Tafsīr Al-Māwardī: Perspektif Politik tentang Nasionalisme dan Kehidupan Berbangsa

Tafsīr Al-Māwardī merupakan salah satu karya penting dalam tradisi tafsir Islam. Dalam tafsir ini, Al-Mawardi tidak hanya membahas aspek-aspek agama, tetapi juga memberikan pandangan politik yang relevan dengan perkembangan sosial dan politik pada zamannya.

Salah satu topik yang menarik untuk dibahas dalam tafsir ini adalah nasionalisme dan kehidupan berbangsa. Artikel ini akan mengeksplorasi pandangan politik Al-Mawardi tentang nasionalisme dan bagaimana pandangan tersebut dapat memberikan wawasan yang berharga dalam konteks kehidupan berbangsa saat ini.

Bacaan Lainnya

Dalam tafsirnya, Al-Mawardi menyampaikan pandangannya tentang kecintaan terhadap suatu bangsa. Berikut ini adalah beberapa contoh ayat yang mengandung kata “al-balad” dan dapat dihubungkan dengan pandangan Al-Mawardi tentang kecintaan terhadap bangsa:

يٰقَوْمِ ادْخُلُوا الْاَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِيْ كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ

“Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci yang telah Allah tentukan bagimu dan janganlah berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah [5]: 21).

“Al-ard al-muqaddasah” secara harfiah berarti “tanah yang suci.” Dalam konteks ayat di atas, istilah tersebut merujuk pada negara Palestina (Al-Mawardi, Tafsir al-Mawardi, jilid 2, hal. 25). Palestina memiliki kedudukan yang istimewa bagi umat Muslim karena dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti Isrā’ Mi’raj yang dimulai dari Masjid Al-Aqsa dan di situlah terjadi pertempuran dan perjuangan umat Islam dalam mempertahankan tempat suci mereka.

Ayat ini menggambarkan pentingnya berjuang membela negara Palestina dari segala bentuk imprealisme. Ini menunjukkan urgensi kecintaan terhadap tanah air dan bangsa, serta kewajiban untuk membangun dan memajukan negeri tersebut. Palestina menjadi simbol perjuangan dan kecintaan umat Muslim terhadap tanah air mereka. Kecintaan terhadap Palestina juga mencerminkan solidaritas umat Muslim dalam mendukung hak-hak dan kemerdekaan Palestina.

Selain itu, salah satu kata yang relevan dengan konsep nasionalisme adalah kata “al-balad” yang dalam Al-Quran memiliki makna “tanah air” atau “negeri”. Konsep tersebut menurut Al-Mawardi dapat dilihat dari pesan yang disampaikan oleh Allah SWT dalam surah al-Tin:

وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِۙ وَطُوْرِ سِيْنِيْنَۙ وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ

“Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, demi gunung Sinai, dan demi negeri yang aman ini.” (QS. Al-Tin [95]: 1-3).

Kata al-Tīn dalam ayat di atas melambangkan Damaskus. al-Zaitunmerupakan lambang atau simbol dari negara Palestina. Thūri Sīnīn merupakan simbol dari Negeri Syam (termasuk Lebanon, Yordania, Suriah dan Palestina). Sedangkan kata “al-Balad al-Amin” adalah simbol dari Makkah al-Mukarramah (Al-Mawardi, Tafsir al-Mawardi, jilid 6, hal. 301-302).

Dalam konteks nasionalisme, ayat-ayat dalam Surah Al-Tin ayat 1-3 dapat dihubungkan dengan pentingnya menghormati, menjaga, dan memajukan tanah air atau suatu bangsa. Seperti halnya tempat-tempat suci yang disebutkan dalam ayat tersebut, tanah air Indonesia juga memiliki nilai-nilai, sejarah, dan identitas budaya yang harus dihormati dan dijaga.

Ayat-ayat yang menyebutkan buah tin, zaitun, gunung Sinai, dan kota yang aman dapat diinterpretasikan sebagai simbol-simbol kekayaan alam, keagungan, dan keamanan yang ada dalam tanah air kita. Seperti buah tin dan zaitun yang melambangkan kekayaan alam, kita harus menghargai dan menjaga sumber daya alam yang ada di tanah air kita. Gunung Sinai yang melambangkan keagungan juga mengingatkan kita akan keindahan dan keunikan alam yang ada di tanah air kita (Indonesia).

Selain itu, “negeri yang aman” yang disebutkan dalam ayat tersebut dapat dianggap sebagai simbol stabilitas dan keamanan yang diharapkan dalam suatu negara. Negeri yang aman mencerminkan situasi di mana warga negara dapat hidup tanpa rasa takut terhadap kekerasan, konflik, atau ancaman yang mengganggu ketertiban dan kesejahteraan masyarakat. Keamanan mencakup perlindungan terhadap kejahatan, terorisme, perang, dan ancaman lainnya yang dapat mengancam kehidupan dan kebebasan individu.

Maka terdapat korelasi yang kuat antara surah Al-Maidah ayat 21 dan surah al-Tin ayat 1-3 dalam konteks pentingnya menghormati, menjaga, dan memajukan suatu bangsa atau tanah air. Korelasi ini juga menggambarkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan memberikan tempat tinggal yang indah dan beragam. Manusia diberi tanggung jawab untuk menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di tanah air mereka dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan ajaran-Nya.

Surah al-Hujarat ayat 13 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal” juga memiliki relevansi terhadap konsep nasionalisme. Maka menyangkut ayat tersebut al-Mawardi dalam tafsirnya mengatakan:

اِنَّ الشُّعُوبَ هُمُ الْمُضَافُونَ إِلىَ النَّوَاحِي وَالشَّعَابِ , وَالقَبَائِلَ هُمُ المُشْتَرِكُونَ فِي الأَنْسَابِ وَتَفَرَّقُوا شُعُباً فَكُلُّ جَزِيْرَةٍ فِيهَا أَمِيرُ المُؤْمِنِيْنَ وَمِنْبَرٌ وَقَالَ أَنَّ الشُّعُوبَ وَالقَبَائِلَ للِتَّعَارُفِ لاَ لِلْاِفْتِخَارِ .

“Sebenarnya, suku-suku adalah yang terkait dengan asal-usul dan keturunan, sedangkan bangsa-bangsa adalah yang terkait dengan wilayah dan keberagaman. Mereka terbagi-bagi menjadi berbagai pulau, di setiap pulau terdapat pemimpin umat dan mimbar. Dan dikatakan bahwa suku-suku dan bangsa-bangsa ada untuk saling mengenal, bukan untuk sombong.” (Al-Mawardi, Tafsir al-Mawardi, jilid 5, hal. 335-336).

Pernyataan tersebut mengilustrasikan bahwa suku-suku dan bangsa-bangsa sebenarnya telah diikat oleh nasionalisme. Meskipun terdapat perbedaan dalam asal-usul, keturunan, wilayah, dan keberagaman, mereka semua masih merupakan bagian dari satu kesatuan yang lebih besar, yaitu sebuah negara atau bangsa.

Hal ini juga mengindikasikan bahwa nasionalisme sejati adalah tentang menghargai dan menghormati perbedaan, serta membangun persatuan dalam keragaman (Bambang Yuniarto, Wawasan Kebangsaan, hal. 29). Maka disini pentingnya saling mengenal dan saling menghormati dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai suku dan bangsa. Perbedaan asal-usul dan keturunan seharusnya digunakan sebagai sarana untuk saling memahami.

Nasionalisme bukan hanya tentang rasa bangga terhadap identitas dan budaya suatu negara, tetapi juga tentang komitmen untuk bekerja bersama dalam memajukan negara dan melindungi kepentingan bersama. Menurutnya, nasionalisme harus menjadi dasar untuk mempertahankan integritas dan jatidiri suatu bangsa.

Implikasi dalam Kehidupan Berbangsa

Pandangan politik Al-Mawardi tentang nasionalisme memiliki implikasi yang relevan dalam kehidupan berbangsa saat ini. Pertama, pandangan Al-Mawardi mengingatkan kita untuk tidak melupakan akar budaya dan identitas kita. Dalam era globalisasi ini, terkadang budaya dan identitas nasional dapat terancam oleh pengaruh asing. Melalui nasionalisme yang sehat, kita dapat memperkuat dan melestarikan warisan budaya kita.

Kedua, pandangan Al-Mawardi menekankan pentingnya persatuan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa. Nasionalisme yang sehat harus melibatkan semua warga negara tanpa membedakan suku, agama, atau latar belakang etnis. Kita harus bekerja bersama untuk menciptakan masyarakat yang adil, di mana setiap individu memiliki hak dan kesempatan yang sama.

Ketiga, pandangan Al-Mawardi mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kedaulatan negara. Dalam era globalisasi dan interkoneksi yang semakin erat, negara-negara sering kali menghadapi tantangan dalam mempertahankan kedaulatan mereka. Dalam konteks ini, nasionalisme yang kuat dan kesadaran akan pentingnya kedaulatan negara dapat membantu melindungi kepentingan nasional dan memastikan keberlanjutan negara.

Referensi

Al-Mawardi, Tafsir al-Mawardi, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th.

Yuniarto, Bambang. Wawasan Kebangsaan, Yogyakarta: Deepublish, 2021.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *