Pendekatan semantik terhadap Al-Quran secara signifikan memengaruhi pemikiran Islam dengan memberikan pemahaman yang bernuansa tentang teks dan konsepnya. Semantik, sebagai cabang linguistik, menyelidiki makna kata dan simbol, yang sangat penting untuk menafsirkan teks-teks Islam, terutama yang memiliki implikasi teologis.
Penafsiran ayat-ayat mutasyâbiẖât misalnya, yang ambigu dan terkait dengan sifat-sifat Allah, bervariasi antara madrasah-madrasah teologi yang berbeda-beda, seperti Mu’tazilah dan Asy’ariyyah. Masing-masing berdasarkan prinsip dan keyakinan identitas ideologi mereka. Variasi ini didasarkan pada prinsip dan keyakinan doktrinal yang berbeda dari masing-masing mazhab tersebut, yang menjadikannya sebagai studi yang kompleks dan multi-dimensional dalam ranah pemikiran Islam (Dardiri et al. 2023: 13).
Kesulitan dalam membahas sifat-sifat Tuhan berasal dari tantangan inheren dalam menggambarkan entitas ilahi yang pada dasarnya terpisah dari dunia, seperti yang dicatat oleh Bayram Çınar, yang menekankan perlunya memahami proporsi yang dibuat untuk Tuhan dalam Al-Quran (Üyesi et al., 2022: 416).
Wacana teologis ini semakin diperkaya oleh pluralisme intelektual dalam filsafat Islam. Amati para sarjana, seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, dan al-Ghazali, menawarkan berbagai interpretasi konsep metafisik seperti waktu dan keabadian, yang mencerminkan konteks budaya, sosial, dan sejarah pemikiran Islam yang lebih luas (Oktarika, 2023: 61).
Jika dianalisis melalui asbâb al-nuzûl (peristiwa turunnya wahyu), dalam dimensi teologi Islam, dapat memberikan wawasan tentang monoteisme Allah, akhirat, dan konsep kebebasan, sehingga menggambarkan implikasi praktis dari konsep-konsep teologis ini dalam kehidupan (Damanik et al., 2024: 61).
Pendekatan semantik dalam teologi Islam, khususnya pandangan ortodoks, memahami makna adalah keadaan batin yang ditentukan oleh maksud lawan bicara. Bagi perspektif Mu’tazilah makna diproduksi dalam struktur bahasa, yang pada gilirannya menunjukkan berbagai metode interpretatif yang berkontribusi pada kekayaan wacana teologis Islam. Dengan demikian, studi semantik Al-Qur’an mengenai sifat-sifat Tuhan adalah bidang yang sangat rumit, yang dibentuk oleh interaksi keyakinan doktrinal, teori linguistik, dan interpretasi filosofis di berbagai tradisi Islam.
Tak kalah penting, kemajuan modern, seperti dilakukan dalam Mohammed Alqarni, dalam Embedding Search for Quranic Texts Based on Large Language Models, mengenai penggunaan Large Language Models (LLM) atau model bahasa besar untuk pencarian semantik, semakin meningkatkan pengambilan dan pemahaman teks-teks Al-Qur’an dengan menangkap hubungan semantik yang mendalam, meskipun diperlukan penyempurnaan untuk kinerja yang optimal dalam teks-teks Arab.
Memahami teks Al-Quran dan memperoleh hubungan semantik yang mendalam melibatkan pendekatan multifaset yang memanfaatkan model-model bahasa tingkat lanjut, analisis linguistik, dan penelitian interdisipliner. Penggunaan model-model bahasa besar (LLM) seperti di atas untuk pencarian semantik telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam menangkap hubungan semantik yang mendalam dalam teks Al-Quran, dan ini mengungguli metode-metode berbasis kata kunci tradisional dan menunjukkan efektivitas yang konsisten di berbagai kompleksitas semantik (Alqarni, 2024: 243).
Untuk mendapatkan pemahaman semantik yang ‘lebih’, gaya sastra dan fitur-fitur linguistik Al-Quran yang unik, seperti perangkat retorika layaknya pengulangan dan paralelisme, berkontribusi secara signifikan terhadap otoritas dan persuasifitasnya dalam wacana Islam, yang menyoroti pentingnya memahami elemen-elemen ini untuk pemahaman semantik yang lebih dalam (Wajdi et al., 2023: 11).
Dari perspektif Linguistik Fungsional Sistemik, Al-Quran menggunakan perangkat kohesif, baik gramatikal maupun leksikal, untuk menciptakan jaringan ikatan dan hubungan semantik yang menjadikan teks bermakna dan kohesif.
Sebenarnya, dengan mengintegrasikan metode komputasional—yang dilakukan Alamiri dengan judul artikelnya Understanding the Qurʾān Textuality: a Preliminary SFL-Based Analysis of the Qurʾān as Text, ia melakukan upaya pemahaman atas tekstualitas Al-Qur’an dengan menganalisis teks berbasis SFL—canggih ini dengan analisis linguistik dan sastra tradisional, para peneliti tafsir dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang makna dan pesan Al-Quran serta mendapatkan relevansi dan dampaknya yang berkelanjutan pada teologi, yurisprudensi, dan etika Islam kontemporer (Alamiri, 2020: 139).
Pendekatan interdisipliner ini tidak hanya meningkatkan kemampuan pencarian semantik tetapi juga memperkaya pemahaman yang lebih luas tentang peran bahasa dalam membentuk wacana dan interpretasi agama.
Implikasi Pendekatan Semantik atas Tradisi Keagamaan
Pendekatan semantik terhadap penafsiran Al-Quran berdampak signifikan terhadap teologi Islam dan hubungannya dengan tradisi keagamaan lain dengan memberikan pemahaman yang bernuansa tentang konsep dan istilah utama. Metode ini memungkinkan eksplorasi yang lebih mendalam terhadap makna yang tertanam dalam teks Al-Quran, yang dapat mengarah pada penafsiran yang lebih inklusif dan pluralistik.
Analisis semantik istilah-istilah tertentu, misalnya “thayyibah,” mengungkapkan evolusinya dari konotasi umum kebaikan dalam urusan duniawi menjadi makna yang lebih luas dan lebih mendalam yang mencakup dimensi etika-agama, termasuk konsep Tauhid (Keesaan Tuhan).
Lebih jauh lagi, analisis semantik tersebut menunjukkan bagaimana Al-Quran mendefinisikan ulang kata-kata untuk mencakup makna etika-agama yang lebih luas, memengaruhi perilaku individu, interaksi sosial, dan pemerintahan nasional dengan menanamkan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman ini memperkaya pandangan dunia Islam dan kerangka etikanya (Sandimula, 2022: 759).
Demikian pula, analisis komparatif prinsip-prinsip semantik oleh Izutsu dan Thabatthaba’i menyoroti fleksibilitas dan sifat makna kata yang terus berkembang, yang dapat menjembatani kesenjangan antara tradisi interpretatif yang berbeda dalam Islam dan menumbuhkan pemahaman yang lebih baik tentang pesan inti teks.
Keduanya berkontribusi pada bidang semantik dengan menawarkan metodologi yang berbeda; pendekatan Thabatthaba’i memungkinkan fleksibilitas dalam arti kata, memfasilitasi pemahaman yang lebih dekat tentang pesan-pesan teks, sementara metode Izutsu menekankan perubahan arti kata-kata dalam kaitannya dengan pandangan dunia yang berkembang, meskipun terkadang berisiko kehilangan arti inti (Mirazimi & Shahroudi, 2023: 117).
Pendekatan semantik terhadap penafsiran Al-Quran memang dapat memberikan pemahaman yang lebih bernuansa tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam dalam masyarakat kontemporer dengan menyikapi sifat bahasa dan konteks yang dinamis.
Selain itu, eksplorasi semantik misalnya terhadap konsep kepemimpinan dalam Al-Quran membuka jalan interpretatif baru, memperkaya wacana tentang kepemimpinan dalam masyarakat Muslim dan mempromosikan eksegesis yang lebih inklusif dan pluralistik.
Secara kolektif, pendekatan semantik ini tidak hanya memperdalam pemahaman konten Al-Quran tetapi juga memastikan bahwa penerapannya selaras dengan konteks kehidupan Muslim yang terus berkembang, sehingga mendorong pemikiran Islam yang dinamis dan relevan secara kontekstual.
Lebih jauh, studi tentang konsep kepemimpinan dalam Al-Quran menggarisbawahi pentingnya bidang semantik dalam menafsirkan istilah-istilah yang penting bagi praktik keagamaan dan kehidupan sehari-hari, sehingga membuka jalan baru bagi dialog dan kerja sama antaragama (Sarajkić, 2023: 7).
Penggunaan Natural Semantic Metalanguage (NSM) untuk menjelaskan istilah-istilah Al-Quran yang sulit diterjemahkan seperti rasūl, syirik, dan kāfir menunjukkan bagaimana dekomposisi semantik yang tepat dapat membuat konsep-konsep ini lebih mudah diakses oleh penutur non-Arab, memfasilitasi pemahaman yang lebih jelas tentang teologi Islam dalam konteks global (Durie, 2022: 937).
Selain itu, metode semiotik yang digunakan dalam menganalisis teks-teks Islam pasca-era Nabi Muhammad menunjukkan bagaimana aliran teologi yang berbeda, seperti Mu’tazilah dan Asy’ariyyah, menafsirkan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan prinsip-prinsip mereka, yang dapat mengarah pada perspektif teologis yang beragam namun koheren (Dardiri et al., 2023: 15).
Secara keseluruhan, pendekatan semantik tidak hanya memperdalam pemahaman internal teologi Islam tetapi juga meningkatkan dialognya dengan tradisi-tradisi agama lain dengan mengklarifikasi dan mengontekstualisasikan konsep-konsep intinya.
Pendekatan Semantik ‘Memberi Nuansa Lebih’
Studi yang dilakukan F. Allumai menekankan perlunya mengendalikan makna sentral dan potensi semantik frasa Al-Quran, yang menunjukkan bahwa pendekatan seimbang yang menggabungkan perspektif fundamentalis dan linguistik dapat meningkatkan akurasi interpretatif (Allumai, 2022: 113).
Selain itu, membangun model data ontologi dalam kerangka Islamic Knowledge Management (IKM) atau Manajemen Pengetahuan Islam memastikan representasi dan pengambilan pengetahuan Al-Qur’an yang akurat, menyelaraskan hasil pencarian dengan makna dan tema Al-Qur’an yang dimaksud, dengan menyusun pengetahuan menurut tema-tema yang berasal dari korpus Islam, sehingga meningkatkan ketepatan fungsi pencarian dan membantu pemahaman yang lebih mendalam tentang teks.
Penggunaan model data ini akan memastikan bahwa penjelasan struktural pengetahuan Al-Quran selaras dengan klasifikasi tematik, sehingga meningkatkan ketepatan dan relevansi hasil pencarian dan memfasilitasi pemahaman yang lebih dalam tentang isi Al-Quran. Dengan demikian, pendekatan semantik tidak hanya membantu dalam interpretasi yang tepat dari teks-teks Al-Qur’an tetapi juga memperkaya pemikiran Islam dengan memberikan wawasan yang lebih dalam tentang dimensi teologis, etika, dan sosialnya (Ta’a et al., 2021: 35).
Metode interpretasi analitis, sebagaimana dibahas oleh Habiburrahman Rizapoor, menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengeksplorasi ayat-ayat Al-Quran dalam urutan kemunculannya, menggabungkan berbagai aspek seperti makna leksikal, kesimpulan hukum, dan interpretasi ilmiah kontemporer, yang dapat menjawab kebutuhan ilmiah tertentu dan memberikan analisis multifaset terhadap teks (Aboamro & Rizapoor, 2023: 39).
Fleksibilitas semantik sangat penting dalam menangani isu-isu kontroversial, seperti penafsiran ayat-ayat yang terkait dengan ‘fisik wanita’, di mana analisis semantik yang lebih dalam dapat mendamaikan kontradiksi yang tampak antara teks-teks Al-Quran yang mempromosikan kebaikan dan tradisi kenabian yang melarang penganiayaan terhadap wanita.
Membahas masalah semantik, seperti interpretasi istilah “memukul” dalam konteks stabilitas keluarga dan ajaran kenabian, menggarisbawahi pentingnya merekonsiliasi teks-teks Al-Quran dengan nilai-nilai Islam yang lebih luas tentang kebaikan dan perbuatan baik, sehingga menyelesaikan perbedaan dan mempromosikan pemahaman yang lebih manusiawi tentang hukum Syariah (Bouziane, 2023: 796).
Dengan mengintegrasikan pendekatan semantik yang beragam ini, masyarakat kontemporer dapat mencapai pemahaman yang lebih bernuansa dan relevan secara kontekstual tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam. Tradisi interpretatif yang berfokus pada pengungkapan makna laten dibalik teks dapat melakukan evolusi pemaknaannya melalui jembatan semantik untuk pemahaman interpretasi yang lebih komprehensif dan penuh ‘nuansa’ yang lebih apik.
Bahan Bacaan
Aboamro, A., & Rizapoor, H. (2023). Unveiling the Divine Text: Exploring the Analytical Interpretation of the Holy Quran. Integrated Journal for Research in Arts and Humanities, 3(3), 39–48. https://doi.org/10.55544/ijrah.3.3.8
Alamiri, Z. (2020). Understanding the Qurʾān Textuality: a Preliminary SFL-Based Analysis of the Qurʾān as Text. International Journal of Arabic Linguistics, 6(1 & 2), 139–166. https://revues.imist.ma/index.php/IJAL/article/view/22105
Allumai, F. A. (2022). Contemporary Trends in the Interpretation of Multi-Meaning Qur’an Phrase Comparative Linguistic Fundamental Study. Journal of Umm Al-Qura University for Sharia’h Sciences and Islamic Studies, 91, 113–137. https://doi.org/https://doi.org/10.54940/si17534925
Alqarni, M. (2024). Embedding Search for Quranic Texts Based on Large Language Models. The International Arab Journal of Information Technology, 21(2). https://doi.org/10.34028/iajit/21/2/7
Bouziane, M. A. (2023). Semantic Issues of Hitting Women in the Quran Methodology : Resolving Reading Discrepancies. Journal of Namibian Studies, 2(33), 796–805.
Damanik, A., Mahendra, A., Lubis, A. M., & Hidayat, A. (2024). Dimensions of Islamic Theology : Analysis of Theological Verses Based on Asbab al-Nuzul. 25(1), 61–72.
Dardiri, A., Susiawati, I., Mardani, D., Khoerunisa, H., & Alramdani, M. L. (2023). Theological Semantics of Al-Quran Verses About The Attributes of Allah. Jurnal Transformatif (Islamic Studies), 7(1), 13–24. https://doi.org/10.23971/tf.v7i1.5977
Durie, M. (2022). Semantic Decomposition of four Quranic Words. Russian Journal of Linguistics, 26(4), 937–969. https://doi.org/10.22363/2687-0088-30779
Mirazimi, S. H.-R., & Shahroudi, A. S. (2023). Quranic Lexical Semantics of Izutsu and ʻAllāmah Ṭabātabāʼī: a Comparative Appraisal. Miscelánea de Estudios Árabes y Hebraicos, 72, 117–131. https://doi.org/10.30827/meaharabe.v72.22344
Oktarika, D. (2023). Konsep Keabadian dan Waktu dalam Perspektif Pemikiran Islam. Al-Hikmah: Jurnal Theosofi Dan Peradaban Islam, 5(1), 61–83. https://doi.org/10.51900/alhikmah.v5i1.19374
Sandimula, N. S. (2022). Analisis Semantik atas Kata “Thayyibah” dalam al-Qur’an. Al Quds, 6(2), 759. https://doi.org/10.29240/alquds.v6i2.3324
Sarajkić, M. (2023). Semantics of Leadership in the Qur’an. Context: Journal of Interdisciplinary Studies, 10(1), 7–24. https://doi.org/10.55425/23036966.2023.10.1.7
Ta’a, A., Arif, A. S. C. M., Bakar, M. S. A., & Mahmad, M. A. (2021). Semantic Approach for Al-Quran Knowledge Representation in Islamic Knowledge Management Framework. Journal of Quranic Sciences and Research, 02(01), 35–46. https://doi.org/10.30880/JQSR.2021.02.01.005
Üyesi, Ö., Hacı, N., Veli, B., İlahiyat, Ü., & İslam, İ. (2022). İslâm Kültür Geleneğinde İlâhî Sıfatlar Kuramı Theory of Divine Attributes in the Islamic Cultural Tradition Bayram ÇINAR Makale Bilgisi / Article Information Makale Türü / Article Types : Araştırma Makalesi / Research Article Geliş Tarihi / Received Kabu. Türkiye İlahiyat Araştırmaları Dergisi, 6(1), 416–447.
Wajdi, M. B. N., Husniyah, N. I., Ahmad, V. I., Putra, M. I. S., & Syarofi, A. M. (2023). Understanding the Quran Holistically: Interdisciplinary Study of the Language and Linguistics of the Quran. BASA Journal of Language & Literature, 3(1), 11–17. https://doi.org/10.33474/basa.v3i1.19596