Potret Riset Scholar terhadap Tafsir Jawa: Atmosfer Dialektika Kajian Al-Iklîl Fî Ma’ânî at-Tanzîl dalam Satu Dekade

Empat dekade sejak kemunculan tafsir al-Iklîl fî Ma’âni al-Tanzîl (selanjutnya al-Iklîl)-ditulis tahun 1977 sampai 1985-(Gusmian, 2023: 220) dalam ruang kontestasi tafsir nusantara cum pesantren, banyak mencuri atensi dari berbagai pihak, mulai dari santri hingga akademisi. Pun respon yang bermunculan menjadi bervariasi, ada yang menjadikan materi untuk mengaji hingga objek yang diteliti. Magnum opus Misbah Mustofa, atau yang lebih dikenal dengan nama K.H. Misbah Ibn Zainul Mustofa, ini masyhur dengan kekhasan nuansa kedaerahannya, seperti penggunaan bahasa Jawa serta aksara Jawa-Pegon.

Melalui bantuan mesin pencarian tulisan ilmiah, Harzing Publish or Perish, tulisan ini mencoba untuk membuat sebuah pemetaan terhadap penelitian para akademisi yang terfokus pada al-Iklîl selama kurang lebih satu dekade (2014-2024). Rentang tahun ini dipilih sebab pendiskusian al-Iklîl dalam ranah tulisan yang diterbitkan di berbagai jurnal maupun repository beberapa universitas mulai menampakkan geliatnya.

Bacaan Lainnya

Dari sekitar 60 penelitian yang berhasil penulis akses dan kumpulkan, setidaknya penulis mendapati enam ragam potret penelitian para scholar dalam mengkaji al-Iklîl yang mewarnai atmosfer diskusi selama satu dekade ini. Mulai dari potret sosial-budaya, epistemologi, Vernakularisasi, Tasawuf, Gender, hingga potret Tematik.

Potret Sosial-Budaya

Penelitian yang termasuk dalam potret ini, terklasifikasikan menjadi tiga tipe. Tipe pertama adalah pertautan antara tafsir dengan kultur pesantren. Sebagaimana penelitian yang ditulis oleh Nur Rohman (2015) sebagai tugas akhir Strata-2 nya di UIN Sunan Kalijaga, dengan judul “Dialektika Tafsir Al-Qur’an dan Tradisi Pesantren dalam Tafsir al-Iklil fi Ma’ani al-Tanzil”. (Rohman, 2015: 1)

Disusul kemudian Islah Gusmian (2016), seorang dosen juga pakar tafsir nusantara UIN Raden Mas Said Surakarta, mendiskusikan terkait pemikir dan penulis teks keagamaan dari Pesantren yang dalam hal ini objek penelitiannya adalah Misbah Mustofa serta pemikirannya yang tertuang dalam tafsirnya (Gusmian, 2016: 115). Terakhir, penelitian yang dilakukan oleh Nur Rohman (2019), yang menggali tentang enkulturasi budaya pesantren dalam tafsir al-Iklîl (Rohman, 2019: 59).

Tipe selanjutnya adalah tulisan yang mendiskusikan terkait tafsir sebagai kritik ataupun respon atas realita sosial dan budaya. Dibanding dengan tipe pertama, penelitian yang tergolong dalam tipe ini kuantitasnya lebih banyak. Dengan diawali oleh Islah Gusmian (2018) dalam artikelnya yang membahas tentang konsep keluarga berencana dalam tafsir al-Iklîl.

Gusmian mendapati kritik yang dilontarkan Misbah Mustofa terhadap kebijakan pemerintah yang menggaungkan program Keluarga Berencana (KB) dalam menafsirkan QS. Al-An’âm ayat 151. Pada tahun 2023, dengan analisis yang lebih komprehensif, Gusmian kembali mendiskusikan kritik Misbah Mustofa terhadap kondisi sosial, politik dan juga problem keagamaan yang terjadi di Indonesia dalam tafsirnya (Gusmian, 2018: 84).

Akademisi lainnya lebih menekankan penelitian terhadap respon serta kritik Misbah Mustofa terhadap tradisi maupun praktik keagamaan umat Islam terutama di Jawa. Seperti Habibullah Muhammad Arrizqi yang menyoroti beberapa kritik Misbah Mustofa dalam tradisi keagamaan Jawa seperti tumpeng, sesajen, haul, tawasul, dan juga ziarah kubur.

Tipe terakhir adalah tulisan yang mendiskusikan terkait adanya dialektika Al-Qur’an dengan budaya Jawa, mengingat bahwa Misbah Mustofa adalah seseorang yang hidup dalam kultur masyarakat Jawa sejak lahir hingga usia senjanya. Di antara akademisi yang meramu tulisan dalam tipe ini adalah Supriyanto (2017) yang menuliskan tentang “Al-Qur’an dalam Ruang Keagamaan Islam Jawa: Respons Pemikiran Keagamaan Misbah Mustafa dalam Tafsir al-Iklil fi Ma’ani al-Tanzil” (Supriyanto, 2017: 29). Disusul kemudian, Aunillah Reza (2019) menulis tentang “Unsur Ideologi Puritan dalam Kitab Tafsir Jawa Pesisir” (Pratama, 2019: 214).

Potret Epistemologi

Dalam potret ini, setidaknya terdapat tiga fokus yang dibedah oleh para peneliti yakni sumber yang digunakan oleh Misbah Mustofa dalam menafsirkan Al-Qur’an, metodologi, karakteristik serta corak dari tafsir al-Iklîl. Diantara yang mendiskusikan tentang sumber rujukan tafsir al-Iklil adalah Muhammad Sholeh (2015), yang mencoba untuk menganalisis hadis-hadis yang terdapat dalam beberapa surat pendek mulai dari ad-Dluha sampai an-Nâs (Sholeh, 2015: 15).

Selanjutnya ada Faila Sufatun (2019) yang menggunakan studi interteks untuk menggali keterkaitan al-Iklîl dengan empat kitab tafsir klasik yang sering dikutip oleh Misbah Mustofa, yakni Tafsir Jalalayn, Mafatîh al-Ghaîb, Tafsîr al-Qurtubî, dan Tafsir Baidhawi (Nisak, 2019: 150). Penelitian tentang intertekstualitas tafsir al-Iklîl juga dilakukan oleh Nur Hadi, dkk., (2021), namun dengan menambahkan eksplorasi atas aspek ortodoksi tafsir.

Untuk penelitian dari segi metodologi tafsir al-Iklîl dilakukan oleh Muhammad Aula Rahmad Shuhada (2019). Kemudian Anggi Maulana, dkk. (2021), mewarnai penelitian tafsir al-Iklîl dengan memotret kekhasan serta karakteristik pemikiran Misbah Mustofa. Terakhir, Subaidi, dkk. (2022), melakukan analisis terhadap variasi corak tafsir al-Iklîl.

Potret Vernakularisasi

Meminjam definisinya Anthony H. Jons, ‘vernakularisasi’ merupakan pengalihbahasaan sebuah produk yang awalnya menggunakan bahasa Arab dengan menggunakan aksara dan bahasa lokal sesuai di mana teks atau produk tersebut dilahirkan (Jhons, 2005: 121). Istilah ini menjadi suatu keniscayaan yang dimiliki oleh tafsir-tafsir berbahasa lokal seperti tafsir al-Iklîl.

Akademisi yang membahas secara mendalam aspek vernakularisasi dalam tafsir al-Iklîl di antaranya adalah Ahmad Baidowi, salah seorang guru besar bidang tafsir di UIN Sunan Kalijaga. Dalam tulisannya di sebuah artikel, Baidowi (2015) menguraikan beragam aspek lokalitas yang ditemukannya dalam tafsir al-Iklîl, yakni lokalitas dalam penampilan, lokalitas dalam komunikasi dan lokalitas dalam penafsiran (Baidowi, 2015: 60). Disusul oleh Abd. Majib Abror yang juga menuliskan tema serupa namun dengan menambahkan eksplorasi terkait aspek lokalitas dalam tafsir al-Iklîl.

Potret Tasawuf

Sejauh penelusuran penulis, hanya mendapati satu artikel yang memotret nuansa tasawuf atau sufistik dalam tafsir al-Iklil. Ditulis oleh Iskandar (2015) dengan judul “Penafsiran Sufistik Surat Al-Fatihah Dalam Tafsir Tāj Al-Muslimîn Dan Tafsir Al- Iklîl Karya Kh Misbah Musthofa”. Namun penelitian ini hanya terfokus pada satu surat saja dengan mengkombinasikan pemikiran Misbah Mustofa dalam dua karya tafsirnya (Iskandar, 2015: 189).

Potret Gender
Potret ini termasuk salah satu yang cukup diminati oleh para akademisi. Mengingat, sejak awal abad ke-21 isu tentang gender dan Al-Qur’an atau tafsir sangat hangat diperbincangkan di Indonesia. Dalam potret ini, penelitian yang relevan terklasifikasikan menjadi tiga kategori, yakni hak perempuan, peran perempuan dan kedudukan perempuan.

Diantara akademisi yang tulisannya menjadi representasi kategori pertama adalah Aunillah Reza Pratama (2016). Dengan menganalisis topik yang berkaitan dengan hak-hak wanita perspektif tafsir Jawa (al-Iklîl). Dilanjut Ahmad Mun’im (2017) yang mendiskusikan hak perempuan dalam perkawinan menurut Misbah Mustofa dan meng-komparasikannya dengan pemikiran Husein Muhammad.

Terkait penelitian yang terfokus pada peran perempuan, pada tahun 2019, Ainaul Mardhiyah dan Ahmad Zainuddin melakukan studi komparatif tentang peran sosial wanita dalam perspektif Misbah Mustofa dan Quraish Shihab. Lalu pada tahun 2022, Dara Rizqi Nuansa Fitri menilik adanya pergeseran paradigma aktualisasi diri perempuan dalam tafsir al-Ibrîz dan al-Iklîl. Dan pada tahun 2024, Nur Aliza Mabruroh menulis tentang peran perempuan menurut Misbah Mustofa.

Terakhir, penelitian yang mengawali pembahasan terkait kedudukan perempuan dilakukan oleh Ahmad Zainal Abidin, dkk., pada tahun 2019 yang menggali pemikiran Misbah Mustofa dalam beberapa tema gender seperti asal-usul penciptaan manusia, poligami, dan kepemimpinan laki-laki ataupun perempuan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Siswoyo Aris Munandar dan Idah Farida pada tahun 2023. Untuk penelitian-penelitian setelahnya lebih memfokuskan pada satu isu gender, seperti M Hasyim Anta Maulana yang membahas tentang keadilan poligami menurut Misbah Mustofa dan Ira Nazhifatul Qolbah, dkk., yang mendiskusikan tentang persoalan kepemimpinan laki-laki dan perempuan menurut Misbah Mustofa.

Potret Tematik

Potret terakhir ini paling diminati oleh para akademisi. Penelitian-penelitian yang terhimpun dalam kategori ini terklasifikasikan menjadi tiga ragam, tematik konsep, tematik kata dan tematik surat. Ragam pertama memiliki kuantitas tulisan paling banyak, sedangkan dua ragam terakhir jarang diminati, sehingga masing-masing penulis hanya menemukan satu tulisan.

Potret tematik konsep dalam penelitian tafsir al-Iklil berangkat dari dua hal. Pertama berangkat dari konsep yang terdapat di dalam penafsiran Misbah Mustofa untuk kemudian diaplikasikan dalam realita sosial, dan kedua berangkat dari realita sosial yang dicarikan konsepnya dalam tafsir al-Iklil, dengan menggali penafsiran Misbah Mustofa yang relevan.

Tematik konsep yang pertama sebagaimana terlihat pada beberapa penelitian berikut. “Penafsiran misbah mustofa terhadap ayat tentang bid’ah dalam tafsir al-iklil fi ma’ani al-tanzil: surat al-a’raf ayat 55-56 dan surat at-taubah ayat 31“ yang ditulis oleh Maya Kusnia pada tahun 2018. “Penafsiran Ayat-Ayat Ikhlas Menurut KH. Bisri Mustofa dalam Kitab Tafsir al-Ibriz li Ma’rifati Tafsir Al-Qur’an al-‘Aziz dan KH. Misbah Mustofa dalam Kitab Tafsir al-Iklil fi Ma’ani at-Tanzil” yang ditulis oleh Sefita Luqmana Yusroh pada tahun 2022.

Sedangkan, untuk tematik konsep yang kedua terlihat pada penelitian berikut. “Konsep Keluarga Bahagia dalam Al-Qur’an dan Kontekstualisasinya Perspektif Misbah Mustofa dan Quraish Shihab” yang ditulis oleh Nailun Nuril Firdausirrochim pada tahun 2018. “Wasathiyyah Perspektif Misbah Mustofa (Studi Tafsir Al-Iklîl Fî Ma‘ânî At-Tanzîl)” yang ditulis oleh Fahma Maulida dan Amalia Anindita pada tahun 2020.

Untuk penelitian yang menjadi representasi dari ragam tematik kata adalah tulisan M. Baihaqi Asadillah, yang berjudul, “Pemaknaan Kata Wail Dalam Kitab Tafsir al-Iklîl fî Ma’ânî at-Tanzîl Karya KH. Misbah Bin Zainil Musthofa”. Dan ragam tematik terakhir yakni tematik surat direpresentasikan oleh Azza Najmia dalam penelitiannya yang berjudul, “Penafsiran Surah Al-Insyirah Menurut Sayyid Qutb Dan Misbah Mustafa”

Catatan Penulis
Ragam potret yang diambil oleh para peneliti tafsir al-Iklîl terbilang sangat bervariasi. Menandakan bahwa al-Iklîl merupakan produk tafsir yang unik untuk diteliti. Semarak akademisi dalam mengkaji produk tafsir nusantara ini tidak kalah dengan pengkajian tafsir-tafsir karya ulama timur tengah.
Dengan jumlah volume tafsir al-Iklîl yang terbilang cukup banyak, yakni 30 juz, tentunya masih banyak aspek yang bisa digali dari tafsir ini. Juga dalam berbagai literatur disebutkan bahwa Misbah Mustofa merupakan seorang ulama yang ahli dalam bidang gramatika Arab, fikih, hadis dan juga tasawuf (Islah: 219, 2023). Namun sejauh penelusuran penulis, belum menemukan tulisan yang terfokus pada potret tersebut.

Sebagai harapan, semoga tulisan ini bisa memberi kontribusi juga inspirasi kepada para akademisi untuk memotret mahakarya Misbah Mustofa tersebut dari beberapa angle yang masih rumpang.

Literatur Pustaka
Baidowi, Ahmad. “Aspek Lokalitas Tafsir Al-Iklîl fî Ma’ânî at-Tanzîl Karya KH. Misbah Mustofa” dalam Nun, Vol. 1, No. 1, 2015.
Gusmian, Islah dan Mustaffa Abdullah. “Criticism of Social, Political, and Religious Problems in Indonesia: A Study on Al-Iklîl fî Ma’ânî at-Tanzîl by Misbah Bin Zainil Mustafa (1917-1994)” dalam Journal of Al-Tamaddun, Vol. 18, No. 1, 2023.
_____________. “Al-Iklîl fî Ma’ânî at-Tanzîl and Family Planning in Indonesia”, dalam ASSEHR, Vol. 137, 2018.
_____________. “K.H. Mibah Ibn Zainul Musthafa (1916-1994): Pemikir dan Penulis Teks Keagamaan dari Pesantren” dalam Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016.
Hadi, Nur dkk.. “Intertext and Orthodoxy Tafsir Al-Iklil Fî Ma’ani Al- Tanzil by Kh. Miṣbaḥ Bin Zainil Muṣṭafa” dalam Archaeological and Anthropological Sciences, Vol. 3, 2021.
Iskandar. “Penafsiran Sufistik Surat Al-Fatihah Dalam Tafsir Tāj Al-Muslimîn Dan Tafsir Aliklîl Karya Kh Misbah Musthofa” dalam FENOMENA, Vol. 7, No. 15, 2015.
Jhons, Anthony H. “The Qur’an in the Malay World: Reflection on ‘Abd Rauf of Singkel.” Journal of Islamic Studies, Vol. 9, No.2, 1998.
Nisak, Faila Sufatun. “Penafsiran QS. Al-Fatihah K.H Mishbah Mustafa : Studi Intertekstualitas Dalam Kitab Al-Iklil Fi Ma’ani At-Tanzil” dalam AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 3, No. 2, 2019.
Pratama, Aunillah Reza. “Ideologi Puritan dalam Tafsir Jawa Pesisir: Kajian Terhadap Penafsiran Misbah Mustofa”, dalam Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith, Vol. 9, No. 2, 2019.
Rohman, Nur. “Enkulturasi Budaya Pesantren Dalam Kitab Al-Iklīl Fi Ma’ānī At-Tanzīl Karya Mishbah Musthofa” dalam Suhuf , Vol. 12, No. 1, 2019.
____________. Dialektika Tafsir Al-Qur’an dan Tradisi Pesantren dalam Al-Iklîl fî Ma’ânî at-Tanzîl. Tesis. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2015.
Sholeh, Muhammad. Studi Analisis Hadis-Hadis Tafsir Al-Iklil Karya K.H Misbah Zain Bin Mustafa ( Surat Ad-Dhuha Sampai Surat An-Nas). Skripsi. 2015.
Supriyanto, “Al-Qur’an dalam Ruang Keagamaan Islam Jawa: Respons Pemikiran Keagamaan Misbah Mustofa dalam Tafsir Al-Iklîl fî Ma’ânî at-Tanzîl” dalam Jurnal THEOLOGIA, Vol. 28, No. 1, 2017.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *