Etika Berkomunikasi Perspektif Al-Quran Surah Al-Hujurat/49: 2-5

Dewasa ini, kita digemparkan dengan debat Capres dan Cawapres yang diwarnai oleh berbagai kritikan dan masukan dari pemerhati politik, agamawan, dan akademisi. Mereka mengomentari ucapan dan perilaku yang dianggap meresahkan yang dilakukan oleh para paslon dalam debat yang telah berlalu, terutama terkait kurangnya etika dalam berkomunikasi.

Adab erat kaitannya dengan tingkah laku, budi pekerti yang baik dalam berdiri dan duduk, serta akhlak yang terpuji. Seseorang yang mampu menjaga pola hidup yang baik akan membentuk kepribadian akhlak yang baik, karena akhlak merupakan bagian dari kepribadian yang dibina melalui interaksi dengan orang lain dan bimbingan dari guru, orang tua, dan pihak yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan. Sangat penting untuk bersikap sopan, bahkan dalam hal-hal yang tampaknya sepele, terutama ketika berbicara dan berkomunikasi.

Bacaan Lainnya

Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dalam kehidupan manusia. Hakikatnya adalah keterampilan mendengarkan, karena pada saat itulah seseorang belajar kemampuan berbicara dan berkomunikasi dengan baik.

Al-Farabi berpendapat bahwa hakikat budi pekerti yang baik adalah perilaku dengan akhlak terpuji serta menerapkan apa yang diucapkan sebagai kata-kata indah yang membekas dalam jiwa pendengar dan pembaca, serta mendorong mereka untuk selalu mengulanginya. Adab dikaitkan dengan setiap perbuatan baik, khususnya melakukan hal-hal terpuji baik perkataan maupun perbuatan. Kelompok lain berpendapat bahwa Adab memperlakukan makhluk dengan ketelitian dan kebaikan, sesuai dengan kenyataan yang ada pada saat ini. (Al-Farabi, 1978: -82).

Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, sangat penting untuk bersikap sopan, bahkan dalam hal-hal yang tampaknya sepele, terutama ketika berbicara. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dalam kehidupan manusia. Hakikatnya adalah keterampilan mendengarkan, karena pada saat itulah seseorang belajar kemampuan berbicara dan berkomunikasi. Tentu saja, keterampilan berbicara berkaitan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh seorang anak melalui kegiatan membaca dan mendengarkan. (Henri Guntur, 2015: 3).

Etika dalam berkomunikasi sangat penting untuk diketahui, terutama dalam komunikasi verbal. Komunikasi verbal berarti kata-kata atau bahasa berperan penting dalam menyampaikan informasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan cara berbicara, baik yang berkaitan dengan nada bahasa maupun kata-kata yang digunakan, agar menciptakan kenyamanan dalam proses komunikasi.

Etika berbicara merupakan suatu proses penyampaian pesan pada dengan menggunakan prinsip-prinsip yang tentunya tidak menyimpang dari kaidah agama Islam. Prinsip-prinsip etika berbicara menjadi pedoman bagi umat khususnya umat Islam dalam berkomunikasi. Allah SWT. juga memerintahkan orang untuk menyampaikan berita/berbicara dengan cara yang baik dan dengan perkataan yang baik. (Aripuddin Tike, 2012: 197)

Manusia sebagai makhluk sosial menempati posisi strategis yang sangat penting.

Karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dikaruniai kemampuan berbicara. Melalui kemampuan berbicaralah manusia dapat menjalin hubungan sosial, dalam proses mengenal satu sama lain akan berjalan dengan baik jika seseorang menggunakan jalan yang baik. dengan kata lain, ketika seseorang ingin mengenal orang lain, dia harus menunjukkan sopan santun, baik melalui tindakan maupun perkataan.

QS. Al-Hujurat:2-5

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ اِنَّ الَّذِيْنَ يَغُضُّوْنَ اَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ امْتَحَنَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْ لِلتَّقْوٰىۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ عَظِيْمٌ اِنَّ الَّذِيْنَ يُنَادُوْنَكَ مِنْ وَّرَاۤءِ الْحُجُرٰتِ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ وَلَوْ اَنَّهُمْ صَبَرُوْا حَتّٰى تَخْرُجَ اِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah meninggikan suaramu melebihi suara Nabi dan janganlah berkata kepadanya dengan suara keras sebagimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap yang lain, hal itu dikhawatirkan akan membuat pahala segala amalmu terhapus sedangkan kamu tidak menyadarinya. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya disisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau Nabi Muhammad dari luuar kamarmu, kebanyakan mereka tidak mengerti. Seandainya mereka bersabar sampai Engkau keluar menemui mereka, tentu akan lebih baik  bagi mereka, Allah Maha Pengampung lagi Maha Penyayang.

Adapun Etika berkomunikasi dalam QS. Al-Hujurat : 2-5 mencakup 3 aspek :

Pertama, Intonasi dalam berbicara, penggunaan intonasi dalam berbicara merupakan sesuatu yang urgen untuk diperhatikan karena hal ini digunakan untuk berbicara atau berkomunikasi dan dari intonasi ini juga kita bisa mengukur letak kesopanan dalam berbicara, bisa jadi kata baik yang kita gunakan tanpa intonasi yang baik itu akan membawa kepada yang buruk juga.

Allah SWT. Memerintahkan untuk memperhatikan intonasi ketika berbicara atau berkomunikasi kepada orang lai, sepeti yang terdapat dalam QS Al-Hujurat:2 ayat tersebut menggunakan kata لَاتَرْفَعُوْا yang artinya tidak meninggikan suara, Ibnu Katsir mengartikan kata tersebut dengan larangan berbicara kepada Rasulullah dengan nada yang tinggi. (Ibnu Katsir, 1999: 365).

Kedua, Isi pesan yang disampaikan atau pemilihan kata yang tepat, memperhatikan isi pesan juga diperlukan dalam berbicara atau berkomunikasi, berikut ini yang dapat diperhatikan dari pesan yang akan disampaikan dan dilontarkan yaitu pesan yang tidak mengandung makian, pesan yang disampaikan tidak mengandung bahan ejekan, pesan disampaikan tidak menampakkan atau menunjukkan kesombongan.

Allah dan Rasul-Nya memerintahkan manusia untuk bersikap rama, baik hati dan bijaksana dalam perkataan dan perbuatan, umat islam tidak boleh berperilaku buruk, kasar, melecehkan, dan memaki saat berbicara, dalam hadis juga diterangkan bahwasanya orang yang melakukan perbuatan tersebut tidak dapat disebut sebagai beriman sepenuhnya dan bagaimana munkin orang yang sambil melakukan kenurukan bisa menerima ajaran kebaikan. (Anwarul Haq, 2014:112)

Ketiga, Memperhatikan waktu, kondisi, tempat dan lawan bicara, Ketika berbicara maupun berkomunikasi kita harus paham dengan waktu, kondisi dan lawa bicara kadang kala setelah menimbang bahwa isi pesan yang ingin kita sampaikan akan tetapi tanpa memperhatikan kondisi ini juga bisa merusak atau pesan yang ingin kita sampaikan tidak tersampaikan dengan baik.

Komunikasi merupakan salah satu cerminan dari baik dan buruknya hubungan seseorang, dapat dilihat dari bagaimana mereka berinteraksi dengan Masyarakat luas. Al-Qur’an merupakan sumber utama dalam bertingkah laku serta menjadi rujukan dalam hidup manusia, karena di dalamnya terdapat berbagai macam hal seperti dalam hal aturan hidup, mulai dari dari hal-hal yang mendesak hingga hal-hal yang paling sederhana, jika kehidupan kita senantiasa dikaitkan dengan Al-Qur’an maka kedamaian dan ketenangan batin akan mudah kita temui.

Dalam konteks ini, komunikasi dalam Al-Qur’an adalah berkomunikasi dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun kita harus bisa menunjukkan sopan santun dan etika sebagai makhluk yang beradab dan beretika, karena pada dasarnya Al-Qur’an banyak memberikan contoh nyata dengan tujuan untuk menyampaikan komunikasi atau berbicara yang beradab dan beretika.

Etika berkomunikasi dalam pembahasan ini, khususnya bagaimana sahabat diajarkan untuk beradab dan beretika kepada Rasulullah dari segi perbuatan maupun perkataan, bukan berarti kita sebagai umatnya mengabaikan ajaran tersebut. Sebaliknya, hal ini dimaksudkan agar kita dapat mengambil pelajaran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta kepada semua orang tanpa memandang jabatan, gelar, dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Farabi, Abu Nasr Isma’il bin Hammad al-Jauhari al-Sihah Taj al-Lugah wa Sihah al- ‘Arabiyah, Juz I. Cet. IV; Beirut: Dar al-‘Ilm Li al-Malayyin, 1407 H/1987 M.

Haq, Anwarul. Prophet’s Guidances For Children, terj. Rully Hamid, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia: Cara Praktis Hidup Sehari-hari Cet. I; Bandung: Penerbit Marja’, 2014.

Ibnu Katsir al-Quraisy, Abu al-Fida Isma’il bin ‘Umar bin al-Basari, Tafsir al-Qur’an al- ‘Azim, Juz VI. Cet. II; t.tp: Dar Tayyibah Linnasyir wa al-Tauzi’, 1999.

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV. Angkasa, 2015.

Tike, Aripuddin. Etika Komunikasi: Suatu Kajian Kritis Berdasarkan al-Qur’an, Makassar: Alauddin University Press, 2012.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *