Lebaran Memanusiakan Manusia

Memahami Masyarakat

Banyak definisi tentang apa itu masyarakat, tetapi ada satu yang sama dalam hampir semua definisi, yaitu “hidup bersama” antara banyak individu yang terikat dalam sebuah hubungan (Stark, 1987: 32). Konsekuensi hidup bersama adalah ada interaksi dan ada saling berbagi antar individu (Handoyo dkk, 2015: 1-3). Interaksi bisa dalam bentuk saling memberi dan menerima. Saling berbagi bisa dalam bentuk perasaan bersama karena menghadapi ancaman bersama atau mencapai harapan bersama.

Bacaan Lainnya

Manusia tercipta bukan sebagai makhluk individu, tetapi makhluk bersama. Bukan hanya bawaannya seperti itu tetapi itu terjadi karena dua hal. Pertama, manusia memiliki cita-cita besar yang biasanya tidak akan tercapai tanpa kehadiran orang lain. Kedua, manusia cenderung kepada keabadian yang tidak mungkin terwujud dalam individu, tetapi mungkin terwujud di dalam masyarakat karena masa hidup masyarakat jauh lebih panjang dari pada individu.

Adam adalah Makhluk Sosial

Memang pertama kali diciptakan, Adam tercipta sendiri di dalam surga, tetapi kemudian tidak betah dengan kesendirian hingga diciptakanlah Hawa. Lagipula, Allah SWT sedari awal merencanakan fungsi Adam, bukan di surga, tetapi di bumi sebagai khalifah, dan itu berarti tidak untuk hidup sendiri, namun bersama manusia lain. Wa idz qâla rabbuka lil-malâ‘ikati innî jâilun fil-ardhi khalîfah(tan). (QS. al-Baqarah/2: 30). Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”

Karena Adam tercipta untuk di bumi, maka agama diturunkan adalah untuk memfasilitasi manusia di bumi demi menggapai cita-cita besarnya dan juga demi mewujudkan hasrat terdalamnya untuk menjadi abadi. Fa waswasa ilaihisy-syaithânu qâla yâ âdamu hal adulluka alâ syajaratil-khuldi wa mulkil lâ yablâ (QS. Thaha/20: 120. Artinya: Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya. Ia berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”

Masyarakat Indonesia

Masyarakat Indonesia, secara khusus, lebih cenderung kepada kehidupan bermasyarakat dari pada individual atau lebih kepada saling ketergantungan satu sama lain dari pada kebebasan dari yang lain. Karena itu, hubungan antar individu dilakukan dalam aturan yang agak ketat demi menjaga harmoni dan penghormatan terhadap person. Misalnya, ada penghormatan kepada hirarki seperti penghormatan kepada yang lebih tua, berstatus sosial lebih tinggi, berpendidikan lebih baik, dan seterusnya. Semua itu ditunjukkan baik lewat cara bertutur maupun cara bertindak (Abalahin, 2023).

Kecenderungan kepada kehidupan bermasyarakat bagi masyarakat Indonesia seperti di atas dibingkai dalam dua kata kunci: religiusitas dan gotong royong (Latif, 2011: 3), karena keduanya adalah etos awal pertanian masyarakat Nusantara yang menjadi cikal bakal masyarakat Indonesia saat ini. Karena itu, adat istiadat yang mengatur tentang bagaimana relasi yang baik antarsesama manusia sangat diwarnai oleh pemahaman keagamaan hingga pada tingkat tertentu sulit dibedakan mana yang merupakan aturan kesopanan adat dan mana yang aturan kesopanan agama.

Jika harus ada kata kunci untuk masyarakat Indonesia, maka gotong royong adalah kata yang paling pas. Kenyataan bahwa meski masyarakat Indonesia sangat beragam dari segi etnis, bahasa, tradisi, hingga agama namun telah mencapai berbagai tonggak-tonggak besar dalam sejarah hanya bisa digambarkan dengan satu kata, yaitu gotong royong. Dengan gotong royong, keputusan apapun yang hendak dibuat, selalu ada pertimbangan bahwa semua ini tercapai karena kerjasama berbagai pihak yang berbeda-beda di masa lalu. Konsekuensinya, keputusan apapun yang hendak dibuat untuk masa depan harus dalam kerangka menghargai peran berbagai pihak yang berbeda itu karena yang paling penting adalah Indonesia itu sendiri.

Lebaran dan Peradaban

Lebaran adalah miniatur namun kolosal yang merepresentasikan religiusitas dan gotong royong yang menggambarkan apa itu Indonesia yang sesungguhnya. Disebut miniatur karena hanya terjadi sekali dalam setahun dan hanya melibatkan beberapa hari, tetapi juga kolosal karena melibatkan lebih dari separuh masyarakat Indonesia yang jumlahnya ratusan juta.

Sebelum lebaran, umat Islam telah melakukan fithr atau ifthaar kecil-kecilan setiap hari selama bulan Ramadhan, yaitu saban magrib datang. Fithr atau ifthaar berarti berbuka atau membuka. Di setiap hari itu, fithr atau ifthaar lebih berarti membatalkan puasa. Namun, saat Idul Fitri yang berarti Hari Raya Berbuka, yang terjadi tidak sekadar membatalkan puasa, tetapi berbuka selebar-lebarnya yang bukan hanya mulut yang terbuka, tetapi juga hati. Karena itulah dinamai Lebaran.

Terbukanya hati adalah prasyarat “hidup bersama” dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana telah disebutkan di awal. Pada makna yang terkecil, hati terbuka berarti kesediaan meminta dan memberi maaf. Namun, pada makna yang lebih besar adalah kesediaan “hidup bersama” dengan segala perbedaan seruncing apapun untuk saling memberi kelebihan dan menerima kekurangan, serta kesadaran akan ancaman bersama seperti kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.

Lebaran adalah momentum peradaban karena pada saat itulah agama begitu ardhi (membumi) dan manusiawi karena melibatkan orang lain dengan segala kekurangan dan kelebihannya, setelah pada bulan Ramadhan agama begitu samawi (melangit) dan individual. Semua ibadah Ramadhan adalah ibadah individual. Kecuali zakat fitrah yang sesungguhnya lebih berkaitan dengan lebaran dari pada Ramadhan.

Puncak kemanusiaan manusia bukanlah Ramadhan karena Ramadhan adalah bulan kesendirian, bulan saat manusia mengisi diri dengan energi Ilahi lewat puasa, shalat tarawih, shalat tahajjud, dan membaca Al-Qur`an agar nanti di luar Ramadhan, manusia full charged dengan energi Ilahi untuk bisa menjadi manusia seutuhnya saat tugas khalifahannya dilaksanakan dengan baik.

Ramadhan sama halnya dengan surganya Nabi Adam as., sebagaimana Adam tidak ditugaskan menjadi khalifah di surga, tetapi di bumi, maka manusia tidak ditugaskan menjadi bertakwa di bulan Ramadhan, tetapi di luarnya, pada 11 bulan lainnya. Ini adalah semacam makna lain dari ungkapan antara memeluk dan dipeluk agama oleh Yudi Latif (1999: 152-153). Bagi Yudi Latif, dipeluk agama berarti kondisi beragama yang tidak kritis hingga tidak memiliki dampak positif bagi kehidupan. Di sini, dipeluk agama berarti memandang puncak agama dalam bentuk kesendirian dan puncak kemanusiaan adalah masuk surga, bukan tertunaikannya fungsi kekhalifahan dengan baik.

Apakah Masyarakat Masih Ada?

Memang manusia adalah makhluk masyarakat dan pasti cenderung hidup bersama, tetapi bayangan tentang apa itu masyarakat telah banyak mengalami perubahan. Masyarakat pernah dipahami sebagai kehidupan bersama secara fisik dalam suatu wilayah yang juga fisik. Kini ada perkembangan tentang itu karena masyarakat tidak lagi berdasar kepada pertemuan fisik antarindividu. Apa yang disebut netizen, warganet, dunia maya, dan sebagainya adalah contoh masyarakat tanpa pertemuan fisik. Kalaupun ada, maka itu dimulai dengan pertemuan nonfisik. Sebelum era smartphone, para pemikir postmodern telah meramalkan hal itu (Angger, 2003: 103).

Kata alienasi yang berarti keterasingan barangkali tidak asing. Salah satu makna alienasi adalah relasi antar manusia direduksi hanya pada fisiknya, bukan jiwa dan emosinya. Pada masa modern, keterasingan berarti manusia dipandang hanya pada relasi kepentingan, tetapi paling tidak fisiknya masih ada sehingga masih bisa membangkitkan memori tentang apapun di balik fisik itu.

Pada masa postmodern, bahkan fisik manusia tidak lagi dipandang. Yang tersisa hanya angka karena manusia direduksi hanya sebagai benda-benda digital, tanpa fisik, apalagi jiwa dan emosi. Modernitas bertanggung jawab atas hilangnya sisi jiwa dan emosi manusia. Postmodernitas bertanggung jawab atas hilangnya manusia secara keseluruhan, baik fisik, jiwa, maupun emosinya. Agama, lewat lebaran, mengembalikan manusia pada sisi keutuhannya, lewat mudik untuk interaksi fisik, jiwa, dan emosi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *