Cara Efektif menyembuhkan Kanker Dosa (Perspektif al-Quran)

Dr Muhamad Alhadi
Dr Muhamad Alhadi

Seperti yang dikatakan dokter dan spesialis, proses berkembangnya kanker dalam tubuh dimulai (sebagai) dari akumulasi sel kanker atau penyimpangan genetik yang lahir dari manusia. Penyebab lainnya berasal dari kekuatan aktif di dalam tubuh seperti: hormon, virus, infeksi kronis atau berasal dari luar tubuh, seperti: sinar ultraviolet atau agen karsinogenik bahan kimia yang ditemukan di lingkungan hidup. Bagaimana dengan maksiat?

Inheren di Setiap Insan

Sebagaimana penyebab timbul dan menyebarnya kanker, diri manusia yang hidup dipengaruhi oleh peristiwa, sikap, perasaan, perilaku, keinginan, kebutuhan dan faktor genetik, serta akumulasi, penyimpangan dan juga kekuatan aktor internal atau eksternal.  Setiap manusia memiliki potensi untuk bermaksiat, Allah SWT memang telah menitipkan kepada manusia faktor bawaan (inheren) yaitu jiwa dan penciptaannya (wa nafsiw- wa ma sawwaha) dalam Surah as-Syams/91: 7.

Pada kanker, kofaktor memanfaatkan penyimpangan dan perubahan genetik untuk membuat sel membelah lebih cepat, dan kofaktor dapat diturunkan melalui keturunan, dan mereka dapat terbentuk di dalam tubuh atau dapat menjangkau dari luar dan masuk ke dalam tubuh. Tanpa faktor pendorong, tumor kanker dapat tetap jinak dan terbatas pada tempatnya. Manusia diberikan ilham oleh Allah SWT untuk memiliki jalan kejahatan atau ketakwaan. Jika mengotori jiwanya maka ia merugi, sedangkan jika mensucikan jiwanya maka ia beruntung.

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ

“Maka Dia (Allah SWT) mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (As-Syams/91: 8-10)

Tetapi faktor pendorong membuat kanker lebih agresif, meningkatkan kemungkinan kanker masuk dan menghancurkan jaringan di dekatnya, dan meningkatkan risiko penyebaran kanker ke organ lain di seluruh tubuh. Demikian maksiat yang dilakukan sekali hanya menimbulkan satu titik noda (noktah), tetapi jika terus menerus akan menghitamkan dan mengeraskan hati menjadi ‘al-raan’ sebagaimana diperingatkan dalam Surah Al-Muthoffifin/83: 14.

Ibarat kanker, akumulasi hari-hari yang penuh maksiat menjadikan hati kian menderita patah dan rusak tanpa pengobatan bahkan menjalar pada tempat lainnya. [Rujuk lah: 1 Kali berbuat dosa ini lah yang terjadi dengan hati Anda]. Demikian pula penyimpangan yang melanggar norma-norma sosial dengan mengikuti jalan yang salah dan mengubah jalan yang benar.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar-raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.”[1]

Penyimpangan tindakan dan perilaku, merupakan salah satu penyebab lemahnya iman dan kuatnya nafsu, sehingga manusia hanyut dalam gangguan kehidupan dan mengabaikan ibadah. Sementara itu teman dan lingkungan buruk perlahan-lahan mengalihkannya dari jalan lurus, mengabaikan kewajiban dan mengikuti hawa nafsu. Penyakit-penyakit keji menyebar dengan tenang, bahkan saling bekerjasama dalam konsiprasi buruk  hingga mencapai stadium lanjut. Demikian pula kanker dosa, bila sekali saja berbuat menyimpang, mengikuti jalan buruk Syaitan maka akan kian terseret dan masuk pada pusaran hawa nafsu yang tak berkesudahan. Allah SWT berfirman:

۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ وَمَنْ يَّتَّبِعْ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ فَاِنَّهٗ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ مَا زَكٰى مِنْكُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَبَدًاۙ وَّلٰكِنَّ اللّٰهَ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

“ Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Surah An-Nur/24: 21)

Penyembuh Kanker Dosa

Sebagaimana mendiagnosis kanker pada tahap awal memberikan peluang terbaik untuk pemulihan, maka cara terbaik untuk mengobati dosa adalah menjauh darinya. Artinya mencabut fikiran dan menghindar dari lingkungan agar keluar dari cengkeraman akarnya. Sebagaimana tidak ada jalan yang pasti untuk menghindari kanker, kanker akhlak menyusup ke dalam setiap orang. Maka hanya ada dua harapan untuk sembuh yaitu melakukan taubat dan memperbaiki amal untuk masa depan.

فَاَمَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنَ مِنَ الْمُفْلِحِيْنَ

“Maka adapun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan kebajikan, maka mudah-mudahan dia termasuk orang yang beruntung. (Surah al-Qasas/28: 67).

Ibn Katsir mengomentari ayat di atas, yakni kelak di hari kiamat, dan semoga ia mendapat kemurahan dari Allah; Pengertian kata ‘semoga’ merupakan suatu kepastian yang pasti terjadi berkat karunia dan kemurahan Allah Swt. Lebih lengkap mengenai taubat dari dosa simak lah Hadits Paling Berbahaya jika didengar Preman dan Pendosa”.


[1] HR. Ibnu Majah no. 4244, Ibnu Hibban (7/27), Ahmad (2/297), dan At Tirmidzi no. 3334. At Tirmidzi menggolongkan sebagai hasan shahih.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *