau kalimat. Dari segi pembacaan pun tidak berbeda dari lafadz yang diucapkan pada huruf Hijaiyyah.

Huruf muqaththa’ah terdiri dari huruf-huruf Arab yang “misterius”, kehadiran huruf-huruf ini telah memicu berbagai spekulasi dan penafsiran dari para ulama dan ahli tafsir. Maka, tidak heran apabila huruf-huruf tersebut sering dikategorikan ke dalam kelompok ayat-ayat mutasyābihāt, yang makna pastinya hanya diketahui oleh Allah Swt. dan juga, disebut salah satu rahasia Allah Swt. dalam al-Qur’an.

Bacaan Lainnya

Sebagian ulama berpendapat, huruf muqaththa’ah sebagai simbol-simbol yang digunakan untuk menunjukkan kekuasaan dan melambangkan sifat-sifat Allah Swt. Menurut pandangan lain, huruf muqaththa’ah merupakan bentuk peringatan (al-tanbīh), mengingatkan lawan bicara bahwa yang akan dijumpainya adalah Tuhan yang disembah, Yang Maha Hidup. Sedangkan menurut mayoritas ulama, huruf-huruf muqaththa’ah adalah nama surat dalam al-Qur’an. (Noor Zaman, 2022: 25)

Al-Qur’an terdiri dari 114 surah, dan 29 di antaranya mengandung huruf muqaththa’ah. Dari huruf-huruf muqaththa’ah itu hanya ada tujuh huruf yang menjadi ayat pertama dalam suatu surah. Menurut Muhammad Syahrur, ketujuh ayat itulah yang disebut al-sab’ al-matsānī (Achmad Chodjim, 2008: 25). Namun, yang dibahas dalam tulisan ini hanyalah huruf muqaththa’ah yang berkaitan dengan Surah Yasin saja. Ternyata, ya-sīn merupakan satu ayat utuh dan menjadi ayat pertama bagi Surah Yasin. Surah Yasin adalah salah satu surah yang paling sering dibaca dan dihafalkan dalam al-Qur’an. Lalu, bagaimana penafsiran kata “ya-sīn” dalam al-Qur’an?

Kebanyakan ulama ahli tafsir hanya menyerahkan makna kata “ya-sīn” kepada Allah Swt. karena termasuk ayat-ayat mutasyābihāt. Namun, segolongan yang lain mencoba menakwilkannya dan membagi makna ya-sīn menjadi beberapa kategori, di antaranya: sebagai sebuah panggilan, nama dari nama-nama al-Qur’an, nama dari nama-nama surah yang terdapat dalam al-Qur’an, adapula yang memaknainya dengan sebuah nama Allah Swt. dan masih banyak lagi penafsiran ulama tafsir terkait makna kata ya-sīn. (Hamami Zadah, 2010: 3)

Ibnu Jarir Al-Tabari memaparkan empat perbedaan makna kata ya-sīn, yang dikutip dari riwayat-riwayat para sahabat (Ahmad Muhammad Syakir, 2007: 589-891) Pertama, “ya-sīn” berarti sumpah Allah Swt. atas nama-Nya, menunjukkan bahwa ya-sīn adalah salah satu dari nama Allah Swt. Pendapat ini merujuk pada riwayat Ali dari Abu Shalih dari Mu’awiyah dari Ali dari Abdullah Ibnu Abbas.

Kedua, “ya-sīn” bermakna “wahai manusia” sebagai sebuah panggilan. Terdapat dua riwayat yang mendukung pendapat ini, yang pertama dari Ibnu Abbas dan yang kedua dari Ikrimah. Riwayat pertama melalui jalur Ibnu Hamid dari Abu Tumailah dari al-Husain bin Waqid dari Yazid dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, dengan keterangan bahwa ya-sīn berarti “wahai manusia di Habasyah.” Riwayat kedua lewat jalur Ibnu al-Matsna dari Muhammad bin Ja’far dari Syu’bah dari Syarqi, dengan keterangan bahwa Ikrimah menyatakan tafsir kata ya-sīn adalah “Wahai manusia”.

Ketiga, “ya-sīn” adalah bentuk dari kata pembuka dalam kalām Allah Swt. Pendapat ini berasal dari jalur Ibnu Basyar dari Muammal dari Sufyan dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid, dengan keterangan bahwa “ya-sīn” adalah kata pembuka yang digunakan Allah Swt. dalam kalimat-Nya.

Keempat, “ya-sīn” adalah salah satu nama dari nama al-Qur’an. Pendapat ini diambil dari riwayat Yazid dari Sa’id dari Qatadah, dengan keterangan bahwa ya-sīn, bersama setiap huruf hijaiyyah dalam al-Qur’an, merupakan representasi dari nama-nama al-Qur’an.

Imam al-Quthubi dalam tafsirnya al-Jāmi’ li Akām al-Qur’ān mengutip empat perbedaan makna kata “ya-sīn”. (Muhammad Ibrahim al-Hifnawi, 2007: 8-16) Pertama, “ya-sīn” bermakna “wahai manusia” pendapat ini merujuk pada riwayat Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Mereka menyatakan hal ini dalam konteks firman Allah Swt. سلام على الياسين yang berarti kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas, yang merupakan salah satu nama dari nama-nama Muhammad Saw. Pendapat ini juga didukung oleh Abu Bakar al-Warraq yang menyatakan bahwa “ya-sīn” bisa berarti “wahai pemimpin manusia” yakni Nabi Muhammad Saw.

Al-Mawardi menyebutkan, Rasulullah Saw. menyatakan bahwa Allah Swt. memberikan nama kepadanya dalam al-Quran sebanyak tujuh, termasuk “ya-sīn”. Kemudian Az-Zajjaj menyatakan Jika “ya-sīn” dianggap sebagai nama dari nama-nama Nabi Muhammad Saw. maka ini menunjukkan penghormatan, dan jika dianggap sebagai panggilan, maka ada sumpah lain untuk menguatkan risalah dan kesaksian.

Kedua, “ya-sīn” adalah sala satu nama dari nama-nama Allah Swt. Pendapat ini diambil dari riwayat Ibn abbas. Dengan demikian, Imam Malik melarang pemberian nama dengan nama ya-sīn karena dipandang sebagai salah satu nama yang khusus untuk Allah Swt. yang maknanya hanya diketahui oleh-Nya.

Ketiga, menurut Ibnu Al-Hanafiah, “ya-sīn” merupakan sebagai sebuah sumpah yang Allah Swt. buat sebelum menciptakan langit dan bumi, dengan selisih waktu 2000 tahun. Allah Swt. bersumpah dengan nama dan kitab-Nya bahwa Muhammad Saw. adalah bagian dari rasul-rasul yang diutus kepada hamba-hamba-Nya dengan wahyu-Nya. Kemuadian an-Naqqasy menambahkan bahwa Allah Swt. tidak bersumpah dengan salah satu nabi-Nya kecuali Muhammad Saw. karena di dalamnya terdapat penghormatan. Ibn Abbas mencatat bahwa orang-orang kafir Quraisy mengingkari kenabian Muhammad, namun Allah Swt. bersumpah dengan al-Qur’an yang penuh hikmah, bahwa Muhammad Saw. adalah salah satu dari rasul-rasul-Nya.

Keempat, Sebagian ulama juga berpendapat bahwa “ya-sīn” membuka surat dengan huruf “yā” dan “sīn”, yang memiliki makna kebaikan, menunjukkan bahwa “ya-sīn” adalah hati yang memerintah dalam tubuh serta memberi perintah kepada semua surah yang meliputi al-Qur’an.

Tafsir Fat al-Qadīr, karya Asy-Syaukani, menyajikan empat perbedaan pendapat mengenai makna kata “ya-sīn” (Asy-Syaukani, 2008: 382-396) dengan urutan berikut: Pertama, Salah satu pendapat menyatakan bahwa “ya-sīn” bermakna “wahai lelaki” atau berarti “wahai manusia”, sehingga berfungsi sebagai panggilan. Sedangkan Ibnu al-Anbarin menyarankan untuk menganggap “ya-sīn” sebagai pembuka surah, namun jika maknanya dianggap sebagai panggilan maka tidak perlu diwakafkan.

Kedua, “ya-sīn” merupakan salah satu dari nama-nama Nabi Muhammad Saw. hal ini dijelaskan Said bin Zubair dan lainnya dengan dalil dari firman Allah, “Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul.” Dari sini muncul ungkapan ” سلام على الياسين “, yang berarti “Semoga salam kesejahteraan dilimpahkan kepada keluarga Yasin”, yang merujuk kepada keluarga Muhammad. Di dalam surah As-Saffat dijelaskan tentang keluarga “ya-sīn”. Namun, Pendapat ini ditolak Az-Zajjaj.

Ketiga, al Wahidi menginterpretasikan kata “ya-sīn” sebagai “wahai penghulu manusia”, Pendapat ini didukung oleh Abu Abdurrahman as-Sulami meriwayatkan dari Ja’far as- Shodiq dengan keterangan bahwa “ya-sīn” berarti “yā sayyid”, yang berarti “wahai tuan atau pemimpin”, dan itu adalah sumpah yang diikrarkan oleh Allah Swt. Keempat, Malik menyatakan bahwa “ya-sīn” adalah salah satu dari nama-nama Allah Swt. yang diperoleh dari Asyhab.Top of Form

Dalam Tafsir Al-Munīr, Wahbah az Zuhaili mengutip dua pendapat yang menyebutkan (Wahbah az-Zuhail, 2005: 616-620) bahwa: Pertama, fonem “ya-sīn” berasal dari kata seru, yaitu “yā insān”, wahai manusia, menurut dialek Thayyi. Karena bentuk diminutif kata insan adalah ‘انيسين’, lalu sepertinya bagian depannya dibuang dan yang diambil hanya bagian belakangnya saja sehingga menjadi “ya-sīn”. Berdasarkan pandangan ini, ada kemungkinan perkataan ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan indikasi ayat selanjutnya, yaitu انك لمن المرسلين, sesungguhnya kamu, Muhammad benar-benar termasuk salah satu dari rasul-rasul.

