Selain disebut bulan puasa Syahr ash-Shiyaam, Ramadhan juga dikenal sebagai bulan al-Qur’an. Karena pada bulan itu, Allah SWT menurunkan permulaan al-Qur’an pada Rasulullah Saw (QS. al-Baqarah/2: 185).
Bukan cuma itu, ada informasi kenabian yang menyebutkan bahwa di bulan Ramadhan turunnya Shuhuf Ibrahim tanggal 1, Taurat tanggal 6, Injil tanggal 13, Zabur tanggal 18, dan al-Qur’an tanggal 17.
Kitab suci terakhir dinamakan al-Qur’an karena merupakan wahyu yang dibaca. Abu ‘Ubaidah mengatakan karena di dalamnya dikumpulkan dan digabungkan surah-surah (QS. al-Qiyamah/75: 17). Maksud kata qur’aanahuu dalam ayat itu ialah qiraa’atuhuu atau pembacaannya.
Membaca al-Qur’an mendapat apresiasi tinggi dari Allah SWT dan para malaikat-Nya. Misalnya, dalam QS. al-Isra/7: 78, Allah SWT memerintahkan salat sejak tergelincir matahari sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh salat subuh itu “disaksikan (oleh) malaikat”.
Ayat ini menerangkan tentang waktu salat yang lima. Tergelincir matahari untuk waktu salat zhuhur dan ashar, sedang gelap malam untuk maghrib, isya, dan subuh.
Kata qura’an al-fajr dimaknai dengan subuh karena biasanya Rasulullah Saw pada waktu itu membaca al-Qur’an lebih panjang dari salat-salat lainnya. Apresiasi itu nampak dari kata masyhuudaa yang berarti disaksikan oleh malaikat.
Sayyidina Utsman ibn ‘Affan meriwayatkan bahwa Rasulullah, Saw bersabda, “Orang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar al-Qur’an dan meng- ajarkannya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah dan lainnya).
Imam al-Mundziry menerangkan Hadits itu bahwa orang yang paling utama afdhal adalah orang yang bersungguh-sungguh menghafal, memahami maknanya dan mengerti tafsirnya, kemudian mengajarkannya, menjelaskan kalimat-kalimatnya, mengajak manusia untuk mengamalkan isi kandungannya (Al-Imam al-Hafizh al-Mundziry dalam At-Targhiib wa at-Tarhiib min al-Hadiits asy-Syariif, Juz.II, Dar al-Hadits, Kairo, 1987 M-1407 H, hal. 342-343).
Penempatan Hadits itu setelah Bab tentang Kesungguhan dalam beramal Baab al-Jihaad memberikan arti dorongan dan motivasi untuk melakukan tafaqquh dalam agama. Termasuk di dalamnya membahas, menjelaskannya adalah bagian dari al-Jihaad fii Sabiili Laah.
Imam Ats-Tsawry pernah ditanya tentang jihad dan qiraa’at al-Qur’aan. Beliau mentarjih bahwa membaca al-Qur’an lebih utama. Pandangan Ats-Tsawry ini sekaligus membantah anggapan bahwa jihad selalu berarti perang, membunuh, mencelakakan orang dan menimbulkan ketakutan atau teror.
Imam Asy-Syarqawi mengatakan tidak diragukan lagi bahwa menghimpun antara mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an adalah menyempurnakan amal dan sifat mulia manusia.
Hadits itu, kata Imam al-Mundziry lagi, dimaksudkan sebagai upaya Rasulullah Saw memberikan targhiib atau dorongan motivasi dalam mengingatkan dan memberikan petunjuk pada umatnya. Mengajak para ulama untuk mengajar atau ta’liim al-muslimiin, beramal dengan hukum-hukum agama, bersungguh- sungguh untuk memberi pemahaman pada mereka yang tidak tahu, dilengkapi dengan argumentasi hujjah serta pandangan yang luas meyakinkan.
Berangkat dari alasan-alasan itu, kini saatnya kita semua bangkit dari ketidakpeduliaan kita pada al-Qur’an dan Islam. Ramadhan memberi pencerahan pada segenap manusia. Pada saat orang di Timur Tengah hidup dalam masa serba tidak tahu karena jahiliyyah, Ramadhan hadir menawarkan pedoman hidup (al-Qur’an).
Pada saat yang sama, abad ke-6 Masehi, orang-orang di Barat sedang hidup dalam the dark age, Allah SWT menawarkan pencerah hidup. Itulah al-Qur’an. Kini saatnya, kita baca, pahami, praktikkan isi kandungan al-Qur’an yang mulia. Semoga Allah, swt mencerahkan hati kita semua untuk mau menerima al-Qur’an. Selamat dan berkah untuk kita semua.[]
Editor: AMN