Permasalahan antroposentrisme kapitalisme ini penting dibahas karena telah memberikan dampak destruktif pada alam dan manusia. World Wide Fund for Nature menyebutkan bumi mengalami berbagai krisis, diantaranya cuaca ekstrem meningkat. Tahun 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat, dan tahun 2024 diperkirakan akan memecahkan rekor tersebut (WWF, tt).
United Nations Environment Programme (UNEP) juga menyebutkan 30 persen populasi dunia terpapar gelombang panas yang mematikan selama lebih dari 20 hari dalam setahun (UNEP, 2022). Masalah ini tentu saja tidak bisa diabaikan. Jika dibiarkan lebih lanjut bencana alam akan merenggut lebih banyak korban, terutama dari kalangan rentan yang lebih tidak siap menghadapi bencana karena kurang memililki akses pada pencegahan dan perlindungan.
Sementara itu, Islam memiliki konsep khalifah. Sebagai seorang khalifah, manusia memiliki tugas suci untuk bertanggung jawab sebagai pemelihara bumi. Tindakan yang diambil haruslah memperhatikan dampak bagi alam. Dengan demikian, tulisan ini juga membahas eksplorasi konsep khalifah sebagai otokritik terhadap manusia yang antroposentris kapitalis.
Tulisan ini terdiri dari tiga bagian. Pertama, kajian teori yang membahas antroposentrisme kapitalisme dan dampaknya terhadap lingkungan. Kedua, tafsir tentang konsep khalifah dan tanggung jawabnya terhadap alam. Ketiga, sisipan analisis yang mengintegrasikan temuan dari kajian teori dan tafsir untuk menawarkan solusi atas masalah yang ditimbulkan oleh antroposentrisme kapitalisme.
Antroposentrisme dan Kapitalisme Serta Bagaimana Keduanya Berdampak Pada Lingkungan
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang memiliki pandangan bahwa manusia adalah pusat dari sistem alam semesta. Pandangan ini diikuti oleh pandangan bahwa dunia diciptakan hanya untuk dan bagi kepentingan manusia (Harkalianus Pasang dalam Syafitri dan Ulfah, 2024: 3).
Franz Magnis Suseno mengaitkan antoposentris dengan ekonomi kapitalis. Sistem ini berorientasi pada laba. Maka, yang terjadi hanyalah pengeksploitasian sumber daya alam tanpa menimbang dampak bagi alam, maupun meminimalisir resiko pencemaran, karena akan meningkatkan biaya produksi (Suseno dalam Syafitri dan Ulfah, 2024: 4). Dari eksploitasi alam ini timbullah perubahan iklim.
Kegiatan manusia yang banyak menyebabkan perubahan iklim adalah peningkatan gas rumah kaca, seperti karbon dioksida di atmosfer. Hal ini disebabkan terutama karena pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, minyak, dan gas) dan perubahan tata guna lahan, seperti penggundulan hutan (EGR dalam UNEP, 2022).
Perubahan iklim memang dirasakan oleh semua orang. Namun, yang paling terdampak tentu negara miskin dan berkembang atau kelompok rentan karena mereka minim terhadap akses untuk mendapatkan pencegahan dan perlindungan bencana alam. Di Indonesia sendiri, misalnya, terdapat masyarakat dari kalangan petani dan nelayan masuk pada profesi rentan yang terdampak krisis iklim.
Oxfam menyebutkan sekitar 41 persen dari masyarakat miskin Indonesia yang tinggal di pedesaan mencari nafkah melalui sektor pertanian. Perubahan iklim ini membuat hasil panen jauh dari biasanya sehingga menimbulkan banyak kerugian (Oxfam, tt).
Misalnya saja cerita seorang petani cengkih bernama Bote. Hingga enam tahun lalu, ia masih bisa mendapatkan hasil panen sebanyak 125 kg hingga 150 kg. Namun sekarang jumlahnya berkurang jauh, hanya sekitar 25 kg sampai 30 kg. Selain dari itu kualits cengkishnya pun menurun. Cengkih kering berkualitas kurang bagus dihargai sekilo Rp30.000, sedangkan cengkih berkualitas bagus, bisa mendapat Rp133.000.
Perlu menjadi catatan, tidak semua manusia adalah antroposentris kapitalis. Artinya, tidak semua manusia menjadi pelaku yang membawa bumi pada krisis iklim. Sebagaimana pernyataan sebelumnya, kegiatan yang banyak membuat kerusakan bumi adalah aktivitas industri bermodal besar. Maka, yang dimaksud antroposentris kapitalis di sini adalah pemodal atau pemilik industri.
Tafsir Tentang Konsep Khalifah dan Kritik Terhadap Antroposentrisme Kapitalisme
Agama memiliki andil untuk menyikapi antroposentrisme kapitalisme. Penafsiran terhadap teks agama dapat dibawa ke arah positif maupun negatif dari segi dampaknya terhadap alam. Bentuk negatifnya, terdapat sebagian yang menjustifikasi antroposentrisme kapitalis dengan ajaran agama. Misalnya penjustifikasian eksploitasi alam dengan QS. Al-Jatsiah ayat 13:
وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
Pembacaan yang tidak tepat terhadap ayat ini membuat manusia mendapat alasan menjadi penunduk dan penakluk alam sesukanya. Selain itu, justifikasi lain otoritas penundukan alam adalah QS. Al-Baqarah ayat 30 yang menyatakan manusia adalah khalifah di muka bumi, yang berarti memiliki kebebasan mengatur bumi.
Ibn Asyur dalam al-Tahrir wa al-Tanwir menyebutkan kata khalifah pada dasarnya berarti menggantikan yang lain, seolah ia adalah pelaku pekerjaan tersebut. Ini merupakan metafora seseorang yang mewakili Allah untuk menjadi pengatur di muka bumi. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat, dengan kekuatan yang Allah anugerahkan, berinteraksi dengan makhluk bumi dengan cara yang besar, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain (Ibn Asyur, tt).
Namun, malaikat memprediksi bahwa manusia, dengan kelebihan yang diberikan, akan berbuat kerusakan di bumi, seperti tercermin dalam ungkapan أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآء. Allah mencantumkan maushul yakni مَن untuk menunjukkan bahwa orang yang cenderung merusak dan menumpahkan darah tidak layak menjadi khalifah, karena jika diizinkan untuk membangun, dia akan merusak apa yang telah dibangun (Ibn Asyur, tt).
Al-Alusi menjelaskan Adam AS adalah khalifah Allah karena memiliki kemampuan untuk berpikir dan tanggung jawab moral. Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam, menunjukkan keutamaannya di atas mereka. Mereka bertanggung jawab atas tindakan mereka (Al-Alusi, tt).
Khalifah tidak hanya merujuk pada Adam, tetapi seluruh umat manusia sebagai pewaris dan pemimpin di bumi. Ini mencerminkan tanggung jawab moral dan tugas untuk menjaga bumi serta berperilaku sesuai dengan petunjuk Allah (Al-Alusi: tt). Ibn Jarir dalam tafsir Ibn Katsir menyebutkan khalifah adalah Adam dan siapa saja yang menjalankan tugasnya dalam ketaatan kepada Allah dan memberikan keputusan dengan adil di antara makhluk-Nya (Ibn Katsir, tt).
Dari wacana tafsir di atas, diketahui bahwa konsep khalifah sebenarnya menunjuk pada tanggung jawab manusia sebagai pelaksana tugas Allah di bumi, dengan kewajiban menjaga dan memelihara lingkungan. Memasuki bagian analisis, artikel ini mengkaji bagaimana konsep khalifah dapat diterapkan untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh antroposentris kapitalisme.
Dalam Al-Qur’an disebutkan manusia adalah makhluk yang diberikan keistimewaan berupa pemegang mandat sebagai khalifah di bumi. Manusialah yang berfungsi sebagai manifestasi-Nya, mengejawantahkan sifat-sifat-Nya di muka bumi. Bahkan disebutkan, Adam, diciptakan dari citra sifat Rahman-Nya.
Dalam memenuhi tugasnya, manusia diberi beberapa bekal, seperti diberikan tubuh yang sesuai dengan sifat bumi, yang membedakannya dengan malaikat, namun tetap dibekali akal dan hati sebagai alat menerima ilmu dan hikmah. Selain itu, manusia diberikan pedoman bagaimana seharusnya memimpin. Demi kemudahan khilafah itu juga, Allah menundukan apa yang ada di langit dan di bumi untuk manusia.
Sebagaimana ungkapan tafsir-tafsir di atas, ditempatkannya manusia di bumi sebagai wilayah amanahnya, manusia diperintahkan memakmurkan bumi dengan baik. Apa yang ada di bumi bukan hanya manusia, namun terdapat makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, dan benda yang termasuk bagian alam lainnya.
Hal ini bisa dibuat permisalan seorang yang diberikan tugas untuk mengepalai suatu kelompok. Posisi tinggi yang dimilikinya diperuntukkan mengayomi seluruh anggota kelompok. Begitupun halnya dengan bumi. Seharusnya kemaslahatan pengaturan harus melihat kemasalahatan makhluk lain juga, bukan hanya manusia. Apalagi hanya segolongan manusia, dalam konteks ini adalah pemodal.
Corak kapitalisme ialah mengeruk laba sebanyak mungkin dan menekan seminim mungkin jumlah kerugian bagi. Fokusnya bagaimana kekayaan hanya beredar di antara mereka. Namun minim tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan pada alam. Padahal, dalam QS. Al-Hasyr ayat 7, Allah memerintahkan agar kekayaan dibagikan pada semua golongan. Allah melarang kekayaan hanya beredar pada orang kaya sebagaimana corak kapitalime.
مَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنْ أَهْلِ ٱلْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ كَىْ لَا يَكُونَ دُولَةًۢ بَيْنَ ٱلْأَغْنِيَآءِ مِنكُمْ ۚ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
“Apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
Alhasil dari artikel ini diketahui hubungan antara konsep khalifah dengan krisis lingkungan akibat antroposentrisme kapitalisme. Antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat telah lama mengesampingkan kepentingan alam, sementara kapitalisme mendorong eksploitasi alam demi keuntungan. Melalui kajian ini, makna sesungguhnya dari khalifah diungkapkan sebagai tanggung jawab manusia untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian bumi.
Implikasinya, konsep khalifah ini dapat diintegrasikan dalam kebijakan dan praktik yang lebih ramah lingkungan. Ke depan, penelitian lanjutan dapat mengeksplorasi penerapan prinsip-prinsip Islam dalam mengatasi krisis lingkungan, dengan harapan meningkatkan kesadaran lingkungan di masyarakat.
Daftar Pustaka
Al-Bahits al-Qur’an, “Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir”, diakses tanggal 30 Januari 2024, https://tafsir.app/ibn-aashoor/2/30
Al-Bahits al-Qur’an, “Tafsir Ruh al-Ma’ani”, diakses tanggal 30 Januari 2024, https://tafsir.app/alaloosi/2/30
Al-Bahits al-Qur’an, “Tafsir al-Qur’an al-Adzim”, diakses tanggal 30 Januari 2024, https://tafsir.app/ibn-katheer/2/30
Syafitri, Juliani dan Siti Mariam Ulfah, Ekosentrisme sebagai Rekonsiliasi atas Eksploitasi Perempuan dan Alam oleh Antroposentrisme Kapitalis: Tinjauan Tafsir al-Tahrir wa al Tanwir, Al-‘Allāmah, Vol. 1 No. 1 2024.
“Apa yang Kami Lakukan”, OXFAM, diakses tanggal 5 Agustus 2024, https://indonesia.oxfam.org/apa-yang-kami-lakukan/keadilan-ekonomi
“Climate and Energy Practice”, WWF, diakses tanggal 5 Agustus 2024, https://wwf.panda.org/discover/our_focus/climate_and_energy_practice/climate_impacts/?gad_source=1&gclid=Cj0KCQjwtsy1BhD7ARIsAHOi4xbAKC_Srw6nwj-FeBZgf0ZcQKIU6L4LSyH16Vg3WoUn_bAiV6vTCKMaAmiKEALw_wcB
“Facts About Climate Emergency”, UNEP, diakses tanggal 5 Agustus 2024, https://www.unep.org/facts-about-climate-emergency?gad_source=1&gclid=Cj0KCQjwtsy1BhD7ARIsAHOi4xZNIWLkenhZXQHhBWXitc4nzudvLQO5qXe1Gu-jtnH7Ky6xyKq0g18aAqeLEALw_wcB
“10 Ways You Can Help Fight Climate Crisis”, UNEP, 4 Mei 2022, diakses tanggal 5 Agustus 2024, https://www.unep.org/news-and-stories/story/10-ways-you-can-help-fight-climate-crisis