Kedua, “ya-sīn”merupakan sumpah Allah Swt. demi al-Qur’an yang mulia, bahwa Nabi Muhammad Saw.  adalah benar-benar seorang rasul yang diutus dari Rabb alam semesta, agar beliau meringankan kaumnya, bangsa Arab, dan seluruh bangsa-bangsa lainnya. Secara implisit, mengandung isyarat bahwa al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi, bahwa Muhammad Saw. adalah benar-benar nabi dan rasul Allah Swt. yang diutus dengan risalah yang abadi dari sisi Tuhannya.”

Demikian pula disebutkan dalam Tafsir Fī Zhilāl al-Qur’ān (Sayyid Quthub, 2003: 383-386) bahawa kata “ya-sīn”ditafsirkan sebagai sumpah Allah Swt. dengan dua huruf, “yā” dan “sīn”, serta dengan al-Qur’an yang penuh hikmah. Penyatuan antara huruf-huruf hijaiyyah ini dengan al-Qur’an menjadi bukti bahwa al-Qur’an berasal dari Allah Swt. termanifestasikan pada ayat yang mereka tadabburi, yang kemudian al-Qur’an mengembalikan mereka kepada ayat tersebut. al-Qur’an terbentuk dari jenis-jenis huruf yang sama yang selama ini mereka gunakan dengan mudah, namun rangkaian redaksionalnya berada di atas kemampuan mereka dalam membuat redaksi dari huruf-huruf yang sama itu.

Quraish Shihab juga memberikan penjelasan dalam Tafsir Al-Misbāh (M.Quraish Shihab, 2002: 504-507) bahwa Para ulama memiliki pandangan beragam mengenai makna kata “ya-sīn”. Pertama, “ya-sīn” dipahami sebagai tantangan kepada mereka yang meragukan kebenaran wahyu ilahi yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. Seolah-olah Allah Swt. berfirman bahwa kata dan kalimat yang digunakan dalam percakapan sehari-hari mereka terdiri dari huruf-huruf seperti “yā” dan “sīn”, tetapi meskipun demikian, manusia tidak dapat menyusun sesempurna seperti kandungan al-Qur’an yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw.

Kedua, “ya-sīn” sebagai nama Nabi Muhammad Saw. Menurut Ibnu Asyur, pemaknaan ini merujuk kepada ayat yang menyatakan  سلام على الياسينdalam Surah as-Saffat ayat 130, yang mereka pahami sebagai salam sejahtera tercurah kepada keluarga Nabi Muhammad Saw. Namun, pendapat ini ditolak oleh M. Quraish Shihab karena konteks uraian ayat tersebut tidak berkaitan dengan Nabi Muhammad Saw. Mayoritas ulama memahami ayat tersebut sebagai doa untuk keluarga Nabi Ilyas.

Ketiga, Ada pula yang memahami kata “ya-sīn” sebagai salah satu nama Allah Swt. Namun, ulama yang memahami demikian tidak senang jika ada seseorang yang dinamai Yasīn. Dalam satu riwayat, Imam Malik berpendapat demikian, sebagaimana dikutip oleh Ibnu al-Arabi.

Demikian makna kata “ya-sīn” menurut interpretasi para ulama tafsir, setiap makna yang disandangkan padanya mengandung rahasia-rahasia yang menarik dan memberikan hikmah agar senantiasa direnungkan dan ditadabburi.

REFERENSI

Achmad Chodjim, Menerapkan Keajaiban Surah Yasin dalam Kehidupan Sehari-Hari, Jakarta: PT. Serambi Alam Semesta, 2008

Hamami Zadah, Tafsir Surah Yasin, Terjemah Hamami Yasin, Jakarta: Mutiara Ilmu, 2010

Ahmad Muhammad Syakir, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 21, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007

Muhammad Ibrahim al-Hifnawi, Tafsir Al-Qurthubi, Jilid 15, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007

Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir, Jilid 9, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008

Wahbah Az-Zuhail, Tafsir Al-Munir, Jilid 11, Jakarta: Gema Insani, 2005

Sayyid Quthub, Tafsir Fi Zilalil Qur’an, Jilid 9, Jakarta: Gema Insani, 2003

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 11, Tangerang: PT. lentara hati, 2002

Noor Zaman, Makna Huruf Muqhata’ah dalam Al-Qur’an, Skripsi, Fakultas Ushuluddin, Universitas PTIQ, Jakarta, 2022

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *