Data mereka yang terpapar pandemi Covid-19 per 24 Juni 2021 menunjukkan lonjakan tertinggi sepanjang setahun lebih wabah itu berlangsung di Indonesia (Republika, 24 Juni 2021).
Sebanyak 20.574 orang dinyatakan positif baru sehingga jumlah keseluruhan mereka yang sakit akibat Covid-19 di Indonesia berjumlah 2.053.995 orang. Meski begitu, harus disyukuri lebih dari dua pertiga dari jumlah itu dinyatakan sembuh.
Membaca data itu, hati siapa yang tidak ciut. Karenanya, kewaspadaan dan peningkatan ketahanan kesehatan diri kita secara individual maupun kolegial menjadi taruhannya.
Menjaga dan meningkatkan imunitas serta daya tahan tubuh menjadi hal yang niscaya mesti kita lakukan. Dalam tulisan sebelumnya, membangun imunitas fisikal dan spiritual adalah pilihan strategis.
Dalam sejarah kemanusiaan, ada seorang yang memiliki daya tahan tubuh dan imunitas prima sehingga praktis dapat dikatakan tidak pernah sakit dalam sepanjang hidupnya. Beliau adalah Rasulullah SAW, baik di kala endemi wabah Tha’un maupun dalam kondisi normal (‘aziimah).
Kondisi itu menarik untuk kita telaah. Mengapa Rasulullah SAW dalam suasana keterbatasan sumber daya masih tetap bisa survive meskipun wabah Tha’un sedang menghadang.
Ada yang menonjol dan merupakan spesifikasi Rasulullah SAW yaitu karena sikapnya yang disiplin dan konsisten. Didukung oleh gaya hidup life style yang cemerlang menjadikan beliau seorang yang excellent.
Pertama, disiplin dalam hal makan dan minum. Beliau adalah seorang yang sangat konkordan terhadap isi kitab suci al-Qur’an. Dalam hal makan dan minum, Rasulullah SAW sangat mengedepankan syarat halal dan thayyib.
Halal terkait dengan aspek hukum makanan dan minuman itu. Meliputi zat dan cara memperolehnya. Sedangkan thayyib menyangkut isi dan nilai gizi makanan itu. Semua lompatan sejarah kemanusiaan yang luar biasa.
Di tengah manusia senang dan tidak peduli dengan kualitas makanan dan minuman dari dua aspek itu. Islam melalui Rasulullah SAW memelopori gerakan bersih dan suci dalam hal konsumsi harian.
Dalam konteks ini, ada dua hal yang selalu terkait dengan beliau yaitu madu dan air. Minum madu untuk membersihkan air lir dan pencernaan. Sedangkan air untuk memperbagus sistem metabolisme tubuh.
Dalam hadits riwayat Ibnu Majah dan Hakim berpesan agar kita umatnya selalu menggunakan dua macam obat yaitu madu (al-‘asl) dan al-Qur’an. Madu untuk menyehatkan tubuh, sedang al-Qur’an untuk menyehatkan ruh kita.
Selain itu, Rasulullah SAW lah orang yang tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Dengan cara ini, perut itu akan terisi tiga unsur. Sepertiga berisi makanan, sepertiga kedua berisi minuman, dan sepertiga ketiga untuk keperluan pernapasan (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Hal lain yang menarik dari Rasulullah SAW adalah cara makan yang tenang (thuma’ninah), tidak tergesa-gesa. Cara ini amat efektif dalam menjaga agar tidak tersedak, tergigit dan lainnya. yang dalam banyak praktek, telah berakibat fatal berupa kematian. Selain itu, cara makan ini dapat membantu dan meringankan organ tubuh seperti perut besar dalam melangsungkan proses pencernaan. Itu sebabnya, Rasulullah saw praktis tidak pernah sakit maag.
Kedua, dalam hal gaya hidup. Rasulullah SAW terkenal punya life style yang sangat elegan. Beliau, SAW adalah orang yang cepat tidur dan cepat bangun. Beliau tidur pada awal malam, setelah salat Isya dan bangun di paruh kedua malam untuk taqarrub ila Laah, mendekat pada Allah SWT. Biasanya beliau bangun lalu bersiwak atau bersugi, berwudhu dan salat yang panjang bacaannya dan lama ruku’ sujudnya.
Saya pernah bertemu orang di Paris tahun 2007 dulu. Umurnya sudah delapan puluh tahunan, tetapi nampak masih freshdan fit. Waktu saya tanya, apa preskripsinya umur segitu masih tetap segar dan sehat. Ternyata jawabannya, menarik. Kata dia, saya adalah orang yang selalu early to bed, early to wake up.
Dr. Daniel F. Kripke dari UCLA (University of California Los Angeles) adalah ilmuwan yang melakukan riset terhadap mereka yang berumur antara 30-120 tahun selama enam tahun. Ternyata kesimpulan penelitiannya menarik. Mereka yang tidur di atas delapan jam sehari lebih cepat risiko kematiannya, dibandingkan dengan mereka yang tidur antara 5-6 jam sehari. Jadi, tidur Rasulullah saw adalah tidur sehat dan ideal.
Ada juga tradisi Rasulullah SAW yang juga berkontribusi terhadap ketegaran dan kekebalan tubuh beliau yaitu tidur sejenak (qaylulah) sebelum zhuhur. Dalam hadits riwayat Ibnu Khuzaimah, Rasulullah SAW mengatakan bahwa tidur qaylulah itu untuk salat malam, seperti berkahnya makan sahur untuk berpuasa siang harinya. Lalu, bagaimana kita bisa bertahan hidup di tengah pandemi. Salah satu ikhtiarnya adalah meniru teladani gaya hidup Rasulullah SAW. QS. al-Hasyr/59: 7 memastikan bahwa mengikuti Rasulullah SAW adalah perintah Allah SAW yang bernilai ibadah. Mari kita meniru Rasulullah SAW, kita pasti selamat. Selamat dan berkah untuk Anda dan kita semua.[]
Editor: AMN