Tadabbur Q.S. Thaha (20)/ 14: Refleksi Metode Menghafal Dalam Al-Qur’an Dan Seni Kehidupan

Di Indonesia, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an sudah menjadi tradisi yang kian melekat di lembaga-lembaga pendidikan Islam baik itu sekolah formal, ataupun pondok pesantren. Ruslan Sangaji dalam penelitiannya menyebutkan bahwa, jumlah penghafal Al-Qur’an di Indonesia merupakan yang terbanyak di dunia dengan total penghafal Al-Qur’an sebanyak 30.000 jiwa. (Sangaji, 2023: 217)

Menurut Rizki Surya Putra dalam penelitiannya paling tidak ada tujuh metode yang digunakan oleh Masyarakat Indonesia guna mempermudah menghafal Al-Qur’an, antara lain: (1) Metode Talaqqi, (2), Metode Murajaah, (3) Metode Takrir, (4) Metode Kauny Quantum Memory, (5) Metode One Day One Ayat (ODOA), (6) Metode Tikrar, (7) dan Metode Tasmi’, dan masih banyak lagi. (Putra, 2023: tp. h)

Bacaan Lainnya

Menariknya, selain termuat tuntunan-tuntunan yang ‘arif untuk menjalani kehidupan yang baik, Al-Qur’an itu sendiri menyinggung satu tuntunan yang mengindikasikan bagaimana seharusnya seseorang menghafalkan Al-Qur’an. Penulis dapati singgungan ini terindikasi pada salah satu ayat di dalam Al-Qur’an yang tertulis dalam surat Thoha (20) ayat 114, sebagai berikut:

فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ ۖوَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا ١١٤

“Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.”

Sebagai sarana untuk memahami ayat di atas, penulis menyertakan kajian Asbabun Nuzul dan pendapat para mufassir dalam artikel ini agar kemudian dapat ditarik keseimpulan serta diimplementasikan. Berikut penjelasannya:

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari As-Suddi dan Imam Al-Bukhari dari Ibnu Abbas dalam riwayat yang shohih, sebelum ayat di atas turun dikisahkan kala itu Nabi Muhammad SAW. sangat ingin menghafalkan Al-Qur’an dikarenakan kehebatan tuntunannya serta perintah yang difirmankan Allah untuk mengikutinya. Hal ini diindikasikan dengan sikap nabi yang selalu terburu-buru mengikuti ucapan Malaikat Jibril tatkala menyampaikan wahyu kepada Nabi SAW.

Menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya, Nabi SAW. seringkali mendahului Malaikat Jibril padahal belum selesai dibacakan, hal ini dilakukan nabi semata-mata agar hafalan beliau kuat dan tidak mudah lupa. Namun sayangnya, bukannya cepat hafal Nabi Muhammad SAW. justru merasa kesulitan akan hal tersebut sampai beliau menggerak-gerakan bibirnya. (Shihab, 2002: 377) Selain untuk menguatkan hafalan, sikap terburu-buru tersebut dilakukan Nabi SAW. dikarenakan beliau khawatir malaikat Jibril akan segera naik ke langit sedangkan Nabi SAW. belum menghafal ayat tersebut secara sempurna. Maka kemudian, Allah SWT. menurunkan surat Thoha ayat 114. (As-Suyuti, 2014: 349)

Menurut Ibnu Katsir, kebenaran akan adanya Allah yang merajai segala sesuatu meliputi segala hal. Bukan hanya eksistensinya saja melainkan janji-janji, ancaman, para rosul, neraka dan surga semuanya merupakan kebenaran yang nyata. (Katsir, 2017: 578) Tingginya tingkat kebenaran yang Allah SWT. miliki, menjadi penyebab kebenaran ini tidak dapat terjangkau oleh nalar manusia (Shihab, 2002: 377) dan kebenaran ini hanya akan dapat terbukti ketika hari kiamat telah tiba. (Antonio, 2011: 262)

Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsirnya berpendapat, dalam ayat ini Allah SWT. ingin mengajarkan kepada Nabi SAW. suatu cara (metode) yang lebih mudah dan ringan agar Nabi SAW. tidak merasa kesulitan, yakni dengan diam dan memperhatikan. Setelah Malaikat Jibril selesai membacakan seluruh ayat yang diwahyukan barulah Nabi SAW. melantunkannya. (Az-Zuhaili, 2016: 545).

Sebagaimana yang tercatat dalam Tafsir Al-Qurthubi, makna dari kata “Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa” yakni jangan terburu-buru membacanya sebelum memahaminya. Dan janganlah meminta penurunan ayat selanjutnya sebelum sempurna pewahyuan ayat yang sedang diterima. Itu artinya makna-makna diatas memiliki tujuan yang searah yang menggambarkan suatu proses, apabila satu ayat diturunkan maka hendaklah Nabi Muhammad SAW mendengarkan agar memahami ayat yang nantinya akan ia baca, dan janganlah (Nabi Muhammad SAW) meminta wahyu tambahan sebelum mengerti wahyu yang sedang dibacakan. (Al-Qurthubi, 2007: 671)

Selain itu, ayat ini juga memiliki makna berbeda namun cukup sejalan dengan kalimat berikutnya. Sebagaimana dijelaskan Quraish Shihab dalam tafsirnya bahwa, Allah hendak menuntun Nabi SAW. agar tidak terburu-buru menyampaikan isi kandungan dan pesan-pesan yang ada dalam ayat suci Al-Qur’an kepada para sahabat dan umatnya, sebelum ayat tersebut selesai diwahyukan, direnungkan, atau sebelum Malikat Jibril datang untuk menyampaikan maknanya. Dalam arti lain setelah semuanya dapat dipahami oleh Nabi SAW. secara sempurna. Oleh karena itu kalimat selanjutnya berbunnyi:

…وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا ١١٤

“…dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.”

              Maknanya, manakala Nabi Muhammad SAW. tidak memahami makna dari satu ayat beliau berdo’a demikian agar, Allah SWT. memberikan pengetahuan baru secara sempurna dan sistematis, baik itu melalui perantara pewahyuan, perenungan, atau penjelasan dari malaikat Jibril. Maka dari itu, ayat ini dapat menjadi sebuah peringatan untuk para penafsir Al-Qur’an agar lebih berhati-hati dalam memahami isi kandunganya. (Shihab, 2002: 378)

Selain metodologi menghafal, ayat di atas sebenarnya memiliki makna lebih dari pada itu. Firman Allah Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa” memiliki makna yang teramat dalam apabila diimplementasikan pada kehidupan nyata. Terkadang manusia selalu punya perasaan ingin serba cepat, cepat kaya, cepat berkarir, dsb. Kendati demikian, mereka lupa bahwa kemampuan mereka sangat terbatas oleh waktu dan keadaan, sehingga kemudian menyebabkan rasa cemas, ketakutan dan hilangnya kebahagiaan.

Pada ayat di atas, sejatinya Allah SWT. memerintahkan manusia agar bersikap tenang, lebih gemar berproses, karena dengan proses itulah kita akan belajar dari pengalaman hingga akhirnya menjadi pengetahuan. Sisanya kita pasrahkan dengan ber’doa untuk meminta bantuan kepada Tuhan dan membiarkan segala ketidakmampuan menjadi ranah kekuasaan-Nya karena dia maha benar adanya termasuk janji-janjinya.

Perlu diingat bahwa, butuh waktu 15 tahun agar Leonardo Da Vinci dapat menyelesaikan lukisan Mona Lisa yang hanya berukuran 21×30 inci saja. Dia tidak terburu-buru dalam menyelesaikannya, tapi pada akhirnya karyanya tetap terselesaikan dan dia menikmati waktu penyelesaiannya. (McCartney, 2022: 20) Sikap inilah yang harus kita aplikasikan dalam kehidupan agar kemudian kita bisa mendapatkan lebih banyak ketenangan dan jauh dari tekanan, baik itu tekanan pikiran ataupun kejiwaan. Sebagaimana Tan Malaka katakan dalam karyanya “Sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang lebih penting dari pada hasil itu sendiri”. (Malaka, 2024: 74)

Wallahu A’lam.

Referensi

Al-Qurthubi, Muhammad. 2007. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam. https://drive.google.com/file/d/1_Gq0v4VGh1GNp0jz4uKQgBKJfbwz_Dwf/view?usp=drivesdk.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2011. “Asmaul Husna For Succes In Business & Life Sukses, Kaya Dan Bahagia.” Jakarta: TAZKIA Publishing.

As-Suyuti, Imam. 2014. “Asbabun Nuzul -Imam Suyuthi.” Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Az-Zuhaili, Wahbah. 2016. Tafsir Munir. 1st ed. Depok: Gema Insani. https://drive.google.com/file/d/1kmJgp9sGKdLqMiwbcmBmx9pB2tRrDR4U/view?usp=drivesdk.

Katsir, Ibnu. 2017. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Maghfirah Pustaka. https://drive.google.com/file/d/1zZ04vFhhnG-nCfvtDTmIxErqW4c5_uEx/view?usp=drivesdk.

Malaka, Tan. 2024. MADILOG: Materialisme, Dialektika, Logika. 20th ed. Yogyakarta: Nurani.

McCartney, Jenifer. 2022. The Little Book of Sloth Philosophy. 2nd ed. Jakarta: PT. Rene Turos Indonesia.

Putra, Rizki Surya. 2023. METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI INDONESIA: Analisis Systematic Literature Review.  S1 Thesis. Universitas Pendidikan Indonesia. https://repository.upi.edu/104301/#:~:text=Berdasarkan hasil penelitian menggunakan aplikasi,Metode Tikrar serta Metode Tasmi.

Sangaji, R. 2023. “Lembaga Tahfidz Al-Qurán Dan Life Skill Santri: Kajian Sosiologis Tentang Antusiasme Masyarakat Bone, Sulawesi Selatan.” Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM … 4 (1). https://ojs.unimal.ac.id/jspm/article/view/11584.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Tanggerang: Lentera Hati.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *