Hari ini, tanggal 13 Dzulhijah 1442 H, sebagian jama’ah haji sedang melaksanakan ibadah di Mina dan sebagian lagi berada di kota Makkah. Mereka yang masih tinggal di Mina, karena melaksanakan Nafar Tsani dan akan meninggalkan Mina setelah zuhur nanti usai melontar Jumrah atau Ramyul Jimar, baik Ula, Wustha, maupun ‘Aqabah.
Setelah itu, mereka akan menuju Makkah untuk melaksanakan Tawaf Ifadhah sebagai salah satu rukun haji. Mereka yang mengambil Nafar Awal sudah lebih dahulu meninggalkan Mina dan ke Makkah untuk melengkapi ibadah hajinya.
Mina, kota yang punya banyak keutamaan. Antara lain, sebagai Masy’aril Haram; tempat Allah SWT menurunkan domba besar (Jarir) yang pernah dijadikan kurban oleh Habil sebagai pengganti Nabi Ismail as yang siap dikurbankan oleh Nabi Ibrahim as (QS. Ash-Shaffat/37: 107).
Selain itu, Mina juga adalah tempat diturunkannya surat An-Nashr ketika pelaksanaan Haji Wada’. Demikian juga surat Al-Mursalat ketika Rasulullah SAW berada di dalam gua Masjid Al-Khaif. Mina juga merupakan masy’ar paling lama ditempati jama’ah haji.
Di Mina, ada dua masjid yaitu Masjid Al-Khaif dan Masjid Al-Bay’ah. Sahabat Ibnu Abbas ra meriwayatkan hadis bahwa sebanyak 70 nabi pernah salat di Masjid Al-Khaif. Di antaranya adalah Nabi Musa as.
Ketika menunaikan ibadah haji dalam haji wada’, Rasulullah SAW pun pernah salat di masjid itu. Sedang Masjid Al-Bay’ah karena perluasan jalan di kota Mina, dibongkar.
Allah SWT menurunkan syari’at yang amat baik, luwes dan sesuai dengan kebutuhan manusia. Antara lain terlihat dari aturan dalam QS. Al-Baqarah/2: 203, “Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan siapa yang mengakhirkannya tidak ada dosa (pula) baginya, (yakni) bagi orang yang bertaqwa…”.
Anda bisa bayangkan, di musim non-pandemi, bila tidak diatur seperti itu, dua-tiga juta orang akan memenuhi jalan dari Mina ke Makkah. Sungguh amat crowded dan cukup masyaqqah.
Allah SWT Maha Mengetahui semua itu, padahal ayat tersebut turun jauh sebelum kondisi jamaah haji seperti kini. Suatu aturan yang amat futuristik dan luwes.
Nanti sore dan seterusnya sebagian besar jamaah haji sudah akan tiba di kota Makkah. Sebelah barat Saudi Arabia, arah timur Jeddah. Makkah adalah kota berketinggian 300 meter di atas permukaan laut, 73 kilometer dari Jeddah, 87 kilometer dari Thaif, 450 kilometer dari Madinah, serta 990 kilometer dari Riyadh, ibukota Saudi Arabia.
Kota Makkah, menurut Imam Nawawi, punya nama yang berbilang. Antara lain Makkah (QS. Al-Fath/48: 24). Disebut juga dengan Bakkah (QS. Ali Imran/3: 96). Ummul Qura (QS. Al-An’am/6: 92 dan QS. Asy-Syura/42: 7). Al-Balad (QS. Al-Balad/90: 1-2). Al-Baldah (QS. An-Naml/27: 91). Al-Balad Al-Amin (QS. At-Tin/95: 3). Haraman Aminan (QS. Al-Qashash/28: 85). Juga Al-Qaryah (QS. An-Nahl/16: 112 dan QS. Muhammad/47: 13).
Banyaknya nama yang melekat pada sesuatu mengindikasikan kemuliaan sesuatu itu, menurut ulama. Demikian juga dengan kota Mekah. Di antara yang menyebabkan kota ini dimuliakan karena adanya Ka’bah dan tempat dilahirkannya Rasulullah SAW di sana. Menurut kitab Akhbâr Makkah, Ka’bah sudah dibangun dan terdapat di Mekah dua ribu tahun sebelum diturunkan nya Nabi Adam as.
Belum lagi, bila kita salat di Masjidil Haram, kata Rasulullah SAW berpahala lebih besar dari seratus ribu kali salat di tempat lain. Doa yang dilantunkan di dekat Ka’bah seperti Multazam adalah mustajab. Satu kali kita melangkah tawaf nilainya sama dengan memerdekakan seorang hamba sahaya. Doa Rabbanâ âtinâ fid dunyâ hasanah wa fil âkhirati hasanah wa qinâ adzâban nâr ketika tawaf antara rukun Yamani dan rukun Hajar Aswad diaminkan ribuan malaikat. Pasti diterima (maqbûl).
Pendeknya, sungguh besar balasan dan karunia Allah swt bagi mereka yang berkunjung ke sana. Kalau begitu, bertekadlah agar bisa ke sana lagi, baik dalam rangka haji ataupun umrah. Selamat dan sukses untuk Anda dan kita semua. Allah SWT bersama kita.[]
Editor: AMN
