Self Healing Dan Tafsir Al-Jailani QS. Al-Muzammil: 1-10 Resep Bahagia ala Sufi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani

Manusia tidak lepas dari hubungan dengan manusia lain, hewan, tumbuhan, gunung, lautan dan seluruh alam semesta. Hubungan ini membutuhkan keseimbangan dan sinkronitas yang baik untuk saling berdampingan. Realitasnya, antar individu tidak terlepas dari adanya konflik. Bahkan permasalahan tidak hanya berasal dari manusia saja, tetapi juga dapat datang dari alam semesta.

Dampak yang umumnya timbul dari konflik antar individu dan alam dapat berupa menyalahkan diri, menyakiti diri, sampai merasakan kehampaan yang begitu besar bahkan dapat mengakibatkan traumatis yang amat dalam terhadap manusia.(Rahmasari 2020: 2)

Bacaan Lainnya

Bentuk gangguan mental diantaranya adalah gangguan kecemasan, gangguan suasana hati, gangguan psikotik, hingga gangguan makan. Bahkan lebih parah, seseorang dapat terkena skizofrenia yang berakibat sulit membedakan kehidupan nyata dan khayalan. (Anwar 2023)

Di Indonesia, krisis kesehatan mental di kalangan masyarakat khususnya di kalangan anak-anak, remaja dan dewasa muda yang merupakan usia produktif semakin meningkat. Tercatat pada tahun 2023 terdapat 9.162.886 kasus depresi di Indonesia dengan prevalensi 3,7 persen. Disisi lain, jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya maka kemungkinan angka penduduk depresi akan jauh lebih besar lagi.(Anwar 2023)

Menurut penelitian I-NAMHS faktor yang menyebabkan kemunculan gangguan mental pada remaja adalah berupa perundungan, masalah dalam dunia pendidikan, hubungan teman sebaya dan keluarga, prilaku seks, penggunaan zat berbahaya, pengalaman masa kecil traumatis, dan kurangnya fasilitas kesehatan.(Swasty 2022)

Kebutuhan untuk menjaga kesehatan mental sangat diperlukan oleh semua orang. Kunci utama kesehatan mental terdapat pada diri sendiri, sehingga diri sendiri juga mampu menjaga kesehatan mental sendiri. Self healing dalam prakteknya adalah proses pengobatan yang berprinsip bahwa tubuh manusia menjadi sesuatu yang mempu untuk memperbaiki dan menyembuhkan dirinya sendiri melalui cara-cara tertentu.(Rahmatika, Rozaq, and Fauziyah 2023: 19)

Ilmu Tasawuf mengusulkan konsep keseimbangan antara prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai peradaban modern. Kekuatan spiritual dapat termenifestasi melalui pelaksanakan ibadah yang ikhlas, ketaatan yang tawadhu dan penuh wara’, bertawakkal, kesabaran dalam menghadapi musibah yang pada akhirnya dapat membawa kepada kesehatan mental yang paripurna. Fenomena ini menunjukkan pentingnya memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan dan permasalahan hidup tanpa mengarah pada respon negatif, seperti bunuh diri yang mencerminkan keputusasaan.(Samian and Budihardjo 2020: 19)

  QS. Al-Muzammil merupakan surat yang menceritakan tentang ketakutan mendalam yang dialami Rasulullah SAW dan tekanan yang begitu berat, dan bimbingan Allah SWT kepada nabi Muhammad berupa beberapa perintah dan anjuran untuk menghadapi dan mengatasi ketakutan tersebut. Sebagaimana manusia pada umumnya juga merasakan tekanan hidup dan membutuhkan solusi untuk menyembuhkan tekanan tersebut.  Dan bagaimana penafsiran tokoh tasawwuf terkenal Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Tafsirnya Al-Jailani. 

Terdapat enam cara yang dapat diterapkan sebagai metode self healing (penyembuhan secara mandiri) dari penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani terhadap QS. Al-Muzammil; 1-10 yaitu; qiyamul lail, membaca al-Quran dengan tartil, Dzikirullah, sabar, menjauhkan diri dari lingkungan yang tidak sehat dan tawakkal.

            QS. Al-Muzammil ayat 1-4 yang berbunyi

يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُزَّمِّلُ (1) قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ (2) نِّصْفَه اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًاۙ (3) اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ (4) إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا (5)

Terjemahnya: “Wahai orang yang berselimut, Bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan, Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat”

Kelompok ayat ini dalam kitab tafsir al-Jailani membahas tentang perintah Allah SWT kepada Rasulullah  untuk mempersiapkan diri dari menghadapi turunnya wahyu yang berat. Pada ayat pertama Rasulullah dipanggil dengan al-Muzammil yaitu orang yang berselimut karena Rasulullah merasa tercekam oleh turunnya wahyu pertama.

Pada ayat kedua Allah SWT memerintahkan Rasulullah untuk bangun di malam hari dan melaksanakan sholat tahajjud, hal ini bertujuan untuk mengatasi rasa mencekam yang dirasakan nabi. Sholat tahajjud yang dimaksud bukanlah sholat di sepanjang malam namun sisakanlah waktu malam itu untuk tidur dan istirahat agar menguatkan tubuh untuk semakin rajin beribadah kepada Allah. Waktu untuk melaksanakan sholat tahajjud dijelaskan pada ayat ke-tiga dan empat yaitu pada seperdua malam, mendekati sepertiga malam atau mendekati dua pertiga malam.(Al-Jailani 2022: 243)

Ayat empat juga menjelaskan tentang anjuran membaca al-Qur’an dalam tahajjud. Membaca al-Qur’an dilakukan dengan perlahan (tartil), tenang sempurna serta dengan kemauan yang tulus dan kehendak yang jujur; sehingga lafaz-lafaz al-Qur’an berpengaruh pada fitrah dan kecerdasan spiritual. Pada penafsiran ayat selanjutnya al-Jailani menjelaskan tentang siapapun yang merenungkan isi kandungannya dengan cara melatih jiwa dan mendalaminya, maka dia akan tenggelam dalam lautan-Nya yang amat dalam,(Al-Jailani 2022: 244) ketika sudah sampai pada derajat yang dekat dengan Allah, maka tidak akan ada lagi kegelisahan dalam diri.

 اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيۡلِ هِىَ اَشَدُّ وَطۡـاً وَّاَقۡوَمُ قِيۡلًا (6) اِنَّ لَـكَ فِى النَّهَارِ سَبۡحًا طَوِيۡلًا (7) 

Terjemah: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan, Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).”

Ayat ke 6 dan ke 7 berisi tentang alasan dianjurkannya tahajjud dan membaca al-Qur’an pada wakta malam. Bahwa bangun di pada malam hari dan bermunajat kepada Allah di waktu tersebut dalam keadaan hati kosong dari berbagai kesibukan dan permainan duniawi merupakan waktu yang lebih tepat untuk khusuk dan hal ini berdampak bagi hati, lebih kuat mendorong hati sekaligus menggugahnnya, meskipun pada saat itu berat bagi jiwa dan melelahkan badan.(Al-Jailani 2022: 244)

Begitu pula membaca al-Qur’an di malam hari akan lebih kuat pengaruhnya terhadap hati daripada dilakukan di siang hari. Sebab siang hari merupakan waktu untuk beraktifitas. Waktu luang yang didapat pada malam hari tidak didapat pada siang hari. Maka dari itu, al-Jailani dalam penafsirannya menganjurkan untuk berusaha agar dapat melaksanakan sholat tahajjud dan membaca al-Quran pada malam hari, terlebih pada saat fajar.(Al-Jailani 2022: 244)

Aktivitas ibadah yang dilakukan pada malam hari yang sunyi dapat memberikan ketenangan.(Rahmasari 2020: 49-50) Jika qiyamullail dilaksanakan dengan khusuk, ikhlas dan penuh dengan harapan kepada Allah dapat melatih hati untuk selalu dekat dengan Allah dan menghasilkan interaksi antara Tuhan dengan hambanya. Secara tidak langsung akan memberikan efek kepada kesehatan jiwa dengan timbulnya ketenangan dan ketentraman hati.

وَاذۡكُرِ اسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ اِلَيۡهِ تَبۡتِيۡلًا (8)

Terjemah: “Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.”

Al-Jailani menafsirkan ayat diatas sebagai anjuran untuk selalu berdzikir kepada Allah dengan cara senantiasa bertasbih dan mensucikan-Nya dalam seluruh waktu dan kondisi, serta senantiasa memfokuskan pikiran hanya kepada Allah. Dan al-Jailani menganjurkan untuk melepaskan seluruh pikiran dan putuskan diri dari segala gangguan saat beribadah kepada Allah dengan penuh kesempurnaan. Sehingga dengan cara ini tidak akan terbesit kondisi diri sendiri terlebih kondisi orang lain dalam pikiran.(Al-Jailani 2022: 245)

            Peran dzikir dalam self healing adalah upaya memberikan sugesti jiwa manusia bahwa segala penyakit dan penyembuhan hanya Allah yang dapat menyembuhkannya. Karenanya, dzikir dapat dijadikan sebagai terapi kejiwaan, yang menekankan seseorang untuk memiliki keyakinan bahwa ia selalu dalam perlindungan dan pertolongan Allah. Dengan begitu, melalui dzikir dapat meningkatkan kesehatan mental dan spiritual pada seseorang.(Khoirunnisa 2020: 190)

رَبُّ الۡمَشۡرِقِ وَالۡمَغۡرِبِ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَاتَّخِذۡهُ وَكِيۡلًا (9) وَاصۡبِرۡ عَلٰى مَا يَقُوۡلُوۡنَ وَاهۡجُرۡهُمۡ هَجۡرًا جَمِيۡلًا (10)

Terjemah: “(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung., Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.”

Dalam penafsiran al-Jailani, kedua ayat ini berisi tiga self healing yaitu sabar, menjauhi lingkungan yang tidak sehat dan tawakkal. Pada ayat 9 disebutkan untuk menjadikan Allah sebagai Pelindung, Maha Menghisab dan Maha Menanggung. Karena tidak ada yang wujud di alam wujud selain Dia. Pada ayat selanjutnya berisi tentang anjuran untuk bersabar terhadap hal berat yang dihadapi, meskipun sabar amat berat bebannya.

Sabar merupakan sikap yang dapat mengarahkan seseorang jauh dari rasa gelisah, cemas, dan kekhawatiran dalam jiwanya, yang mana dengan kesabarannya dapat memberikan implikasi kepada kesehatan mental dan jiwa seseorang. Dengan sabar, seseorang berusaha untuk menyeimbangkan kondisi jiwa dan mentalnya dari berbagai persoalan kehidupan, sehingga seseorang akan terbiasa sabar baik dalam keadaan susah maupun senang.(Rajab 2008: 109)

Selanjutnya anjuran untuk menjauhkan diri dari musuh dengan cara yang baik, Al-Jailani menafsirkan cara yang baik yang dimaksud adalah dengan senyuman dan muka berseri tanpa harus menghiraukan ledekan atau gangguan yang batil. Kemudian al-Jailani menambahkan setelah mengerjakan hal di atas untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah-lah yang akan menjaga dari kejahatan dan penghinaan.(Al-Jailani 2022: 245-246)

Kondisi tersebut jika dikorelasikan dengan masa kini, dapat dikatakan sedang berada pada lingkungan yang tidak sehat dan tidak aman. Bertahan di lingkungan seperti ini akan berdampak pada gangguan kesehatan fisik dan mental seperti lelah, cemas, depresi hingga stres. Menjauhkan diri dari situasi ini dengan cara yang baik seperti yang dilakukan oleh Rasulullah adalah salah satu cara yang tepat dan bijak. Dengan menjauhkan diri dari lingkungan tersebut dan berpindah pada lingkungan yang sehat dan mendukung diri menjadi lebih baik, secara tidak langsung juga menjaga kesehatan mental dari penyakit-penyakit yang dapat menganggu kondisi mentalnya.

Dari pemaparan diatas, penafsiran al-Jailani pada surah al-Muzammil ayat 1 sampai 10 dapat disimpulkan terdapat enam cara yang dapat diterapkan sebagai metode self-healing (penyembuhan secara mandiri) yaitu; qiyamullail (tahajjud), membaca al-Quran dengan tartil, senantiasa mendawamkan dzikir, sabar, menjauhkan diri dari lingkungan yang tidak sehat dan menyerahkan diri kepada Allah (tawakkal).

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jailani, Abd al-Qadir. 2022. Tafsir Al-Jailani. (Aguk Irawan dkk, Terjemahan). Jakarta Selatan: Penerbit Qaf.

Anwar, Ilham Choirul. 2023. “Info Data Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia Tahun 2023.” Tirto.Id. 2023. https://tirto.id/info-data-kesehatan-mental-masyarakat-indonesia-tahun-2023-gQRT.

Khoirunnisa, Luluk. 2020. “Terapi Dzikir Untuk Meningkatkan Kesehatan Mental Di Panti Rehabilitas Pondok Tetirah Dzikir Yogyakarta.” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Rahmasari, Diana. 2020. Self Healing Is Knowing. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS. https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/perpustakaan/file/c7847701-1721-4a37-910e-317bbd5a80d0.pdf.

Rahmatika, Saila, Abd. Rozaq, and Ulil Fauziyah. 2023. “Konsep Self-Healing Perspektif Al- Qur ’ an Dan Psikologi ( Studi Atas Surah Al-Muzammil 1-10 ).” Asy-Syari`ah: Jurnal Hukum Islam 9 (2): 116–31.

Rajab, Khairunnas. 2008. “Psikoterapi Sufistik Tela’ah Atas Dimensi Psikologi Dan Kesehatan Mental Dalam SUfisme.” Jurnal Ta’dib 11 (2).

Samian, and Budihardjo. 2020. “Konsep Kesehatan Mental Dalam Al-Qur’Ān Dan Implikasinya Terhadap Adversity Quotient Perspektif Tafsir Al-Misbah.” Atta’dib Jurnal Pendidikan Agama Islam 1 (2): 18–29. https://doi.org/10.30863/attadib.v1i2.961.

Swasty, Renatha. 2022. “Survei I-NAMHS: 15,5 Juta Remaja Indonesia Memiliki Masalah Kesehatan Mental.” Medcom.Id. 2022. https://www.medcom.id/pendidikan/riset-penelitian/0kp5Z5EK-survei-i-namhs-15-5-juta-remaja-indonesia-memiliki-masalah-kesehatan-mental.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *