Hermeneutika Demitologisasi Bultmann

nu.or.id

Secara etimologi, eksistensialisme berasal dari kata “eksistensi” dan dari kata eks yang berarti keluar dan sistensi yang diturunkan dari kata kerja sisto berarti berdiri. Eksistensialisme sendiri adalah gerakan filsafat yang menentang esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. Dengan demikian eksistensi berarti manusia berdiri sebagai diri sendiri yang sadar bahwa dirinya ada, sehingga dengan begitu manusia secara individual menjadi sadar bahwa dia ada dan bebas. Kebalikan dari eksistensi adalah esensi. Esensi adalah yang menjadikan sesuatu benda apa adanya, atau sesuatu yang dimiliki secara umum oleh bermacam-macam benda. Esensi adalah umum untuk beberapa individu dan esensi dapat dibicarakan secara berarti walaupun tak ada contoh bendanya pada suatu waktu. Ciri umum dari eksistensialisme adalah eksistensi mendahului esensi.

Dalam pandangan hermeneutika, dunia kehidupan sosial bukan hanya dunia yang dihayati individu-individu dalam masyarakat, tetapi juga merupakan objek penafsiran yang muncul karena penghayatan itu. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial, hermeneutika merupakan penafsiran atau pemahaman atas dunia kehidupan tersebut. Oleh karena itu, sebagai metode pemahaman atas pemahaman (understanding of understanding), hermeneutika sangat sesuai diterapkan untuk ilmu-ilmu kemanusiaan (geitenwissenschaften) yang objeknya adalah ekspresi kehidupan (lebensaeusserung) meliputi konsep, tindakan dan penghayatan (erlebnis) manusia.

Pusat dari konsep demitologisasi adalah pendirian Bultmann yang menemukan dua hal di dalam Perjanjian Baru, yaitu: a. Injil Kristen. b. Pandangan orang pada abad pertama yang bercirikan mitos. Hakekat Injil, oleh Bultmann disebut dengan kerugma, merupakan inti yang tidak dapat dipersempit lagi. Orang zaman modern ini harus dihadapkan dengan inti tersebut dan harus mempercayainya. Namun orang modern tidak dapat menerima kerangka yang bersifat mitos yang membungkus hakekat Injil. Oleh karena itu teologia harus berusaha untuk melepaskan berita kerugma dari kerangka yang bersifat mitos. Menurutnya kerangka yang bersifat mitos tidak selalu berkaitan dengan kekristenan.

 Sehubungan dengan historitas Yesus, para teolog juga menilai bahwa apa yang tertulis dalam Injil tentang penggambaran pribadi Yesus telah tercemar oleh distorsi filosofis penulis Injil, yang tentu saja dipengaruhi oleh pemikiran mitologis tadi. Bertolak dari asumsi demikian, mereka mencoba mengemukakan beberapa alternative dalam rangka menghasilkan sebuah kristologi yang sesuai dengan zaman modern. Adapun metode pencarian yang diberlakukan oleh para teolog tadi adalah berdasarkan metode historis kritis. Dalam memahami teks ajaran Islam, para mufassir pun juga tidak boleh terjebak dalam hal-hal yang bersifat mitos. Maksudnya dalam hal ini makna demitologi eksistensial Islam rahmatan lil ‘alamin menggunakan metode analisis historis kritis Bultmann. Dengan model analisis ini, Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin bukan mitos yang hanya didengung-dengungkan oleh teks ajaran Islam, atau hanya diceramahkan, tetapi benar-benar terealisasi dalam praktik nyata untuk dunia. 

Menurut Arkoun mitos berperan sebagai layaknya fungsi agama, namun tidak menggantikan agama itu sendiri. Dikatakan demikian karena mitos adalah impian-impian kebajikan universal yang berperan sebagai sumber nilai yang bisa dijadikan pedoman bagi kehidupan mereka. Sementara konsepsi-konsepsi agama yang tertuang dalam teks suci juga selalu memuat impian-impian ideal yang indah. Impian-impian indah itu misalnya tentang gambaran indahnya surga, yang di bawahnya mengalir air sungai, di dalamnya terdapat rezeki atau buah-buah serta istri-istri yang suci (bidadari). Perbedaan keduanya hanya terletak pada subjek yang melakukan konstruksi atas impian ideal. Subjek konstruksi mitos adalah manusia, sedangkan subjek konstruksi agama adalah dua kekuatan kompromistik antara Tuhan sebagai representasi wahyunya dan manusia sebagai representasi hasil penafsirannya. 

Dalam kondisi seperti ini, manusia tidak akan mampu hidup tanpa agama, demikian juga tanpa mitos, sekalipun ia selalu mengalami perubahan dari zaman ke zaman dan dari generasi ke generasi. Mitos dalam kaitannya dengan agama menjadi penting bukan semata-mata karena memuat hal-hal gaib atau peristiwa-peristiwa mengenai makhluk adikodrati, melainkan karena mitos tersebut memiliki fungsi eksistensial bagi manusia dan karenanya mitos harus dijelaskan menurut fungsinya.

Begitu pula dalam kajian hadits nabi harus dapat dipahami melalui pendekatan sirah (sejarah) sehingga hal tersebut menjadi sangat penting. Melalui kajian sirah ini maka tentu dapat diketahui dengan jelas psikologi nabi sebagai manusia biasa. Dengan sirah, hadits dapat dipahami dengan tepat dan akurat. Dengan sirah, dapat diketahui mana tindak tutur nabi yang bersumber dari budaya, dan mana yang berasal dari wahyu. Melalui sirah, kehidupan nabi dapat dicitrakan sebagai apa adanya, tanpa ada unsur mitologisasi, pengkultusan, atau penghinaan. Dengan demikian, sirah adalah sebuah pendekatan yang tepat untuk demitologisasi kehidupan nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, M. Darojat. “Teologi Kristen Modern Di Eropa” dalam Jurnal Suhuf, Vol. 22 Tahun 2010.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Hasbillah, Ahmad Ubaydi, “Sirah Nabawiyah dan Demitologisasi Kehidupan Nabi”, Journal of Qur’an and Hadith Studies, Vol. 1 Tahun 2012.

Huda, Sokhi. “Pemikiran dan Praksis Dakwah Sufistik M. Fethullah Gulen”, dalam Jurnal Islamica, Vol. 11 Tahun 2017.

Roibin. “Agama dan Mitos: Dari Imajinasi Kreatif Menuju Realitas Yang Dinamis”, dalam Jurnal el-Harakah Vol. 12 Tahun 2010.

Supena, Ilyas. “Hermeneutika Kritis Jürgen Habermas: Implikasinya bagi Pengembangan Ilmu Ilmu Keislaman,” dalam Jurnal Teologia, Vol. 16, Tahun 2005.

Tjahyadi, Sindung. Manusia Dan Historisitasnya Menurut Martin Heidegger, Jurnal Filsafat Vol. 18 Tahun 2018.Wahyudi, Chafid. “Tuhan Dalam Perdebatan Eksistensialisme,” Jurnal Teosofi, Vol. 02, Tahun 2002.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *