Allah SWT sungguh telah memperkaya kita semua dengan begitu banyak informasi dalam al-Qur’an. Ada yang telah terjadi, bersifat historik seperti tentang bangsa-bangsa yang lampau semisal kaum ‘Ad, Tsamud, Fir’aun, Qarun, dan lain-lain. Banyak juga yang bersifat futuristik, artinya akan terjadi di masa depan seperti informasi tentang hari kiamat dalam QS. ar-Rahman/55: 37, “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak”.
Wahbah az-Zuhayli memaknai dengan ketika hari kiamat tiba, langit menjadi pecah dan hancur. Berubah seperti mawar merah meleleh bak minyak. Atau berwarna seperti kulit yang memerah. Maksudnya, adalah bahwa langit meleleh seperti melelehnya minyak dan berwarna-warni seperti warna-warninya bahan celupan. Terkadang merah, kuning, biru, atau hijau. Itu semua terjadi akibat begitu dahsyatnya kejadian yang ada. Itulah kengerian pada hari kiamat (Wahbah az-Zuhayli, at-Tafsiir al-Muniir fii al-‘Aqiidah wa asy-Syarii’ah wa al-Manhaj, Juz 27, Beirut: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1991 M – 1411 H, hal. 218-219).
Informasi tentang langit yang terbelah, retak-retak, pecah-pecah itu, dikonfirmasi sendiri oleh Allah SWT dalam ayat lain dalam al-Qur’an seperti pada QS. al-Insyiqaq/84:1, “Apabila langit terbelah”, QS. al-Infithar/82: 1 “Apabila langit pecah”. Terbelahnya langit karena pada hari itu langit menjadi rapuh (QS. al-Haaqah/69:16). Karena itu, Allah SWT mengingatkan kita semua dalam QS. al-Furqan/25: 25, “Dan (ingatlah) pada hari (ketika) langit pecah mengeluarkan kabut putih dan para malaikat diturunkan (secara) bergelombang”.
Berdasarkan alasan-alasan itu, informasi bahwa pada hari kiamat langit terbelah bukanlah informasi palsu, tetapi memang valid berasal dari Yang Mahabenar (Al-Haqq), Allah SWT. Selain itu, validitas informasi itu juga diberikan jaminannya secara tertulis dalam QS. al-Baqarah/2: 2, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.
Informasi itu memunculkan rasa takut yang mencekam dan bisa mencegah orang dari berbuat jahat. Siapa saja mendengarnya akan mengurungkan niat untuk melakukan kejahatan. Jadi, sangat efektif dalam memberikan early warning pada kita semua untuk sejak sekarang tidak akan berbuat jahat.
Karena itu, sangatlah tepat dan bijaksana Allah SWT mengajukan pertanyaan berikutnya, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan” (QS. ar-Rahman/55: 38). Nikmat Allah SWT yang mana lagi yang hendak kita bantah. Nikmat Allah SWT yang mana lagi, yang hendak kita sangkal, ingkari, dan dustakan. Pertanyaan retorik yang menggugah siapa saja di antara manusia untuk mau bersyukur pada-Nya.
Sungguh amat pengasih Allah SWT pada hambaNya. Pantas, ayat pertama surat ini dibuka dengan sebutan nama-Nya, “Ar-Rahmaan” (Allah) Yang Maha Pengasih. Allah SWT mengingatkan kita semua adanya ancaman dan tantangan yang akan kita hadapi semua. Itulah, hari kiamat. Hari di mana langit yang luas dan sungguh dahsyat itu menjadi terbelah dan menimbulkan dampak fisikal kosmologik yang juga amat dahsyat. Karenanya, mengimani adanya hari kiamat akan menghasilkan kesediaan kita untuk mau mengisi hidup ini dengan beramal saleh karena ada harapan dan ekspektasi agar kita selamat di hari yang amat dahsyat mengerikan itu. Kalau begitu, kita mantapkan iman, kita tingkatkan amal saleh, kita jauhi kejahatan, sambil berharap selamat di hari kiamat. Semoga Allah SWT menyelamatkan kita semua.[]
Editor: AMN