Al-Quran telah menjadi sumber inspirasi, petunjuk hidup, dan hikmah sepanjang rentang waktu yang tak terhingga. Di balik kata-kata yang terpampang dengan jelas di halaman-halaman kitab ini, terdapat kedalaman dan kebijaksanaan yang tersembunyi. Inilah yang membuka pintu bagi kajian esoterisme Al-Quran, sebuah pendekatan yang mengungkapkan makna-makna tersembunyi yang dapat merubah cara kita memahami dan menghayati kitab suci tersebut.
Pada tulisan ini, kita akan menjelajahi kajian esoterisme Al-Quran melalui lensa pemikiran yang menarik dari tokoh terkemuka, Martin Lings. Dalam karya-karyanya yang terkenal, Lings mengajak kita untuk melihat Al-Quran sebagai jendela ke dalam dimensi spiritual yang lebih dalam. Dia membantu kita memahami bahwa setiap ayat, setiap kata, dan setiap simbol dalam Al-Quran memiliki makna yang mendalam dan relevan bagi perjalanan spiritual kita.
Martin Lings juga dikenal sebagai Abu Bakr Siraj al-Din, sebuah nama yang disematkan kepadanya setelah ia memeluk agama Islam. Ia lahir pada tahun 1909 di Burnage, Manchester, Inggris dan meninggal pada tahun 2005 (Sholikhin, Filsafat dan Metafisika dalam Islam, 281). Transformasi spiritual Martin Lings mengajarkan kita pentingnya terus belajar dan berkembang dalam perjalanan spiritual menuju pribadi yang lebih baik.
Ia telah menulis banyak karya tentang spiritualitas Islam dan beberapa di antaranya adalah “What is Sufism?” (1975). Karya ini membahas tentang konsep Sufisme dalam Islam dan memberikan pengantar yang lengkap tentang sejarah dan prinsip-prinsip Sufisme. Ia juga menulis buku “The Sufi Doctrine of Faith, Vision and Gnosis” (1952). Karya ini membahas tentang konsep keyakinan dan pengetahuan dalam Sufisme. Karya ini juga membahas tentang hubungan antara keyakinan dan pengalaman spiritual.
Tiga Aspek Penting Esoterisme Al-Quran
Pertama, tafsir batini. Tafsir batini adalah pemahaman tentang makna spiritual atau esoteris dari ayat-ayat Al-Quran (Martin Lings, What is Sufism?, 11). Menurutnya, di dalam Al-Qur’an terdapat lapisan-lapisan makna yang tersembunyi dan pesan-pesan mendalam yang dapat ditemukan melalui pemahaman tafsir batini.
Kedua, makna simbolis. Lings menyatakan bahwa Al-Quran tidak hanya mengandung makna literal, tetapi juga makna simbolis (Martin Lings, Symbol And Archetype Study Of Meaning Of Existence, 67). Lings melihat simbol-simbol dalam Al-Qur’an sebagai jendela menuju realitas spiritual yang lebih tinggi, dan dia berusaha untuk mengungkap makna-makna tersembunyi di balik simbol-simbol tersebut.
Misalnya dalam tradisi sufi, Baitullah atau Ka’bah sering dianggap sebagai simbol pusat spiritual dan tempat penyatuan dengan Tuhan. Konsep ini mencerminkan pencarian spiritual dan pengabdian yang dilakukan oleh sufi dalam mencapai kesatuan dengan Tuhan. Ayat yang menyebutkan “Sesungguhnya rumah pertama yang dibangun untuk (tempat) beribadat manusia ialah Baitullah yang di Makkah” (Q.S. Ali Imran [3]: 96) dapat diinterpretasikan sebagai pengungkapan tentang pentingnya mencari Tuhan dan merasakan kehadiran-Nya di dalam hati.
Ketiga, pengalaman mistis. Lings juga menekankan pentingnya pengalaman mistis dalam memahami esoterisme Al-Quran (Morgan Shipley, Psychedelic Mysticism, 41). Pengalaman mistis adalah pengalaman langsung dengan Tuhan, yang dapat membantu manusia untuk memahami makna-makna spiritual dalam Al-Quran secara lebih mendalam.
Dalam pemahaman Lings, esoterisme Al-Quran tidak hanya terbatas pada pemahaman teoretis, tetapi juga harus diikuti dengan pengalaman spiritual yang nyata. Pemahaman esoterisme Al-Quran harus didasarkan pada pengalaman mistis, yang dapat membantu manusia untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi.
Namun, Lings juga menekankan bahwa pengalaman mistis tidak dapat dijadikan satu-satunya kriteria untuk memahami ajaran Al-Quran. Menurut Lings, pengalaman mistis harus diimbangi dengan pemahaman yang baik tentang ajaran Al-Quran dan tradisi Islam secara umum. Oleh karena itu, Lings juga menitikberatkan pentingnya menjalankan praktik-praktik spiritual dalam konteks yang benar.
Esoterisme Al-Quran yang Holistik dan Kontekstual
Salah satu hal yang membedakan esoterisme Al-Quran perspektif Martin Lings dengan yang lainnya adalah pendekatannya yang holistik (Martin Lings, What is Sufism?, 23-24). Lings mengajarkan bahwa esoterisme Al-Quran harus dipahami secara keseluruhan, dan tidak hanya memfokuskan pada aspek-aspek tertentu saja. Ia menunjukkan bahwa esoterisme Al-Quran mencakup banyak makna dan simbolisme yang tersembunyi di dalamnya.
Selain itu, pemahaman esoterisme Al-Quran yang holistik juga memperhatikan konteks sosial dan budaya di mana Al-Quran diturunkan. Lings menunjukkan bahwa Al-Quran diturunkan dalam konteks sosial dan budaya Arab pada abad ke-7 Masehi, di mana banyak praktik-praktik keagamaan yang berbeda dengan praktik-praktik yang ada saat ini.
Maka pemahaman esoterisme Al-Quran harus memperhatikan konteks sejarah dan budaya tersebut agar dapat memahami makna-makna spiritual yang terkandung di dalamnya. Contohnya, Lings membahas tentang makna dari ayat Al-Quran yang terkait dengan praktik jahiliyah pada masa itu, seperti praktik penyembahan berhala dan pengorbanan hewan. Ia menunjukkan bahwa ayat-ayat tersebut memiliki makna spiritual yang lebih dalam.
Ayat-ayat tersebut dapat dipahami sebagai simbol dari proses spiritual yang terjadi dalam diri manusia. Praktik penyembahan berhala, misalnya, dapat dipahami sebagai simbol dari ketergantungan manusia terhadap hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak memiliki nilai sejati. Sedangkan pengorbanan hewan dapat dipahami sebagai simbol dari pengorbanan diri manusia dalam proses spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Keseimbangan Antara Dimensi Lahiriah dan Batiniah
Pendekatan holistik yang dianut oleh Lings juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara dimensi lahiriah dan batiniah dalam pemahaman esoterisme Al-Quran (Martin Lings, A Return to the Spiirit, 24-25). Dalam pemahaman Lings, Al-Quran tidak hanya merupakan teks yang memiliki dimensi spiritual yang mendalam, tetapi juga merupakan teks yang memiliki dimensi teksual atau lahiriah yang tidak dapat diabaikan.
Pendekatan holistik yang dianut oleh Lings juga menunjukkan bahwa kedua dimensi tersebut saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Aspek-aspek lahiriah dalam Al-Quran, seperti bahasa, struktur, dan konteks sejarah, dapat membantu manusia untuk memahami makna-makna spiritual yang tersembunyi di dalamnya.
Misalnya struktur Al-Qur’an, seperti pengulangan ayat atau pola naratif, juga dapat memberikan petunjuk tentang makna spiritual yang tersembunyi. Lings memperhatikan pola-pola struktural dalam Al-Qur’an dan menghubungkannya dengan pesan-pesan spiritual. Misalnya, pengulangan ayat tentang rahmat Allah dapat menunjukkan pentingnya nilai-nilai tersebut dalam ajaran Islam.
Simetri Esoteris Antara Al-Quran dan Tradisi Esoteris Yahudi dan Kristen
Lings juga menunjukkan bahwa esoterisme Al-Quran memiliki banyak kesamaan dengan esoterisme dalam tradisi lain, seperti esoterisme dalam agama Yahudi dan Kristen (Martin Lings, What is Sufism, 23). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan dalam aspek-aspek teologis dan doktrin dalam ketiga agama tersebut, namun terdapat kesamaan dalam aspek-aspek esoterisnya.
Dalam Al-Quran terdapat banyak simbol dan metafora yang terkait dengan alam semesta, seperti matahari, bulan, bintang, dan bumi. Simbol-simbol tersebut dapat dipahami sebagai simbol dari kekuasaan Allah dan kebesaran-Nya. Konsep tentang makna simbolis ini juga terdapat dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Misalnya, dalam Kitab Kejadian, terdapat banyak simbol dan metafora yang digunakan untuk menyampaikan makna-makna spiritual, seperti pohon kehidupan, taman Eden, dan buah terlarang.
Begitu juga dalam Perjanjian Baru, terdapat banyak simbol dan metafora yang digunakan untuk menyampaikan makna-makna spiritual. Salah satu contohnya adalah penggunaan roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus atau Ekaristi. Roti adalah simbol atas tubuh-Nya yang dikorbankan, dan anggur adalah darah-Nya yang ditumpahkan untuk penebusan dosa umat manusia.
Contoh lainnya, dalam Al-Quran, terdapat banyak ayat yang menunjukkan bahwa Tuhan hadir di dalam diri manusia, seperti ayat “Dan Kami lebih dekat dengan manusia dari pada urat lehernya” (Q.S. Qaf [50]: 16). Ayat tersebut menunjukkan bahwa Tuhan hadir di dalam diri manusia dan dapat dirasakan oleh manusia melalui kesadaran spiritual.
Konsep tentang keberadaan Tuhan di dalam diri manusia ini juga terdapat dalam Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru, terdapat konsep tentang Roh Kudus yang hadir di dalam diri manusia dan memberikan kekuatan dan bimbingan spiritual, seperti yang terdapat dalam ayat “Tetapi Roh Kudus, yang diberikan-Nya kepada kita, adalah bukti bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:16).
Begitu juga dalam Perjanjian Lama, terdapat konsep tentang keberadaan Roh Allah yang hadir di dalam diri manusia, seperti yang terdapat dalam ayat “Janganlah Kaujauhkan aku dari hadirat-Mu, dan janganlah Kauambil Roh-Mu yang kudus daripadaku” (Mazmur 51:11). Roh Allah dianggap sebagai kehadiran-Nya yang menginspirasi, membimbing, dan memberdayakan manusia untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Pemahaman tentang keberadaan Tuhan di dalam diri manusia ini menunjukkan bahwa esoterisme Al-Quran memiliki banyak kesamaan dengan esoterisme dalam Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Konsep-konsep tersebut menunjukkan bahwa esoterisme tidak hanya terbatas pada satu tradisi agama saja, tetapi dapat ditemukan dalam banyak tradisi agama yang berbeda.
Sebagai penutup, saya ingin mengumukakan bahwa dalam kajian esoterisme Al-Quran ini, Martin Lings menyoroti bahwa esoterisme Al-Quran adalah inti dari spiritualitas Islam dan merupakan kunci untuk mencapai pemahaman yang lebih luas dan kesadaran yang lebih tinggi. Kajian esoterisme Al-Quran oleh Martin Lings memberikan kontribusi penting dalam memperluas perspektif dan pemahaman tentang Islam. Dengan menyoroti dimensi spiritual yang tersembunyi dalam Al-Quran, ia mengajak pembaca untuk melampaui pemahaman literal dan memasuki wilayah pemahaman yang lebih dalam dan transformatif.
Referensi
Lings, Martin. What is Sufism? California: University of California Press, 1975
________Symbol And Archetype Study Of Meaning Of Existence, Kentucky: Fons Vitae, 2006
________A Return to the Spirit: Questions and Answers, Kentucky: Fons Vitae, 2008.
Shipley, Morgan. Psychedelic Mysticism, Mayland: Lexington Books, 2015.
Sholikhin, Muhammad. Filsafat dan Metafisika dalam Islam, Yogyakarta: Narasi, 2008.