Munculnya kesadaran di kalangan komunitas ilmuan sosial, kemanusiaan, dan budaya, bukan kesadaran yang tiba-tiba saja muncul. Proses untuk menyadari problem yang begitu penting untuk diselesaikan ini sudah lama muncul pada awal abad ke-19 dan akhir abad ke-20, ketika Wilhelm Dilthey (1833-1911) menyadari bahwa ada bidang-bidang yang tidak bisa disentuh dengan ilmu kealaman, yaitu kekayaan pengalaman bergelora dan dinamis dalam kehidupan. Bidang yang berhubungan dengan kemanusiaan hanya bisa disentuh melalui metode Verstehen (pemahaman) dan interpretasi (hermeneutika). Karena ilmu kemanusiaan memerlukan metode Verstehen dan hermeneutika.
Verstehen merupakan salah satu metode yang menggambarkan tentang cara kerja ilmu-ilmu sosial kemanusiaan dalam memasuki dunia sosial historis. Dalam konteks ilmu sejarah, dengan menghayati kembali masa lampau, sejarahwan akan memperluas dan membuat berkembang kepribadiannya, menggabungkan pada masa lalu kedalam pengalaman masa kini. Selanjutnya Verstehen yang memiliki arti “pemahaman” adalah merupakan proses mengetahui kehidupan kejiwaan lewat ekspresi-ekspresinya yang diberikan pada indera.
Memahami adalah mengetahui yang dialami orang lain lewat suatu tiruan pengalamannya. Dengan kata lain Verstehen adalah menghidupkan kembali atau mewujudkan kembali pengalaman seseorang dalam diriku. Verstehen dapat diartikan sebagai salah satu unsur yang berkenaan dengan keterlibatan individu dalam kehidupan masyarakat yang hendak dipahaminya, sehingga memerlukan bentuk pemahaman khusus. Verstehen atau memahami adalah kegiatan memecahkan arti tanda-tanda ekspresi yang merupakan manifestasi hidup atau hasil kegiatan jiwa. Verstehen adalah proses dimana kehidupan mental diketahui melalui ekspresinya yang ditangkap oleh panca indera. Walaupun demikian ekspresi tersebut lebih dari sekedar kenyataan fisik, karena ia dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan jiwa.
Menurut Dilthey dengan metode Verstehen maka dapat merekonstruksi pengalaman hidup seorang pelaku sejarah kedalam batin seorang peneliti. Sehingga akan dihasilkan efek yang sama seperti halnya pelaku sejarah mengalaminya pada waktu itu. Ilmu kemanusiaan, khususnya sejarah tidak akan memperoleh pengetahuan yang dicari, tanpa menggunakan Verstehen atau pemahaman yang membedakan dengan ilmu alam.
Peneliti ilmu kemanusiaan harus berusaha hidup seperti hidup dalam objeknya, atau membuat objek hidup dalam dirinya. Dengan penghayatan tersebut akan memudahkan munculnya Verstehen atau pemahaman. Dilthey mengatakan setiap pengalaman baru menurut isinya ditentukan oleh semua pengalaman yang sampai saat itu yang kita miliki, sebaliknya pengalaman baru itu memberi arti dan penafsiran baru kepada pengalaman-pengalaman lama.
Untuk memperoleh interpretasi dan pemahaman dalam ilmu kemanusiaan, khususnya sejarah, ada tiga langkah dalam pengoperasian hermeneutik. Pertama, memahami sudut pandang atau gagasan asli pelaku. Kedua, memahami arti atau makna kegiatan-kegiatan mereka pada hal-hal yang secara langsung berhubungan dengan peristiwa sejarah. Ketiga, Menilai peritiwa tersebut berdasarkan gagasan yang berlaku pada saat peneliti masih hidup.
Langkah ini sebenarnya hanya eksplisitisasi dari pemikiran Dilthey tentang prinsip dasar hermeneutika, bahwa ketika peneliti merekonstruksi kembali dalam batinnya, pengalaman-pengalaman seorang pelaku sejarah, maka ia mampu memahami pelaku tersebut. Memahami mengandung arti bahwa, dalam keadaan serupa aku sendiri juga akan berbuat dan berfikir demikian. Sebab metode Verstehen memusatkan diri pada “sisi dalam” objek penelitiannya, yaitu dunia mental atau penghayatan. Karena “sisi dalam” manusia yaitu penghayatan atau dunia mentalnya, hanya bisa didekati dengan Verstehen. Melalui metode Verstehen ini hermeneutika dijalankan bukan sebagai cara baca atas teks tertulis, seperti buku atau surat, melainkan sebagai upaya untuk mengetahui dunia sosial historis yang dialami oleh manusia.
Selain itu orientasi nilai seseorang baru dapat dipahami apabila kita mendekati dan banyak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatannya. Dengan demikian bahwa Dilthey berhasil mendasarkan pada sebuah metode khas yang berbeda dari metode ilmu-ilmu alam, yakni Verstehen, sehingga lewat Dilthey hermeneutika juga berkembang menjadi metode dalam ilmu-ilmu sosial-kemanusiaan. Selanjutnya bahwa peneliti dalam ilmu-ilmu sosial-kemanusiaan memahami (Verstehen) dunia sosial-historis lewat mengalami kembali (Nacherleben) atau gerak dari ungkapannya (Ausdruck) dalam dokumen, artefact, sistem simbol, menuju penghayatan (Erlebnis) sebagaimana didekati olehnya, tidak dengan empati psikologis, melainkan dengan interpretasi atas data dan konteks berdasarkan maknanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ankersmit, F. R. Refleksi tentang Sejarah: Pendapat-pendapat Modern tentang Filsafat Sejarah. (terj. Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia, 1987.
Hardiman, F. Budi. Seni Memahami: Hermeneutika dari Schleiermecher sampai Derrida. Yogyakarta: Kanisius, 2015.
Poespoprojo, W. Interpretasi. Bandung: Remadja Karya, 1987. Sumarsono, E. Hermeneutik:Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1996.