Nama-Nama Surat Al-Fatihah dan Keistimewaannya

Al-Fatihah merupakan surat pertama dalam tartib al-tadwin atau tartib al-tilawah. Turun di Mekah setelah Surat al-Muddatsir dan terdiri dari tujuh ayat. Sebagian besar ulama berpendapat ia merupakan surat Makiyyah. Namun Mujahid menggolongkannya dalam surat Madaniyyah. Karena kesimpang-siuran ini muncul pendapat yang menyatakan ia turun dua kali secara penuh di Makkah dan Madinah. (Quraish Shihab, 2021: 7).

Menurut Abu Lais al-Samarqandi, surat ini turun tidak sekaligus satu surat penuh. Namun setengah surat turun di Mekah dan sisanya turun di Madinah (al-Suyuthi, 2008: 38). Jumhur ulama menyepakati jumlah ayat dalam Surat Al-Fatihah dengan memasukkan basmalah. Namun sebagian ulama yang mengeluarkan basmalah sebagai bagian dari al-Fatihah, membagi ayat terakhirnya dalam Mushaf Usmani menjadi dua ayat.

Bacaan Lainnya

Al-Fatihah memiliki beberapa nama yang menunjukkan keistimewaanya. Dalam Tafsir al-Munir, Wahbah al-Zuhaili menyebutkan dua belas nama untuknya (termasuk al-Fatihah itu sendiri yang berarti pembuka). Adapun sebelas nama lainnya yakni Ummu al-Qur’an, Ummu al-Kitab, al-Sholah, Alhamdu, Fatihah al-Kitab, Sab’ al-Matsani, al-Qur’an al-‘Adzim, al-Syifa, al-Ruqyah, al-Asas, al-Wafiyah, dan al-Kafiyah dan masing-masingnya memiliki maknanya yang khas. (Wahbah al-Zuhaili, 1991: 52).

Pertama, al-Fatihah disebut Ummu al-Qur’an (induk Al-Qur’an). Ia memiliki kandungan yang mencakup makna-makna Al-Qur’an secara keseluruhan. Meliputi dasar-dasar dan cabang agama, akidah, ibadah, syariat, iman terhadap hari akhir, asma’ul husna, cerita, dan sebagainya.

Semua ilmu dalam kitab-kitab terdahulu terkandung dalam Al-Qur’an. Ilmu dalam Al-Qur’an terkandung dalam mufassal (kelompok surat yang masuk dalam kategori surat pendek yang mengandung semua bahasan dalam Al-Qur’an). Adapun ilmu dalam mufassal terkandung dalam al-Fatihah. Maka orang yang memahami penafsiran al-Fatihah sama halnya memahami kitab terdahulu yaitu Zabur, Taurat, dan Injil (al-Suyuthi, 1978: 73).

Kedua, disebut Ummu al-Kitab (induk kitab). Sebagian besar ulama menyepakati hal ini dengan argumen bahwa al-Kitab yang dimaksud adalah Al-Qur’an. Namun Anas, al-Hasan, dan Ibn Sirrin menolak hal ini. Anas dan Ibn Sirrin berpendapat bahwa Ummu al-Kitab merupakan nama untuk Al-Qur’an yang berada di Lauh al-Mahfudz, bukan yang ada di dunia (merujuk pada Q.S. al-Zukhruf [43]: 4).

Adapun al-Hasan berpandangan bahwa Ummu al-Kitab adalah halal dan haram, merujuk pada Q.S. Alu Imran [3]: 7 (al-Qurthubi, 2006: 113). Abu Ubaid dalam Fadhoilul Qur’an menuturkan hadis yang diriwayatkan dari al-Hasan bahwa Nabi bersabda:

مَنْ قرأَ فاتحةَ الكتابِ فكأنَّما قرَأَ التَّوراةَ والإنجيلَ والزَّبورَ والفرقان

Barang siapa membaca surat al-Fatihah, maka seakan-akan ia telah membaca Kitab Taurat, Zabur, Injil, dan Furqon”.

Sebagai induk kitab, surat ini menjelaskan tujuan singkat pewahyuan seluruh kitab. Diantaranya pengutusan rasul untuk menyeru agar manusi bertauhid, beribadah, mendekatkan diri, dan mencintai Allah. Al-Fatihah memuat maksud ini karena ia menunjukkan pengenalan terhadap tuhan dengan tiga nama yang menjadi rujukan nama tuhan yaitu Allah, al-Rabb, dan al-Rahman (Ibn Rajab, 2001: 21).

Ketiga, al-Sholat berdasarkan hadis qudsi yang diriwayatkan sebagian besar ahli hadis seperti Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dll yang berbunyi sebagai berikut:

”قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين ولعبدي ما سأل”

“Aku membagi shalat antara Aku dengan hamba-Ku, dan hamba-ku mendapatkan sesuatu yang dia minta”.

Hadis ini berhubungan dengan keutamaan penggunaan al-Fatihah sebagai rukun yang wajib dibaca dalam semua salat. Kelanjutan hadis ini menceritakan bentuk komunikasi dua arah antara hamba dan Allah. Tiap ayat dari surat al-Fatihah yang dibaca dalam salat akan dijawab oleh Allah. Hal ini menjadi salah satu penyebab tidak dianjurkannya membaca wasal ayat-ayatnya.  Diriwayatkan bahwa para malaikat mendirikan salat sebagaimana manusia bersalat dengan membaca al-Fatihah.

Keempat, Alhamdu. Diantara kandungan dari al-Fatihah adalah pujian. Ini tampak dari ayat kedua surat ini yang diawali dengan kata alhamdu dan ayat-ayat selanjutnya yang menunjukkan pujian dan pengagungan terhadap Allah. Alhamdu merupakan pengungkapan pujian dengan lisan. Pujian ini bersumber dari rasa syukur yang berasal dari lubuk hati (al-Syaukani, 2007: 16).  Adapun pujian disini mencakup tiga hal yaitu pujian atas keilahian, ketuhanann dan rahmatnya.

Kelima, Fatihah al-Kitab (pembuka al-kitab). Ini berdasarkan hadis nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas:

فاتحة الكتاب تعدل ثلثي القرآن

Fatihah al-kitab setara dengan dua petiga Al-Qur’an”. Surat al-Fatihah menjadi pembuka dalam al-Qur’an secara lafadz (tartib al-tilawah) dan tulisan (tartib al-tadwin). Selain itu, ia juga menjadi pembuka dalam salat.

Keenam, Sab’ al-Matsani yang berarti tujuh surat yang dibaca berulang-ulang. Ada beberapa pembahasan terkait al-sab’ (tujuh). Pendapat pertama memasukannya dalam kategori sab’al-thiwal, tujuh surat panjang meliputi al-Baqarah, Alu Imran, al-Nisa’, al-Maidah, al-An’am, al-A’raf, serta al-Anfal dan al-Taubah (yang dianggap satu surat).

Pendapat kedua sab al-matsani yaitu tujuh ayat dari al-Fatihah itu sendiri. Pendapat ketiga ia adalah tujuh ayat Al-Qur’an. Pendapat terakhir tujuh itu meliputi perintah, larangan, kabar gembira, peringatan, pemberi teladan, kenikamatan, dan berita tentang umat-umat (Ibnu Arabi, 1913:160).

Adapun pembahasan tentang al-matsani; pertama ia adalah sab’ al-thiwal, karena makna dari ayat dalam sab’ al-thiwal diulang-ulang (memiliki tema pembahasan yang sama). Kedua, ia merupakan ayat-ayat al-Fatihah. Disebutkan dalam Lisanul Arabi, al-matsani diartikan sebagai sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Sehingga ulama berpendapat al-Fatihah lah yang dimaksud, karena ia dibaca pada setiap rakaat dalam salat dan diulang terus menerus di rakaat selanjutnya.

Ketiga, ia adalah ayat al-Qur’an. Keempat, al-matsani adalah Al-Qur’an secara keseluruhan (Ibnu Arabi, 1913:118). Berdasarkan penjelasan diatas, penulis cenderung pada pendapat yang menyatakan Sab’ al-matsani sebagai surat Al-Fatihah berdasarkan hadis nabi (Sunan Bukhori, 4335):

أُمُّ الْقُرْآنِ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ

“Ummul Qur’an (Al Fatihah) adalah al-sab’u al-Matsani dan Al-Qur’an yang agung.”

Ketujuh, al-Qur’an al-Adhim. Dalam hadis diatas disebut pula al-Qur’an al-Adhim yang berarti Al-Qur’an yang agung. Ada beberapa pendapat tentang  hal tersebut, diantaranya: ia merupakan keseluruhan Al-Qur’an, ia merupakan golongan hawamim (surah Al-Qur’an yang diawali dengan kata Hamim, melalui kata alhamdu), dan pendapat terakhir menyebut ia adalah al-Fatihah. Disebut sebagai al-Qur’an yang agung karena ia mengandung seluruh ilmu dan prinsip dasar Al-Qur’an.

Kedelapan, al-Syifa’ maksudnyaal-Fatihah merupakan obat segala racun dan penyakit jasmani serta rohani. Al-Qur’an merupakan obat universal. Artinya, ia adalah obat untuk penyakit hati termasuk ketidaktahuan, keraguan, dan kecurigaan. Di sisi lain juga menjadi obat untuk penyakit badan, sehingga dikatakan, “sebaik-baik obat adalah Al-Qur’an”. Maka, seluruh ayat dalam al-Qur’an adalah penyembuh dan al-Fatihah menjadi obat terampuh (Ibn Rajab, 2001:21).

Kedelapan, al-Ruqyah (mantra) berdasarkan kisah sekelompok sahabat yang sedang singgah di sebuah desa dan diminta untuk mengobati pemimpin desa yang terkena gigitan hewan. Lalu salah seorang sahabat membacakan al-Fatihah dan berhasil menyembuhkan pemimpin desa itu. Terkait kisah tersebut, maka meruqyah dengan Al-Qur’an diperbolehkan.

Kesembilan, al-Asas (landasan/dasar). Asas merupakan permulaan dari segala sesuatu, fondasi bangunan (Ibnu Arabi, Mesir: 6).  Merujuk pada penjelasan nabi bahwa dasar dari semua kitab (Taurat, Injil, dan Zabur) adalah Al-Qur’an. Ibnu Abbas berkata bahwa segala sesuatu mempunyai landasan/dasar. Dasar dari Al-Qur’an adalah al-Fatihah. Dasar dari al-Fatihah ada pada ayat pertama, yaitu Bismillahirrahmanirrahim. Adapun dasar dari basmalah  ada pada huruf ba’.

Kesepuluh,  al-Wafiyah. Al-Wafi memiliki arti yang sempurna (Warson Munawwir, 2016: 1572). Dalam salat, al-Fatihah tidak bisa dibaca setengah bagian di rakaat pertama dan melanjutkan sisanya di rakaat kedua (tidak membaca satu surat penuh dalam satu rakaat). Hal ini tidak diperbolehkan oleh syariat, sehingga ia harus dibaca sempurna satu surat dalam setiap rakaat.

Nama terakhir yaitu al-Kafiyah. Maksudnya, ia cukup mewakili/menggantikan semua surat dalam Al-Qur’an namun tidak sebaliknya. Surat-surat lain dalam Al-Qur’an tidak dapat menggantikannya, misal terkait dengan kandungannya yang menyeluruh (Al-Qurthubi, 2006: 175).

Dari nama-nama lain al-Fatihah yang telah ditutur, hanya empat nama yang dikenal di masa nabi yaitu, al-Fatihah, Umm al-Kitab, Umm al-Qur’an, dan Sab al-Matsani (Quraish Shihab, 2021: 3). Adapun di Indonesia, al-Fatihah, Umm al-Kitab, dan Umm al-Qur’an lah yang secara umum dikenal oleh Masyarakat.

Demikian Al-Fatihah mempunyai berbagai nama yang mencerminkan isi dan kandungannya. Tiap nama yang disandangkan padanya mengandung rahasia-rahasia yang menarik dan memberikan hikmah agar senantiasa direnungkan dan dipelajari makna-maknanya.

Bahan Bacaan

Abi Abdillah al-Qurthubi, al-Jami li Ahkam Al-Qur’an, Beirut: Al-Resalah Publishers, 2006

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia, Surabaya :Pustaka Progressif, 2016

Ibnu Arabi, Ahkam Al-Qur’an, Mesir: Dar al-Hikmah, 1913.

Ibnu Rajab al-Hanbali, Rawai’ al-Tafsir, Riyadh: Dar al-Ashimah, 2001

Jalal al-Din al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumi Al-Qur’an, Lebanon: Resalah Publishers, 2008

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Tangerang: PT. Lentera Hati, 2021

Muhammad al-Syaukani, Fathul Qadir al-Jami’ baina Fanniy al-Riwayah wa al-Dirayah min ‘Ilmi al-Tafsir, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 2007

Wahbah al-Zuhaili, Al-Tafsir Al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj, Beirut: Dar al-Fikri al-Mu’ashir, 1991

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *